vidio bokep – Cersex artikel dewasa khususnya Cerita Sex, Pesta Sex, Cerita – Sabtu sore di bulan April 2000, aku dipanggil “Big Boss”, Pak Herman, seorang duda berumur 45 tahun, yang sebentar lagi melangsungkan pernikahannya yang kedua dengan Bu Lisa mungkin sekitar umur 41-an, setengah tua tapi kencang.
Dengan penuh tanda tanya dibenakku, aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore.
“Silahkan masuk!” sapanya ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku.
“Terima kasih Pak,” jawabku. Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Herman mulai menuju poin pembicaraan.
“Pak Chandra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang bertangHermang jawab untuk itu,” katanya dengan santainya. Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung.
“Ya Pak!” jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.
“Kamu tahu kan sangsinya sesuai aturan perusahaan!” lanjutnya.
“Iii.. ya Pak,” jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku.
“So what’s your plan,” desaknya.
“Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,” jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku.
“Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?” tanyanya selidik.
“Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan.”
“Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?” tanyanya.
“Maksud Bapak?” tanyaku balik tidak mengerti.
“Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih.”
“Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak,” kataku setengah binHermang.
“Semua?”
“Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu.”
“Ha.. ha.. ha.. ha..” tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
“Oke Pak Chandra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Lisa, dan aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever had,” pintanya.
“Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,” tanyaku masih kebinHermangan.”Pak Chandra, you’re a lucky guy, you have beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat perkawinan si Tomi (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her performance,” jelasnya.
“Maksud Bapak?” tanyaku makin kebinHermangan.
“Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,” lanjutnya.
“Terus..?” tanyaku lagi.
“Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close,” katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.
Kehidupan keluargaku cukup harmonis meskipun sesekali aku atau istriku melakukan extramarital tapi itu just for fun dan tanpa beban seperti ini. “Pak Chandra, permintaanku tidak perlu kamu jawab sekarang, tapi bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu tadi serta kelangsungan karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta perkawinan nanti,” katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor dengan perasaan tidak karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara pribadi tidak keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana tanggapan istriku nanti.
Sesampai di rumah, sambil santai dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak Herman.
“Dasar Boss gila dan tak tahu diri,” katanya.
Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
“Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang berbeda.”
Plong rasanya mendengar kata-katanya.
“Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Herman nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours,” katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Herman, dan pesta perkawinan tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Herman mengingatkanku mengenai tawaran itu.
“Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan,” jawabku melalui HP.
“Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I’m waiting for her call,” katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Herman siang ini.
Sore hari aku diminta menghadap ke ruangan Pak Herman.
“Pak Chandra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap dia,” katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
“Istriku sudah menghubungi Bapak?”
“Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan Bu Lisa,” katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
“Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama. filmbokepjepang.net Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Lisa, dan kamu boleh join terserah kamu, it’s horniest idea I ever heard,” jelasnya antusias.
“Terus menurut Bapak gimana? apa aku harus join?” komentarku.
“Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time,” jelasnya.
“Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit, Anytime!” tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.
Hari perkawinan tiba, sesuai rencana kami berangkat lebih awal, dari undangan jam 7:00 kami sudah tiba di Hotel Shangrila jam 3 sore, dan langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan untuk istriku, barangkali Pak Herman mampir sebelum acara dimulai. Sementara istriku menyiapkan diri di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan dan keluarga sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu istriku supaya bersiap ke acara.
Kupencet bell kamar suite, cukup lama aku menunggu sebelum pintu dibuka oleh istriku yang cuma berbalut handuk. Diluar perkiraanku ternyata Pak Herman sudah di dalam kamar, beliau duduk di sofa kamar tidur masih memakai baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya, sementara bawahnya cuma ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku.
“Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,” sapanya.
“Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?” tanyaku setelah bisa menguasai diri.
“Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?” jawabnya santai.
“No sir, it’s okey for me, go head,” jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.
Istriku kemudian duduk di sebelah Pak Herman, aku mengambil tempat di sofa satunya sambil melihat mereka berdua. “Mari sini sayang kita lanjutkan permainan yang terputus,” kata Pak Herman. Dengan sekali tarik, terlepaslah handuk yang membalut tubuh istriku, kini dia dalam keadaan telanjang di hadapan Pak Herman, terlihat begitu kontras antara mereka berdua, Desi, istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran dada 34B sedang berpelukan dengan Pak Herman, Boss-ku yang berumur sekitar 45 tahun, dengan rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih menjaga kebugaran tuguhnya.
