Saya sudah berkeluarga dan sudah tergolong STW soalnya umurku sudah berkepala 3 , saya dan suamiku sudah memiliki 2 anak, dan usianya sudah ABG ada yang sudah kuliah dan satunya masih kelas SMA, kedua anakku bersekolah di luar kota, jadi saya seringnya sendiri di rumah bersama suamiku dan ada pembantu yang membersihkan rumah, tapi kalau malam menjelang malam mereka pulang.
Suamiku ialah seorang pengusaha, ia memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negeri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Biasanya ia pulang ke rumah cuma untuk istirahat dan tidur, lalu pagi-pagi sekali ia sudah kembali pergi lagi untuk bekerja.
Dulu sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya untuk bersekolah di luar negeri, hari-hariku terasa lebih menyenangkan, karena selalu ada hal yang bisa kukerjakan, entah itu cuma sekedar mengantarnya sekolah atau untuk membantu mengerjakan PR. Tapi sejak tiga bulan sesudah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkanku sampai 2 mingguan lamanya.
Saya tak pernah ikut campur dengan urusan bisnis suamiku, sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon, dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam, supirku tanpa kuduga memperkosaku.
Seperti biasanya sesudah sampai rumah saya langsung masuk ke dalam rumah. saya melangkahkan kakiku menaiki tangga menuju kamarku yang berada di lantai dua. Sampai di dalam kamar saya langsung melemparkan tasku. Lalu saya melepas pakaian senamku, hingga tinggal BH dan celana dalam saja masih melekat di tubuhku.
Rasa lengket karena keringat yang masih tertinggal di tubuhku membuatku ingin segera membasuh badan. saya pun melangkah menuju kamar mandi, tapi langkahku terhenti ketika melewati cermin yang ada di meja riasku.
Saya memandangi tubuhku sendiri dari cermin itu, saya lihat betisku yang masih kencang itu, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil, lalu saya menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.
Kuperhatikan lagi bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat masih terlihat cukup padat berisi. Saat masih asyik memandangi tubuhku sendri, saya dikejutkan oleh sesuatu,
“Ouh.. ngapain kamu di situ!” kataku dengan sedikit berteriak saat tiba-tiba kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.
“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.
Tapi bukannya mematuhi perintahku, ia malah melangkah masuk ke kamarku dan mendekatiku.
“Anto.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“Silahkan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat. Ruang kamar tidurku memang cukup rapat jendelanya, hingga hujan turun pun takkan terdengar, cuma saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.
Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. saya pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, saya tak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.
“Jangan Nto!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai terpojok.
“Jangan..!” jeritku begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik lalu tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.
Saya terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga membuatnya kesulitan untuk menciumiku sampai saya berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.
Begitu mendapat kesempatan, saya berusaha untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak, tapi saya masih kalah cepat darinya. Supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka.
Tapi saya terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi saya kalah cepat dengan supirku, ia berhasil menangkap tubuhku kembali, tapi belum sempat saya bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tak dapat bergerak lagi.
“Anto.. Jangan.. jangan.. Nto..” kataku berulang-ulang sambil terisak menangis.
Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Sesudah melihat tubuhku yang sudah mulai kelelahan dan kehabisan tenaga, supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menekuknya kebelakang tubuhku, begitu pula dengan lengan kiriku yang lalu ia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa ia mengikatnya.
Sesudah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Sesudah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.
“Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Nto..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja. Sekarang sudah pukul 7 malam, berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Meryy harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.
Sesudah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. saya dapat melihat tubuh polosnya itu. Tak lama lalu supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku.
Tubuhku lalu digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.
Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.
“Anto.. jangan Nto.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.
Tapi Anto tak memperdulikan perkataanku, sebaliknya dengan senyum penuh nafsu ia terus saja meraba-raba pahaku.
“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.
“Ntoo.. Eeehh” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir memekku.
Tangan Anto terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir memekku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.
Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir memekku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.
“Ouh.. Meryy.. wajahmu cukup merangsang sekali Meryy..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.
Sesudah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian,
“Ouh.. Nto..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti sesudah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu.
Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, tapi ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang sekarang kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tak berdaya dan pasrah.
“Bruk..” tiba-tiba tangan Anto melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tak berapa lama lalu kurasakan bagian bibir memekku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan.
Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir memekku terlebih-lebih pada bagian atas lubang memekku yang paling sensitif itu.
“Anto.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Ntoooo..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu.
Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.
“Ouh.. Nto..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Mer.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lamanya.
Sesudah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Anto lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.
“Bu Meryy.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah.
“Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir memekku.
“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya.
Akhirnya batang kontol supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir memekku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, kontolnya cuma didiamkan saja tak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang memekku kontolnya ditarik keluar perlahan-lahan dan sesudah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu.
Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai,
“Ouhh..”
Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.
“Sialan kamu Nto!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.
Sesudah beberapa lama saya melepas lelah, nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.
“Gila kamu Nto, kamu sudah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau saya hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Meryy.., saya masih punya pil anti hamil Bu.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.
“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Meryy enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Nto..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Meryy..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Nto..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.
Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, tapi dalam hati kecilku tak dapat kupungkiri walaupun tadi ia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, tapi saya sendiri turut menikmatinya bahkan saya sendiri merasakan organsime dua kali.
“Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Anto!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.
Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding. Sesudah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu.
Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Anto supirku berjongkok dekatku dan lalu duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas. Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, ia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil.
Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu ia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan lalu ke buah dadaku yang kanan.
Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali ia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga saya merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, lalu turun lagi ke lenganku.
“Ah.. Nto..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir memekku.
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir memekku naik turun dan lalu membelah bibir memekku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga menjadi semakin berbusa karena sabun.
Sesudah memandikan tubuhku lalu ia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.
“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk saya berbicara.
Sudah tiga tahun lebih saya tak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan saya tak pernah kekurangan. Apapun yang saya mau pasti kudapatkan, tapi untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tak kudapatkan lagi.
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa senang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal. Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, tapi waktu kembali rupanya ia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.
“Biar saya yang suapin Bu Meryy yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku.
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.
Mulanya saya ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, tapi perutku memang sudah terasa lapar. Akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.
“Bolehkan saya memanggil Bu Meryy dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Enggak apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.”
“Kalau saya boleh manggil Mbak Meryy, berarti Bu Meryy eh.. salah maksudnya Mbak Meryy, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.
“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak capai lagi kan Mbak Meryy!” sahut supirku.
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuat kan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.
Saya tak memberi jawaban lagi, cuma menunduk malu, tadi saja saya diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya saya tak rela tubuhku diperkosanya tapi saya tak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat saya pertama kali menikah dengan suamiku.