Kisah Guru Cabul Memperkosa Murid Sekolah SMP

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
1855 views

vidio bokep – setelah sebelumnya ada cerita Merasakan Kenikmatan Bersetubuh Dengan Ayahku, kini ada Kisah Guru Cabul Memperkosa Murid Sekolah SMP. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot.

Kisah ini adalah cerita cabul nyata yang dilakukan seorang guru SMP pada belasan murid perempuannya. Seperti dituturkan Mukidi pada penulis, telah diedit tanpa mengaburkan keaslian maknanya. Mukidi adalah lelaki berusia 35 tahun yang masih juga ngejomblo dan pekerjaan sehari-harinya sebagai guru di SMP swasta di kota S(Edited).

Kenapa tetap ngejomblo?
Ceritanya diusia belasan dulu, Mukidi pernah dikecewain Mustinah, gadis kampung idamannya yang kemudian kawin dengan bandot tua bernama Muksin, juragan tanah di kampung itu. Setelah merantau dan menjadi guru di kota S, Mukidi juga pernah beberapa kali menjalin asmara, misalnya dengan Susi, karyawati disebuah hotel di kota S. Tapi, Mukidi pun jadi kecewa setelah tahu kalau Susi tak lebih hanyalah wanita panggilan yang tubuhnya sudah seringkali dijamah lelaki hidung belang. Sedangkan dengan Erna, anak kepala desa di kota S, orangtua Mukidi dikampung kurang sregg, jadi Mukidi terpaksa hengkang meninggalkan Erna. Takut kualat sama ortunya.

Di kota S, Mukidi tinggal dikompleks pengajar di SMP swasta itu. Nah kelakuan bejat Mukidi mulai terjadi dua tahun terakhir, dan semakin menjadi-jadi karena selama itu tak pernah ketahuan.

Awalnya, suatu pagi Mukidi bingung sekali harus bagaimana. Semalam sebelumnya, ia bersama beberapa teman bujang disekitar kompleks pengajar habis melototin adegan layak sensor dari VCD miliknya. Gambaran adegan porno yang ditontonnya membuat libido Mukidi terus melonjak dan butuh tersalurkan, sementara istri belum punya. Mau belanja ke lokalisasi, Mukidi takut kepergok kenalan. Profesi sebagai guru yang patut digugu dan ditiru tentu saja melarangnya secara sosial untuk melakukan itu.

 

“Ayo Linda, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan,” perintah Mukidi pada muridnya. Pagi itu Mukidi mengajar matematika untuk kelas satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yang cowok 10 dan cewek 20. Begitu dapat perintah Mukidi, Linda maju kedepan untuk mengerjakan perintah pak guru Mukidi.
“Sudah pak.., sudah selesai,” kata Linda setelah mengerjakan tugas dipapan tulis. Mukidi bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yang dikerjakan Linda.
“Wah., kamu ini pasti tidak pernah belajar ya? Kok ini salah semua.. Sini kamu Linda, bapak beri hukuman,” Mukidi sedikit melotot meminta muridnya mendekat.

Linda adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Mukidi, murid yang satu ini cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Linda yang mulai remaja membuat daya tarik tersendiri bagi Mukidi, apalagi tubuh bongsor Linda membuat susu yang baru tumbuh terlihat sexy tak ber BH.

“Nih.. Lain kali belajar yang rajin ya..,” Mukidi mencubit bokong Linda dengan gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.
“Ampun pak guru.. Iya besok saya belajar,” filmbokepjepang.sex Linda takut sekali dimarahi pak guru Mukidi.
“Anak-anak yang lain, kalau kalian tidak belajar maka kalian akan bernasib sama kayak Linda. Nah Linda, jam istirahat nanti kamu menghadap pak guru ya, kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah,” perintah Mukidi lagi, Linda merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran Matematika selesai, Mukidi kembali kerumahnya yang hanya beberapa meter dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar bu Westi untuk pelajaran IPA.

Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Mukidi dirumahnya, akal bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yang terpendam pada Linda.

“Teng.. Teng.. Teng,” bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.

Diruang tamu rumahnya, Mukidi menunggu Linda datang. Dan betul saja, beberapa menit setelah lonceng berbunyi Linda terlihat menuju rumah pak guru Mukidi.