Pak Herman dengan segera mencium buah dadanya yang kenyal kebanggaanku dari satu ke satunya, dijilatinya dan sesekali disedot dan dipermainkan putingnya dengan lidahnya, Desi cuma bisa menggelinjang keenakan sambil tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk yang dipakai Pak Herman dan menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan Pak Herman menegak ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk ukuran seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak Herman, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil. “Kita lanjutkan yang tadi ya Pak,” bisiknya manja. Tanpa menunggu jawaban dari Pak Herman, dia berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Herman, Boss-ku, dia mengarahkan selangkangannya di muka Pak Herman sementara beliau mengadah menunggu kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah menjulur keluar. Unbelievable, Pak Herman yang selama ini dihormati dan disegani orang sekantor sekarang sedang di antara selangkangan istriku sambil menjilati vaginanya seperti orang kehausan. Sesaat kulihat istriku melirik ke arahku sambil tersenyum penuh arti, sementara tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang masih tertahan di dalam celana.
Tubuh istriku mulai turun-naik di atas wajah Pak Herman seirama dengan gerakan lidah beliau, disapunya seluruh wajah Pak Herman, sementara tangan Pak Herman meremas payudara dan pantat istriku.”Shit, you’re damned old man, I like your lick, yess terus yaa..” teriak istriku, cukup mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani berkata begitu kasar pada beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.
Aku sudah tak tahan, kukeluarkan kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu hal itu.
“Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It’s Boss only, jangan macam-macam!” ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
“Kiss my ass and lick my *****, you like it don’t you, let my husband watch his boss doing to his beutiful wife,” dia berkata ke Pak Herman.
Pak Herman segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.
“It smell good, yess I like your *****,” kata Pak Herman terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
“Ohh yess I like it, yess terus Pak..!” desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Herman, Boss-ku.
Pak Herman bangkit dan mengatur posisi kemaluannya di depan vagina istriku, hanya berjarak satu inchi lagi dari bibir vaginanya, tiba tiba istriku bangkit dan mendorong tubuh Pak Herman hingga beliau terdorong ke belakang.
“I will not let you ***** me unless you promise that you will not ***** her tonight and also tomorrow, this two days you’re mine, deal? otherwise no more other session after this,” ancam istriku kepada Pak Herman, my Boss.
Ditariknya istriku ke pelukannya tapi istriku menolak dan tetap duduk di sofa hingga Pak Herman kembali berlutut di depannya. “I’ll do it whatever you request as long I can ***** you,” jawabnya, dan tanpa menunggu lebih lanjut segera dipeluknya istriku dan tangannya mulai mengarahkan kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir vaginanya dengan kepala kemaluan dan “Bless..” Tanpa kondom, dengan sekali dorong masuklah kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai basah, dia tidak pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom, tapi ini mungkin lain bagi dia. “Kamu akan membayangkan betapa asyiknya bercinta denganku saat kamu berbulan madu,” bisik istriku. Setelah semua masuk ke vagina istriku, Pak Herman perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar masuk dan istriku mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic berdua, sementara tanganku sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin cepat Pak Herman mengocok istriku semakin cepat pula tanganku mengocok kemaluanku.
“Aaah aku keluar..” teriak Pak Herman. Istriku segera mendorong tubuh Pak Herman menjauh dan memintanya berdiri, sementara dia jongkok di depan Pak Herman, tepat semprotan Pak Herman keluar ke arah muka dan tubuhnya, kemudian istriku menjilati kemaluan Pak Herman yang masih belepotan sperma, dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih. “Aaahh stop udah.. udah, cukup!” teriak Pak Herman kegelian, sambil menarik kepala istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan lemasnya.
“You have incredible wife, I will not let her free tonight,” kemudian dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang.
“Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!” kata istriku.
