Awal Vannesa mengenal Jay sejak Vannesa kost di rumah milik kakak perempuannya. Vannesa tidak begitu kenal dekat, Vannesa hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada Vannesa. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Vannesa harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Vannesa kenal. Vannesa tahu diri sebab Vannesa adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat Vannesa bermukim.
Begitu juga dengan latar belakang Jay Vannesa tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Vannesa akan pulang ke Padang.
Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Vannesa tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kost nya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Vannesa jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Vannesa transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.
Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost Vannesa. Ia lalu memanggil Vannesa dan mengatakan bahwa adiknya Jay juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Vannesa berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat Vannesa harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Vannesa terima. Yah, lalu Vannesa naik truknya itu menuju Padang.
Selama perjalanan Vannesa berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya Vannesa ketahui bernama Jay. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Vannesa juga pekerjaan Jay sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa. Vannesa mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Vannesapun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena Vannesa yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir.
Vannesapun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun sempat memuji Vannesa yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Vannesa tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.
Vannesa juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.
Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Vannesa sempat bertanya tentang keluarga Jay. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya .Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. dan Jay memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap. Padahal bagi Vannesa saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Vannesa sampai di dekat rumahnya di Padang.
Vannesa di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Vannesa sempat mengenalkan Jay pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Vannesa menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Jay dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu.
Semenjak Vannesa mengenal Jay, Vannesa akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. Vannesa jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang. Sejauh itu, keakraban Vannesa dan Jay, mereka masih dalam batas – batas yang di tentukan norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan dan Vannesa selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. Vannesa tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang udah gratis ,makan gratis pula??
Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Vannesa bersama Jay. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, Vannesa juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Vannesa naik travel atau bis. Vannesa pun akhirnya telah menganggap Jay seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Vannesa sering membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang Vannesa menyisihkan buat Jay, ya meski harganya tidak seberapa namun ia amat senang.
Selama 2 bulan itu Vannesa selalu bersama Jay jika ke Padang. Mulailah Jay bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Vannesa berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Vannesa berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. Vannesa kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu. Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang cabul itu. Vannesa bersyukur hingga saat ini Jay tidak macam macam kepadanya. Vannesa menyadari mungkin Jay sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun Vannesa tidak menanggapinya, dan seperti angin lalu saja.
Hingga sampailah saat Vannesa pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang jemari tangannya. Vannesa tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. Vannesa langsung menarik tangannya dari genggaman Jay.
“Da jaan da, Vannesa alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Vannesa kecewa (bang jangan bang,,,,Vannesa punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega membuat Vannesa kecewa)?” ucap Vannesa. Vannesa juga mengancam akan mengadukan perlakuannya itu kepada kakaknya. Jaypun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali meraih jemarinya. Vannesa juga berkatag padanya.
“Cukuik sampai disiko sajo da, Vannesa indak ka manumpang oto uda lai ( Vannesa tidak akan menumpang truk abang lagi)”. Hingga Vannesa sampai di Padang Vannesa hanya berucap terima kasih lalu diam. Vannesa masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun Vannesa tidak tahu apa yang membuatnya jadi seperti tadi.
Hampir selama sebulan ini Vannesa tidak melihat Jay di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Vannesa pulang naik bis yang kadang transit di Bukittinggi. Vannesa tidak tahu kemana ia pergi, namun Vannesa menanyakan pada ibu kosnya, dan Vannesa di beri tahu bahwa Jay sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. Vannesapun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.
Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Jay tanpa sadari Vannesa perasaannya mulai berubah. Tiba – tiba saja Vannesa malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, Vannesa seakan rindu berat.
Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Vannesapun mau saja diajak pulang bareng dengan Jay yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi. Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Vannesa malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki – laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Vannesa. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Jay.
Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Vannesa membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Jay. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan mereka berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang
Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, Vannesa jadi mengantuk. Vannesa menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Vannesa sering terantuk. Lalu Jay menawarkan, supaya Vannesa tidak terantuk kaca agar Vannesa mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.
”Win…daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Vannesa daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)” kata Jay.
”Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok – elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang)” kata Vannesa menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Vannesa telah ngantuk berat.
Dengan sebelah tangannya Jay meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. Vannesa akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. Vannesa terlelap sesaat. Padahal hati kecil Vannesa saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan Vannesa mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Vannesa juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.
Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Vannesa menyadari, tiba – tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Langsung ia menolakkan muka Jay dengan tangannya. Jay pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu Vannesa agar tetap rapat menempel pada dirinya. Vannesa berusaha melepaskan tangan Jay pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan.
”Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang – kancang (Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)” kata Vannesa mengingatkan. Jay pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..
Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat Vannesa yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Jay, terkejut karena tiba – tiba saja karena bibir berkumis Jay menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Vannesa langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata – kata apalagi berbuat kasar
” Eh da Jay ko ndak mangarati juo, Vannesa mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Jay ini tidak juga ngerti, Vannesa mohon jgn di ulang lagi ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?”. Namun, Jay sang sopir dia tetap santai-santai saja, seakan – akan Vannesa mengizinkan Jay berlaku demikian
” Abihnyo Vannesa mambuek uda galigaman (habis Vannesa bikin abang gemas)” jawabnya sambil meminta maaf.
Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Jay katakanKembali tangan kiri Jay meraih bahu Vannesa untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Jay tidak lagi menciumi Vannesa, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan Vannesa saat itu.
Hingga…
Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya Vannesa malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir – desir gairahnya yang mulai bangkit. Lalu Jay menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali… menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Vannesa kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Vannesa diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut.
Tiba – tiba…
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Jay menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Vannesa masih saja terbayang akan perlakuan Jay pada dirinya. Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Vannesa bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Jay. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.
Kembali kini Vannesa ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Jay. Kata kakaknya Jay sedang ada muatan ke Pematang Siantar. Vannesa sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Vannesa seolah – olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Jay seorang.
Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Vannesa hendak pulang ke Padang. Saat di perjalanan Jay minta Vannesa untuk melepas kacamata Vannesa. Vannesa heran kenapa dia meminta Vannesa melepaskan kacamata?
”Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata) .” kata Jay. Vannesapun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu Vannesa tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Jay merengkuh bahu Vannesa, menariknya agar duduk berdekatan. Vannesa yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Jay.
Dan kembali dalam perjalanan menuju Padangpanjang Jay meminta Vannesa melepas penutup kepalanya
” Win uda taragak mancaliak rambuik Vannesa, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win..abang ingin melihat rambut Vannesa…selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku.
”Jaan daa, Vannesa alah barumahtanggo.. punyo anak.. Vannesa taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Vannesa kuatie da (jangan lah bang,Vannesa sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi Vannesa ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, Vannesa kuatir bang)”. Vannesa merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
”Alaa, Diek Vannesa jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Vannesa, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik Vannesa jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Vannesa,meski abang tau Vannesa sudah punya suami dan anak)” kata Namun Jay menyakinkan. Vannesa bahwa ini hanya sebentar. Lalu Vannesapun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Jay naik dan membelai rambut Vannesa, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus.
”Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” ujar Jay.
”Harum bana (sangat wangi)” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya. Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Vannesa merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Vannesa di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut
”Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)” tambah Jay. Vannesa diam saja.
”Biasalah laki – laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin Vannesa.
Vannesa pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Jay mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Vannesa berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Jay berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Vannesa memejamkan matanya
”Uhhh…’desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Vannesa tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Jay menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.
Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Jay dengan tangan kanannya merengkuh wajah Vannesa, dan tiba – tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Vannesa langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun Vannesa tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Jay melepaskan bibir merah milik Vannesa. Namun tangan kiri Jay kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. Vannesa sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Jay. Terasa hangat dan kasar. Tangan Jay lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir.
Saat memasuki jalan by pass…
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Jay menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan.
”Ko baranti da (kenapa berhenti bang)?” tanya Vannesa bingung.
Jay diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Vannesa kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Jay pada bibir lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun. Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Vannesa membalas setiap lumatan bibir Jay, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Jay untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Jay merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik Vannesa tersebut dari luar bahan pembungkusnya. Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya. Vannesa berusaha melepaskan tangan Jay, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat – geliat dalam dekapan Jay di dera nikmat pada sekujur pori – porinya. Selang sekitar 25 menit kemudian Jay menghentikan perbuatannya.
”Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)” ujarnya kuatir kemudian.
Vannesa diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak. Vannesa terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Vannesa di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu Vannesa langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.
Malam itu Vannesa sempat bersetubuh dengan suaminya Vannesa heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.
”Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik)” kata suaminya. Vannesa merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Vannesapun menuruti keinginan suaminya. Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Jay .Langsung gairah dan nafsunya mereda. Vannesa langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Vannesa berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.
Aktifitas Vannesa kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.
Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya Vannesa yang berada di rumah itu. Jay dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Jay muncul namun tidak dengan truknya.
”Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ” ujarnya Jay menerangkan pada Vannesa saat menanyakan truknya. Malam itu Jay mengajak Vannesa.
”Win ..alah makan Win (Win udah makan Win)?”tanya Jay.
”Alun lai da (Belum bang)” sahut Vannesa.
”Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Jay mengajak wanita muda tersebut.
”Ndak baa do da (Boleh bang)” sahut Vannesa.
“Tapi jan lamo – lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?” sambung Vannesa kembali.
Lalu Vannesapun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Jay mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru
Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. Vannesa berada pada sisi kanannya Jay. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.
Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Vannesa terlena oleh suasana. Vannesa rebah di pangkuan pada paha kirinya Jay.
Vannesa memegang lengan Jay. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Jay membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah Vannesa. Vannesa merasakan jantungnya berdegup kencang Jay mengecup kepala Vannesa yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan. Vannesa memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Vannesa hanya diam namun akhirnya Vannesa mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Jay.
Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Vannesa. Sedangkan tangan kiri Jay telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Jay merayap di sepanjang batang paha Vannesa mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Vannesa tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri Vannesa. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.
Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Jay. Didalam mobil itu masih di kursi depan Jay kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada Vannesa yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Jay pun melumat bibir tipisnya. Vannesa hanya bisa diam meski lidah Jay dengan leluasa telah mengait – ngait lidahnya dalam mulutnya… agak lama…. sebelah tangan Jay lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang Vannesa kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Vannesa seperti tersengat… geli. namun Vannesa menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.
”Jaan lah da… ,Vannesa alah punyo laki jo anak (jangan bang Vannesa udah mempunyai suami dan anak)” ujar Vannesa lirih.
”Vannesa malu…”tambah Vannesa mencoba menahan keinginan Jay saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya.
Jaypun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Vannesa masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan Jay pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu Vannesa sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai… Vannesa pun takkan kuasa menolak rasanya. Tetapi tampaknya Jay memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Vannesapun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya
Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan. Tempatnya juga tidak begitu ramai. Vannesa maklum Jay mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Vannesa. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang
Malam Jumat itu Vannesa telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Jay di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.
Pagi hari Jay bangun terlebih dahulu, meninggalkan Vannesa masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Vannesa bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Jay pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat itu Vannesa mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak – jejak di tubuhnya hilang. Ya…, Vannesa kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Vannesa masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Vannesa menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Vannesa berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu
Di kantor seperti biasa, Vannesa menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Vannesa saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Vannesa berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.
Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Jay datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Jay mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada Vannesa
“Vannesa, pulang ke Padang ‘gak”?.
“mana bisa Vannesa pulang, sambil berdiri di pintu paviliun Vannesa sewot menjawab.
“Vannesa belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren” tambah wanita bertubuh sintal itu…
“di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang”
“apalagi jika suami Vannesa minta, jatah bisa kiamat” ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Jay hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Vannesa. Lalu ia berkata.
“Abang mau pergi ke Medan malam itu”.