“Ayo masuk Linda, duduk disini,” kata Mukidi begitu Linda sampai.
“Iya pak guru,” Linda langsung duduk dikursi di depan Mukidi.
“Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yang harus kau lakukan, atau memang kamu malas belajar hah?” Mukidi berlagak marah membuat Linda ketakutan.
“Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yang masih kecil, jadi sering lupa belajar, maaf pak guru,” Linda tertunduk.

Mukidi tersenyum simpul melihat Linda yang ketakutan, ia pun segera berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Mukidi kemudian menjelaskan pada Linda kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar, tentu saja itu akal-akalan Mukidi.

 

“Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya,” kata Mukidi meyakinkan.
“Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara,” jawab Linda lugu. Waktu pun disepakati, Linda akan datang jam 5 sore untuk menerima rahasia ilmu dari pak guru Mukidi.

Mukidi sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Linda sore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yang hanya tiga rumah akan sepi karena pak Mad dan bu Westi ada acara arisan keluarga. Mukidi tak ikut karena belum berkeluarga.

“Tok.. Tok.. Tok,” pintu rumah terdengar ketukan.
“Eh kamu Linda.. Kok cantik sekali kamu..,” Mukidi menyambut Linda dengan genit.
“Jadi kan bapak kasih ilmunya?” tanya Linda dimuka pintu.
“Jadi dong, ayo masuk kamu,” Mukidi menuntun Linda masuk kerumahnya, setelah itu pintu utama ditutup rapat. Linda pakai rok sekolah sebatas lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuat susu yang baru tumbuh nampak tersembul kedepan.
“Nah sekarang bapak mau kasih rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu untuk tidak cerita kepada siapapun. Soalnya, kalau murid yang lain tahu mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanti kamu banyak saingan dan susah jadi juara, mau kan?” kata Mukidi.
“Iya.. I.. Iya pak saya janji,” jawab Linda lugu.
“Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih ilmunya,” Mukidi menyuruh Linda duduk di bangku kayu, Linda menurut saja.

Setelah Linda duduk, Mukidi mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Linda.

“Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini,” kata Mukidi, lidahnya langsung menyapu daun telinga Linda berkali-kali sambil tangannya memegangi kepala Linda.
“Aduh.. Geli pak guru.. Geli sekali,” Linda kegelian berusaha berontak.
“Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya,” Mukidi berhenti sebentar untuk meyakinkan Linda, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi setelah Linda mengangguk. Puas menjilati telinga Linda, jilatan Mukidi turun keleher Linda, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu baru tumbuh milik Linda.
“Engghh geli pak guru..,” Linda menepis tangan Mukidi, Mukidi pun menghentikan aktifitasnya.
“Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak?” kata Mukidi sedikit melotot dan berlagak marah. Linda jadi takut.
“Iya pak, mau,” jawab Linda tertunduk.
“Baiklah, telingamu sudah bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biar bapak yang nyabunin nanti. Mengerti?” Mukidi memerintah lagi. Linda yang anak kampung menurut saja, tak menaruh curiga.

Gebyar.. Gebyur.. Linda mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak ditutup, dan Mukidi menikmati tubuh telanjang Linda dari pintu itu.

“Sudah pak guru, sekarang sabunnya mana?” tanya Linda.

Tubuh Linda yang beranjak remaja membuat nafsu Mukidi naik. Susu yang baru tumbuh dan vagina Linda yang belum berbulu dipandangi Mukidi bergantian, lalu Mukidi mendekati tubuh berkulit putih itu.

“Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya,” tanpa menunggu jawaban Linda, Mukidi segera mengusapi tubuh Linda dengan sabun yang dipegangnya.

Tangan Mukidi mulai nakal dan menjamahi susu Linda, mengusap-usap dan menekan nekan. Meski kegelian, Linda nggak berani melawan, takut dimarah pak guru. Eh tangan Mukidi lebih berani lagi mengusap di pangkal paha Linda berkali-kali. Setelah puas menjamahi tubuh Linda, Mukidi menyuruh Linda menyelesaikan mandi, dan menyuruhnya melilitkan handuk saja setelah selesai. Mukidi menunggu diruang tamu.

“Saya sudah selesai mandi pak,” Linda keluar kamar mandi dengan tubuh terbungkus handuk.
“Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak,” kata Mukidi dengan mata berbinar, lalu mengamit tangan Linda dan menuntutnya masuk kekamar.
“Sekarang bobo’an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya,” suruh Mukidi pada Linda, lagi-lagi Linda nurut saja.