Aku berdiri dan keluar melihat suasana di luar, setelah yakin aman baru mempersilakan Pak Herman keluar. Sekali lagi french kiss sambil meremas payudara istriku yang kesekian kalinya.”I’ll be here, please be ready on my sign,” kata beliau, kemudian keluar menuju kamar pengantin. Mereka melakukan tak lebih dari 20 menit tetapi rasanya seperti lebih dari satu jam, kemudian istriku masuk ke kamar mandi. filmbokepjepang.net Sebenarnya aku ingin minta ke istriku sekedar quicky tapi dia menolak dan menHermanci pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar kamar mandi dengan memakai
gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan pungHermang terbuka memperlihatkan pungHermangnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi semampai.
Tepat pukul 7:00 kami sudah di party hall, sudah banyak penHermanjung yang datang, dari kalangan bisnis dan expatriate, sementara sang mempelai sendiri belum turun ke ruangan. Kami kemudian berkeliling bersosialisasi dengan undangan lainnya baik dari kantor maupun dari luar. Sekitar 7:30 sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh sanak keluarga dan anak-anaknya, Pak Herman terlihat begitu angHerman dan berwibawa, sama sekali bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat
kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh arti dari Pak Herman. “Terima kasih atas kedatangannya Pak Chandra, Bu Chandra,” katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Lisa, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan lain. “Apa katanya?” tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, “Please be ready after this, yo’re mine tonight.” Gila kan itu orang tua.
Setelah acara resmi, maka beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai sudah berbaur dengan para undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan salah satu undangan sementara Pak Herman melakukan hal yang sama. Kami terpisah, karena istriku ngobrol dengan ibu-ibu lainnya sementara aku dengan teman kantor maupun rekanan bisnis lainnya. Di kesempatan lain kulihat istriku berbincang dengan Tomi beserta istrinya, Tutik yang cantik jelita, anak tertua dari Pak Herman, baru menikah 9 bulan yang lalu.
“Mas, sini sebentar!” tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan.
“Mas, ternyata Tomi menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita,” kata istriku cemas.
“Oke nanti aku check deh,” kataku menentramkan. Kulihat Pak Herman kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma
berkata sambil berlalu.
“Lima menit di kamar pengantin.”
“Gila berani amat ini orang,” komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Tomi, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Tutik entah kemana.
“Nice party,” sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss.
“Yah..” katanya dingin.
“Semua keluarga nginap di sini?” kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
“Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap,” jawabnya kecut dan angkuh.
“Kan emang ada keperluan.”
“Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di
kantor?”
“Enggak, cuman masalah pribadi.”
“Pribadi? Pak Chandra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang.”
“Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what’s wrong di antara dua orang dewasa,” kataku sedikit berbohong.
“Kalau aku yang minta gimana?”
“Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?” Dia diam sesaat.
“Usulanmu apa?” katanya menyerah.
“Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya.”
“Iya apa?”
Aku pura-pura berpikir sejenak sambil membayangkan Tutik yang cantik seperti Tutik Pungki.
“Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Tutik ,” usulku dengan sedikit takut. Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan
aku.
“Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas Tutik , aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Tutik , bagaimana?” jawabnya.
“Emang Papamu dengan Tutik tidak pernah..” tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga.
“Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Tutik , oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja.”
“Oke deal, don’t worry my friend,” jawabku sambil mengajak dia bersalaman.
“Kapan direalisasi? soal Tutik itu urusanku.”
“Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok.”
“Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Tutik saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Tutik itu bisex, aku sih welcome saja kalau Tutik bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi nothing new for us.”
Istriku berjalan ke arah kami, diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Herman yang terlihat tambah segar.
“Kok sebentar sayang?” sapaku menyambutnya. Istriku tidak langsung menjawab tapi melihat ke arah Tomi yang berada
di sampingku.
“Nggak apa sayang, Tomi sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang.” Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya, Tomi hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya.
“Apaan sih?” katanya masih tidak mengerti.
“Entar aku jelasin, eh gimana barusan,” tanyaku.
“Nggak ada yang istimewa, Pak Herman masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku.”
Istriku berhenti sesaat ketika ada orang lewat di dekat kami, kemudian dia melanjutkan. “Aku nggak mau kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata sudah sangat menegang, dan dia minta blowjob. Kubuka restluiting, kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan langsung saja aku kulum tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas dan diputar
membelakanginya, Pak Herman lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras.”