“untuk 3 hari” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
“abang sangat menyayangi Vannesa” Vannesa diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
Jay berjalan menghampiri Vannesa yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Jay berada berada pada bahu kiri Vannesa, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Vannesa diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat
Beberapa saat Vannesa membiarkan dan menerima saja perlakuan Jay pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Vannesa mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Vannesa tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Vannesa yang saat itu masih berpakaian lengkap. Vannesa menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Vannesa mengikuti saja… tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Jay berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Vannesa untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Vannesa tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Vannesa di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan busana Vannesa termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Vannesa hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Vannesa tau Jay ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya…. Vannesa terlentang pasrah, tubuh Jay mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya. Vannesa yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Vannesa. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Vannesa yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Jay menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram…, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut… Padahal Vannesa belum apa – apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.
“ Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Vannesa”, ucap Jay.
“ abang minta maaf, abang tau Vannesa belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan adek vannesa”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Vannesa merasa aneh, Jay malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Jay minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu Vannesa tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Vannesa merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Jay saja.
Dan Sabtu itu Vannesa tetap di rumah saja, karena Jay ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Vannesa. Seharian itu Vannesa asyik dengan anak dan suaminya… jalan – jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Vannesapun kembali larut dengan rutinitasnya..
Saat itu Vannesa baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Jay masih belum pulang Vannesa pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu Jay pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Vannesa mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga. Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Jay lalu menemui Vannesa di kamarnya dan minta Vannesa menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh – oleh makanan yang ia beli di jalan. Vannesa yang merasakan lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu.
“Van, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak van, kawani abang makan ya?”,kata Jay. Vannesa menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan Vannesa merasakan makanan amat kentara ‘panas’nya ‘maklum gulai kambing’ pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Jay juga begitu.
Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Vannesa menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Jay. Jay hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Vannesa dan menariknya kearah kamarnya. Vannesa agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa…
“ ada apa kok Vannesa di bawa kesini?, tanya Vannesa jengah.
“ ada sesuatu buat Vannesa” jawabnya…
Vannesa dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. Vannesa dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Vannesa duduk saja mengikuti permintaannya karena Jay memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Vannesa memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol – botol minuman..
Kemudian Jay memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Vannesa merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji..
“ini hadiah” katanya.
“Abang minta Vannesa mau memakainya sekarang juga” pintanya. Vannesa berusaha menolak
“Tidak Usah malu-malu pakai saja terus” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Jay yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Vannesa membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Vannesa menurut membiarkan, malah membantunya. Jay melepas penutup kepala Vannesa yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Vannesa kenakan ketangan Vannesa, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Vannesa memakai kalung pemberian Jay.
Setelah kalung putih tersebut terpakai, Jay mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Vannesa dari belakang. Vannesa merinding, kepalanya menunduk karena geli, Vannesa berusaha menolakkan kepala Jay dengan tangan kanannya namun Jay terus saja menciumi tengkuknya, Vannesa kegelian… dan Jay tak juga berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Vannesa.
“Uhhh…..”Vannesa mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Vannesa yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya. Vannesa lalu berusaha melepas tangan Jay yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan…! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Jay. Vannesa diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan Jay menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Vannesa memicing menikmati rasa geli yang timbul.
“Ahh……..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Vannesa lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Jay membalikkan tubuh Vannesa menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada Vannesa dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya. Kembali Jay membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik celana tersebut. Vannesa membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Vannesa telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.
Jaypun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah Vannesa yang terlentang… telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. Vannesa pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Jay bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah…,!!! dibantu oleh kedua kaki Vannesa yang membuka memberikan jalan… Vannesa hanya bisa menatap mata Jay.., menggeliat bak cacing kepanasan dan merintih…
“Ohh………”. Lalu Jay berdiri dalam tatapan Vannesa pada punggungnya dia dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi. Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Vannesa rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas, lalu kepala Jay turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Vannesa membuka, dirinya terangsang hebat…..
Saat dirinya yang diam menikmati, Jaypun membuka kewanitaan Vannesa dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan merintih-rintih. Vannesa memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Jay…. terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah itu. Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian Vannesa… orgasme…!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu Vannesa hanya bisa memicingkan mata… kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Jay…!!!
Jay bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Vannesa yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan Vannesa dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja Vannesa merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Jay menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh. Vannesa takjub karena ukurannya yang luarbiasa.. Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Jay dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Vannesa menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Vannesa melepaskannya kembali…