 

Setelah Linda berbaring di ranjangnya, Mukidi mendekat dan duduk disamping kanan ranjang itu. Tangan Mukidi dengan terampil menghempaskan handuk yang dikenakan Linda sehingga tubuh putih Linda yang baru mekar itu langsung terpampang tanpa halangan dihadapan Mukidi. Linda sedikit bingung melihat perlakuan gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani protes. Jakun leher Mukidi naik turun memandangi susu ranum Linda yang putingnya masih kecil dan tonjolannya pun belum sempurna. Lidah Mukidi segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membentur selangkangan Linda yang ranum belum ditumbuhi bulu.

Tangan Mukidi menggerayangi tubuh Linda, sementara Linda tak berkutik menahan geli. Kemudian Mukidi naik keranjang dan mulai menciumi tubuh telanjang Linda.

“Pakhh.. Geli pakhh,” Linda menolak kepala Mukidi saat lidah Mukidi menjilati susunya.
“Uh.. Kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak? Nilai kamu nanti bapak kasih merah semua lho,” Mukidi mengancam dengan mata melotot.
“Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak,” Linda pasrah akhirnya.
“Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..,” ketus Mukidi dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.

Linda bukan main kegelian, apalagi selama ini belum pernah dijilatin susunya, berpikir untuk itu pun belum karena usianya masih kecil. Tapi untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Mukidi, ia juga ingin mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Linda hanya bisa menggeliat sambil terpekik kecil menahan perlakukan Mukidi, hal itu membuat Mukidi tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Linda.

Ciuman dan jilatan Mukidi terus turun keperut dan selanjutnya turun lagi menuju selangkangan Linda. Mukidi berhenti sejenak, disingkapnya paha Linda agar lebih mengangkang. Mata Mukidi hampir loncat melihat vagina Linda yang sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliki vagina yang sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.

“Nah.. Linda, sekarang saatnya pak guru menambah ilmu tadi biar kamu lebih pintar lagi,” kata Mukidi. Linda tetap pasrah menerima perlakuan gurunya, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa banyak tanya.
“Ahh pakhh..,” Linda terpekik tapi tak berani melawan saat lidah Mukidi menjalari permukaan vaginanya. Pinggulnya hanya bisa bergerak kecil menahan geli yang sangat dijilati Mukidi.
“Sakit ya Lin?” tanya Mukidi ditengah jilatannya.
“Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..,” jawab Linda.

Jilatan Mukidi diteruskan, dan lama-lama Linda merasakan perasaan yang selama ini belum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat yang sensasional bagi Linda. Cairan kental mulai merembes dari vagina Linda, lidah Mukidi menerima cairan itu dan melanjutkannya, cairan itu ditelan Mukidi. Sore itu Mukidi benar-benar mempraktekan fore play yang ditontonnya di VCD porno, kepada Linda muridnya. Lidahnya makin berani menelusup dibelahan bibir vagina Linda.

“Ahh.. Pakk Ghuuruu.. Linda pingin pipisshh pakhh..,” Linda merasakan seluruh sendi dibokongnya kejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya mulai muncul. Mukidi tak menyia-nyiakan kesempatan itu, vagina Linda semakin dilumat dan disedot-sedot dengan bibirnya.
“Mmmphhff.. Ahh hayoo.. Pipiss aja Linn.. Mmffphh,” Mukidi menambah jilatannya divagina Linda, sampai tubuh Linda tersentak-sentak menahan geli.
“Ahh.. Iyaa.. Linndaa piipisss Pakhhh… Uhhh.. Pipiss.. Tuhhh.. Aahhh,” Linda kejang beberapa kali. Orgasme pertama yang dirasakannya membuat Linda melambung kenikmatan. Mukidi pun menghentikan aksi jilatnya.
“Sakit ya Linn?” tanyanya memandangi wajah Linda yang semakin ayu dilihat.
“Eh.. Enggak paakk.. Bapak jangan marah ya, Linda pipis dimulutnya bapak.. Habis Linda nggak tahan geli sekali sih,” Linda takut kalau Mukidi marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.
“Bapak nggak marah, tapi apa yang kau rasakan tadi?” Mukidi memancing Linda.
“Enggh.. Geli pak,”
“Enak nggak,”
“Iya.. Geli tapi enak pak,” jawab Linda malu.

 

 

Category: PERKOSA Tags: , , , ,
VIP579 SLOT258 SLOT161 FASTBET99 STARBET99 HOKIBET99 NEXIABET