Untuk kesekian kalinya, istriku harus menghentikan ceritanya karena banyaknya orang lalu lalang di sekitar kami, semantara kemaluanku sendiri sudah mulai menegang mendengar ceritanya. “Tau nggak Mas, meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa melakukan itu 10 menit tanpa berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri nggak nyangka lho. Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup kuat juga semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu seperti biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling dia suka, belum
pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Tutik , gila nggak Mas.”
“Aku tahu jawabannya, itulah yang barusan aku sebut permainan berkembang, teruskan ceritamu,” jawabku sambil memperhatikan Tutik yang berdiri tak jauh dari tempat kami.
“Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Herman ada kesempatan.”
“Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali,” tanyaku
terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos.
“As you feel it.”
“Menurut kamu Tomi bagaimana orangnya?” tanyaku mulai memancing.
“Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan,” jawabnya sambil melihat ke arah Tomi yang berdiri di samping Tutik .
“Tadi Tomi ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?” tanyaku.
“Mas tertarik sama Tutik ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
“Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Tutik ,” jawabku membela diri.
“Pak Herman gimana?” tanya istriku.
Aku berpikir sejenak nggak tahu mau dikemanakan beliau.
“Kita tanya saja sama mereka nanti,” jawabku sambil menuju pasangan Tomi dan Tutik . Ternyata usulan Tomi lebih gila lagi, dia akan mengajak Papanya untuk bergabung bersama, kemudian Tomi menghampiri ayahnya, mereka terlihat berbicara serius sambil berbisik seolah tidak mau menarik perhatian undangan lainnya. Sesaat kemudian Tomi kembali bergabung dengan kami,
“Beres!” katanya. “Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkawinan yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Lisa itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan.”
Jam 9:30 para undangan sudah mulai berpamitan dan setengah jam kemudian kami berempat, aku dan Desi istriku, Tomi dan Tutik istrinya naik ke kamar kami, sepertinya everything is running well. Kami ngobrol sambil nonton TV, aku dengan Tutik di satu sofa tempat Pak Herman “mengerjai” istriku, semantara di sofa lainnya Tomi duduk berimpit dengan Desi.
Sambil nonton TV, tangan-tangan kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh pasangan masing-masing, pertama kali yang menjadi sasaranku adalah buah dada Tutik yang montok, sepertinya 36C kemudian bibirnya yang seksi, segera kukulum karena dari tadi memang sudah menjadi perhatianku di kedua area tubuh Tutik di samping lehernya yang jenjang putih. Sedangkan Tomi sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik ternyata mulutnya sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Desi memang cukup mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot setengah badan, tampaklah kulit Desi yang putih mulus itu.
Sementara aku sedikit kesulitan membuka baju tradisional Tutik yang cukup kompleks sehingga progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka kebaya bagian atas saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di dada Tutik
yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. duniasex99.com Sementara Tomi sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Desi totally telanjang, dan Tomi sendiri sudah tidak bercelana lagi.
Sedangkan aku, masih berkutat dengan kebaya si Tutik , meskipun kami masih tetap berciuman tapi tanganku harus kerja keras untuk melucutinya, sengaja aku tidak mau melepas bra-nya supaya lebih penasaran, sedangkan Tutik dengan mudahnya melepas celanaku, seperti halnya Tomi, aku juga sudah bottomless, dan Tutik tanpa henti terus meremas dan mengocok kemaluanku yang sudah menegang. Tomi sudah berjongkok di antara kaki istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah mulai merem-melek dan mendesah keenakan, Tomi tak lupa memasukkan tangannya ke lubang vagina, sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.
Setelah dengan perjuangan keras, akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya sehingga Tutik sekarang hanya memakai bikini. Bra hitam berenda selaras dengan celana dalamnya, menambah pesona seksi pada diri Tutik , tapi aku
tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih, montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku, tapi cukup membangkitkan gairah.
Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan mempermainkan puting yang menantang itu, sementara tanganku sudah menyelip di dalam celana dalamnya, ternyata shaved dan basah.Bajuku sudah terbang entah kemana, ciumanku terus turun hingga ke daerah selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka terlihatlah bukit Hermandul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan. Aku berlutut di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan mudah karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa lain dengan punya Desi begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu Tutik mulai menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya dinaikkan ke kepalaku untuk mempermudah jilatanku padanya.
Tomi sudah berganti posisi dengan istriku, Desi berlutut di antara kaki Tomi sambil mengulum kemaluannya, dijilatinya kemaluan itu dari kepala terus turun hingga ke kantong pelir begitu berulang-ulang, Tomi mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan memaksanya untuk mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya kepala istriku pada kemaluannya.
“Ding.. dong..” bel pintu berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat.
“Pasti Papa,” kata Tomi dan meminta istriku untuk membuka pintu. Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Herman.
“Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?” protesnya. Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju Tutik yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
“Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan,” lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
“Tapi Pa..” protes Tomi.
“Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Tutik sebagai hadiah untukku malam ini,” potong Pak Herman sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Tutik yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.
Dilayani dua bidadari cantik dan seksi seperti Tutik dan istriku, gairah si tua Pak Herman kelihatan begitu menggebu, dilumatnya bibir istriku dengan ganas sementara tangannya meremas remas payudaranya, dan Tutik , menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum alat kejantanan Pak Herman, sang mertua. putri77.net Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari kedua bidadari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di samping ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah, hasrat untuk memasukkan alat kemaluanku ke mulut Tutik yang seksi itu ternyata belum kesampaian.
Sementara Tomi masih berdiri terpaku entah karena melihat bagaimana Papanya dilayani oleh istrinya atau karena hasrat untuk menikmati istriku tertunda dan didahului oleh Papanya.Kedua bidadari itu berganti posisi,
istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Herman yang lagi mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena Tutik tampak sedikit nyengir.
Tangan Pak Herman meremas buah dada menantunya yang montok sementara mulutnya masih di satunya, semakin cepat gerakan istriku di alat kejantanannya dan dibantu belaian tangan Tutik di sekitar daerah kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot puting merah mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Herman yang sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya tepat ke arah Tomi berdiri seolah menHermandang apalagi dengan disertai goyangan erotic menggoda, Tomi melangkah mendekat tapi aku peringatkan dengan aba-aba sehingga dia membatalkan niatnya.
Tutik merangkak ke atas, dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istriku, dikangkanginya mertuanya tepat di atas mukanya, kemudian tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di depan vaginanya, sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara istriku masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Herman. Tutik mengatur posisinya ke “69” dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut bidadari memainkan kejantanan Pak Herman, istriku dan Tutik menantunya yang mengulum secara bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Herman meminta kedua bidadari bertukar posisi, istriku duduk di mukanya semantara beliau meminta menantunya langsung memasukkan kejantanannya ke vaginanya dengan posisi on top.
Two angel on top, one ***** by tongue another one by penis, it’s incredible. Tutik sepertinya tak mau membuang kesempatan, dia menggoyang pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun tanpa menghiraukan desahan kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri buah dadanya sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian, it’s too much bagi orang seusia Pak Herman, tak lama kemudian, “Shit I’m coming, Tutik I’m coming,” teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya tetap bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut
menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti mertuanya. Tutik turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Tutik ikut meremas-remas kejantanan Pak Herman hingga habis dan terkulai lemas.
Para suami hanya bisa memegang dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil menikmati pertunjukan bagaimana istrinya melayani mertua dan bossnya. Tutik turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya bercampur dangan cairannya, istriku mengikuti Tutik ikut meremas remas kejantanan Pak Herman hingga habis dan terkulai lemas.
“It’s my turn,” pikirku bersiap menyambut Tutik .
“Guys, you may have Tutik for next one hour, but Desi is absolutely mine tonight, no one may do her.” Tomi kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.
Tutik turun dari ranjang menuju ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah acak-acakan begitu juga dengan make up di wajah dan baunya sudah bercampur dengan aroma sperma. Sementara di atas ranjang, istriku tiduran dipelukan Pak Herman yang kelihatan masih kelelahan, tangan istriku masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali diciumnya wajah Pak Herman dan beliau membalas dengan mengelus rambut hitamnya.
Sepuluh menit kemudian Tutik keluar dari kamar mandi masih bertelanjang ria, aromanya sudah berbau aroma wangi, dan tanpa make up dia kelihatan lebih cantik alami meskipun rambutnya sedikit acak-acakan. Dia menuju kami dan duduk di tengah antara aku dan suaminya.”Ke ruang tengah yuk, nonton TV!” ajaknya sambil meneguk orange juice-nya.
Kami bertiga menuju ruang tengah, kutinggalkan istriku yang sedang dalam pelukan Pak Herman, entah apa yang akan beliau lakukan terhadapnya. Agak cangHermang juga aku begitu bertiga dengan Tutik dan suaminya, ada perasaan tidak enak dan segan terhadap Tomi. Untunglah Tutik segera membaca situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan suaminya di tempat semula kami melakukan foreplay.
Beberapa saat kemudian, memecahkan kecangHermangan, Tutik mulai ambil peranan. Tangannya meraba ke pahaku sementara tangan lainnya mengelus kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku membalas dengan memeluk dan meremas payudaranya dari belakang ketika mereka berciuman, sesekali tanganku dan tangan Tomi bersentuhan saat meremas daerah yang sama. Tutik mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan tangan satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di depanku tangan kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya suaminya mulutnya mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan kesulitan memasukkan kepalaku ke mulutnya apalagi sampai batangnya.
Memang kelihatan sekali kalau kemaluanku yang 16 cm dan garis tengah 3 cm, jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding punya Tomi yang mungkin cuma 15 cm dengan garis tengah tidak lebih dari 2,5 cm, hampir sama dengan punya Pak Herman. Susah payah dia memasukkan ke mulutnya, tapi cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia memasukkan semuanya. Kepala Tutik aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk lagi kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya saja, kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih lama lebih cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I want ***** her mouth, dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara terpenuhi.
“Gila punyamu gede banget, the biggest I’ve ever get dan bentuknya antik lagi, melengkung ke bawah, pasti aneh deh rasanya,” katanya sambil menatap kagum ke arahku. Kemudian dia ganti ke suaminya yang dari tadi memandangiku memaksa
istrinya mengulum dan ***** her beautiful wife’s mouth. Belum sempat Tutik menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Herman keluar dari kamar tidur.
“I need one guy to help me, aku perlu start up,” katanya mengagetkan kami.
Tanpa menghiraukan istrinya yang ada di depannya, Tomi segera berdiri menawarkan diri.
“Aku mau asal berperan aktif tanpa diatur lagi,” usulnya.
“Ayo cepat, bikin dia sesukamu,” jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti Tomi yang membiarkan istrinya masih jongkok dibawah.
“Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku,” ajakku meminta persetujuan Tutik . Tutik rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.
Di atas ranjang, Tomi sudah berada di antara kaki istriku yang telentang, sementara Papanya berlutut di dekat kepala istriku sambil menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia menerima kemaluan itu dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di kerjain sama Tomi dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Herman segera mengocok kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal sulit bagi Desi untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang Tutik . Sambil
melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan meremas payudara Tutik , begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.
Sesekali kukulum putingnya dengan gigitan-gigitan ringan, sesekali kusedot dengan kerasnya sampai dia mendesah, tergantung suasana di atas ranjang. Teriakan dan desahan istriku ternyata berpengaruh besar terhadap suasana di kamar itu, semakin mendesah-desah kedua bapak beranak semakin liar dan aku dengan Tutik juga semakin agresif. Di ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan Pak Herman yang sedang duduk selonjor sedangkan Tomi menjilati vagina hingga anus istriku, sementara dua jari Tomi mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku mengikuti, kumainkan klitoris Tutik dengan dua jariku dan kukocok seirama dengan kocokan suaminya pada istriku, Tutik mulai ikut mendesah keenakan.
Rambutku dijambaknya, tapi tak kupedulikan kukocok vaginanya semakin cepat. “Ssshh aahh.. ayo Mas, jangan goda aku gini, aku ingin merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh.. come on!” desahnya ditelingaku. Tomi sudah mulai
mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke dalam vagina istriku. “Aahh sshh he emm..” desah istriku sedikit kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Herman.
Melihat demikian, tangan Pak Herman kembali menjambak ringan rambutnya dan lagi mendorong ke atas dan ke bawah seirama kulumannya. Tomi langsung mendorongkan maju-mundur dengan keras dan cepat tanpa ampun seolah tiada hari esok, semakin keras Tomi mendorong semakin dalam juga kemaluan Pak Herman masuk ke dalam mulutnya, double action effect.
“Mmm ss.. eeghh..” desahan istriku tidak bisa lepas karena tersumbat kemaluan Pak Herman.
“Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu..” Tutik merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Tutik saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh gairahnya.
Kami berubah posisi, dia duduk sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya, karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar vaginanya yang sudah basah.
Lagi kudorongkan pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Tutik menggigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di dalam vagina Tutik . Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah menjerit. “Aaahh shit, soo.. big, aahh ss..” desahnya. Tak kusangka vagina Tutik masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam, mungkin karena dia ikut tegang. Tomi dan Papanya sudah berganti posisi, Pak Herman sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Tomi menggantikan posisi Papanya to ***** her mouth.
Setelah tarik-dorong tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina Tutik , kudiamkan sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. “Gila vaginaku terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini,” katanya lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras, kuhentak
hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.
“Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god yess..” desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh Tutik menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
“Kamu suka?” bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
“Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra..” desahnya. Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
“Mass Shit! Tutik ke.. lu.. aahh..” Tutik teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas. filmbokepjepang.net Bersamaan dengan teriakan Tutik , kudengar juga teriakan orgasme Pak
Herman. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
“Apa yang dilakukan suamimu pada istriku?” bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
“Mas Tomi dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma,” katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
“Lebih detail!” kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
“Aaauuwww..” dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
“Mas Tomi mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Tomi mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,” desahnya terus. Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.
Sekarang istriku ambil kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara penis Pak Herman sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
“Sepertinya bapak-anak begitu kompak,” kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir vagina Tutik .
“Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww..” katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan
sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
“Terus?” tanyaku.
“Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh..” jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.
“Percayalah, mereka tak akan membiarkan istrimu beristirahat, apalagi
Mas Tomi, kamu sudah ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss..” lagi pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik dengan keras sampai kepala Tutik digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
“Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess.. truss.. lebih kerass..” desahnya mulai menikmati permainanku.
Melihat istri atau menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Herman maupun Tomi mulai berlaku keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Tutik benar adanya, mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Herman merangkak ke selangkangan istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya penisnya dari vagina istriku dan ternyata Tomi sudah siap menggantikan posisinya, dan Pak Herman kembali mengulum payudara istriku selama Tomi mengambil alih posisinya. Tomi melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung bantal, entah sudah berapa kali mereka
bertukar bergantian.
Kemudian mereka membalik tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali Tomi mengambil peran pertama sementara Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.
Melihat istriku diperlakukan seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Tutik hingga berdiri dan tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya, dengan sedikit membungkukkan Tutik kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok vaginanya dengan penisku.
“Ouugghh.. yess.. ***** me harder!” bisiknya.
“Yang keras!” kataku.
“***** me harder.. harder.. pleaasse..” teriaknya.
Tanpa menunggu lebih lanjut, kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Tutik menelungkup di meja dan kaki tetap di lantai, tangannya
memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
“Ooohh yess, harder.. yess, faster.. ya ehmm, ***** me as you want,”
desahnya terus, sepertinya sudah lepas kontrol. Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya untuk menambah
gairah, ternyata dia menyukainya.
“Yess yaa teruss.. I like it,” kembali dia mendesah liar.
“Now, your turn!” perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di tempat yang tadi. Tutik membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku, perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke vaginanya dan langsung menggoyang
liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fu*ked before. Tutik begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.
Dengan posisi begini, kami berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Tomi yang mengocoknya dari bawah, sementara Pak Herman berusaha menjepitkan kemaluannya ke payudara istriku, agak susah
memang karena tidak sebesar punya Tutik , tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. “Shit I’m coming,” yang ternyata tetap
berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Tomi dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Tomi pun kelojotan, orgasme. “Ouuhh *****!” teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara
bersamaan.
Tutik sekarang menghadap ke arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi, kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Tutik mengocok dan mengulum kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.
Akhirnya kami semua terkulai lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Tutik ke ruang tamu untuk bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Tomi dan Papanya di atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak tahu. “Mas Tomi dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya, beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama kalinya, ya kewalahan kan,” katanya ketika kami sudah relaks di sofa kamar tamu.
Sekitar jam 03:00 pagi, Pak Herman meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, “Tomorrow your wife still mine,” dia sempat tidur sesaat, kuajak Tutik ke tempat tidur, ternyata istriku sudah tertidur dipelukan Tomi masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Tomi dipelukanku dan kami pun tertidur.