True Story : Teman Kuliah S2 saat di Depok 1998
Kejadian ini saat saya kuliah S2 di Depok, karena rumah saya di Jakarta Timur, maka tiap hari kuliah saya berangkat pagi-pagi dari rumah dan di Depok seharian sampai pulang malam karena ada kuliah yang malam. Siang hari disela jam kuliah, saya isi waktu dengan belajar di Perpusatakaan, dan sering pula tiduran di mobil dibawah kerindangan pohon, saat itu kampus kami masih asri tidak banyak bangunan seperti saat ini.
Setelah kuliah berjalan 1 minggu, saya berkenalan dekat dengan rekan kuliah satu kelas yang tinggalnya di Jakarta Timur juga, tepatnya di Rawamangun. Biasanya dia pergi kuliah dengan bus pulang balik, singkat cerita akhirnya dia ingin menumpang pulang pergi bersama saya. Saya tidak keberatan, karena memang saya butuh teman untuk sama-sama mengerjakan tugas-tugas dan membicarkan materi-materi kuliah. Apalagi dia orangnya baik, ramah dan sangat cantik walaupun usianya saat itu sudah tidak muda, sekitar 35 tahun. Kulitnya putih, tinggi badannya 165cm, dan perawakannya cukup seimbang dengan berat badan kira-kira 60 kg. Usia saya saat itu 27 tahun.
Kami selalu bersama-sama kuliah, mengikuti kegiatan dari pagi sampai malam. Hampir tiap siang, kami selalu istirahat tidur-tiduran di mobil, dan sepertinya saat-saat itu biasa aja, Eni tiduran dengan merebahkan kursi depan dan saya tidur dikursi sopir juga dengan merebahkannya kebelakang. Sambil merebahkan diri, biasanya kami langsung tertidur. Walaupun Eni cantik, tapi saya menganggap dia adalah sahabat dan tidak berpikiran ingin menjadi partner seksual. Dengan angin sepoi dibawah rindangnya pohon-pohon besar kampus, dan perut kenyang, biasanya kami terlelap sekitar 1 jam, setelah itu bangun dan cuci muka di perpustakaan yang dilanjutkan dengan belajar sambil mempersiapkan kuliah sore/malam. Rutinitas ini kami lalui sampai semester 3.
Pada suatu hari, waktu itu kami baru saja mengikuti kuliah pagi jam 9.00 yang kelar jam 11 san, dari ruang kuliah kami ke tempat makan dulu di belakang fakultas. Saya makan ketoprak dan teman saya sebut namanya Eni, dia makan soto ayam. Sambil makan kami membicarakan masalah saat itu yaitu rame-rame demo 98 di Jakarta. Kami tidak bisa langsung pulang, karena ada kabar Jakarta lagi rame, sehingga saat itu saya usul untuk menunggu dulu di Depok sambil melihat perkembangan.
Selesai makan, kami naik ke mobil dan saya membawa mobil kedekat Perpusatakaan, tiba-tiba hujan datang, gerimis sebentar terus lebat. Karena hujan relatif lebat, maka kami segera parkir tepat disamping perpustakaan, maksud saya agar nanti dapat turun dan langsung masuk terasan Perpus sehingga tidak kehujanan.
Hujan yang lebat, membuat saya males mau keluar ke Perpus, saya usulin ke Eni bagaimana kalau tidur dulu aja, dan dia menyetujui. Mulailah kami masing-masing merebahkan kursi dan siap-siap tidur didalam mobil. Baru beberapa menit saja, Eni sudah terlelap, dan saat itu entah kenapa saya belum bisa mulai tidur, saya mengamati Eni disamping saya yang sudah terlelap. Saya mengamati bentuk tubuhnya, waktu itu dia menggunakan baju hem lengan pendek warna putih dan bawahan rok hitam sebatas lututnya. Timbul niat saya yang mungkin terpendam dibawah sadar, memberanikan diri memegang tangannya, yang saat itu menelungkup diperutnya. Saya belai tangannya yang halus dan dingin, kemudian saya usap sampai kearah lengannya dan menyusupkan tanganku kedalam pundaknya.
Usapan usapan tanganku ditangan kanannya, membuat nafasnya agak cepat, entah dia sudah bangun atau masih tidur, saya jadi ingin lebih lagi, saya beranikan untuk memegang susunya. Ya saya sudah memegang dan meremas susunya, tetapi karena ada BHnya rasanya kurang, sehingga perlahan aku buka kancing bajunya dari yang paling atas sampai kancing yang sebatas perutnya.
Hujan semakin deras diluar, dan didalam mobil semakin dingin AC nya, saya melihat tangan dan bulu-bulu halus Eni seperti merinding. Saya buka bajunya singkap sehingga terlihat 2 buah susunya dikerangkeng dengan BH. Kususupkan tanganku dari bawah BH susunya dan langsung kudapatkan susu dan pentilnya kuremas halus dan kusibakkan keatas perlahan BH yang menutupi susunya.
Terlihat dua buah susunya yang indah, kuremas-remas dan entah naluri dari mana pentilnya kuemut dan jilatin, kumainkan lidahku di puting susunya. filmbokepjepang.sex Putingnya coklat muda dan tidak terlalu besar.
Eni kulirik masih memejamkan matanya, tapi aku tahu kalau dia sudah bangun, karena nafasnya mulai memburu. Beberapa menit aku memainkan dan menikmati kedua susunya, kulihat susunya yang putih menjadi kemerahan dibeberapa tempat. Kemudian aku mulai meraba raba perutnya dan dengan cepat kususupkan tanganku menyusup kedalam rok bawahannya dan langsung menyusup dibawah CDnya, sampai tanganku sampai dirambut vaginanya.
Kumain-mainkan rambutnya yang tidak terlalu banyak, kemudian perlahan kuturunkan tanganku kearah kiri dan kanan miss V nya. Dan Eni kemudian bergerak mengangkat kedua kakinya dan menjepit tanganku diselangkangannya. Masih agak kaget, terasa kepalaku dijitak keras sama Eni. Hahahaha kulihat wajah Enni yang bangun sambil ngomong ke saya “Ngapain kamu mas “, sementara tanganku masih kejepit diselangkangannya.
Secara perlahan jari tengahku kugesekan ke miss V nya Eni sambil mataku menatap ke matanya, terasa basah licin di garis kemaluannya Eni, semakin kencang jepitan kaki Eni, semakin tertekan jariku menempel di miss V nya, dan sambil mata kami bertatatapan. Beberapa detik kemudian Eni memeluk aku dan mencium pipiku.
Maka dengan lega, aku segera mencari bibirnya Eni, untuk kucium kulumat sementara tanganku yang kanan meraba-raba miss V Eni, keatas kebawah kesamping dan menggosok pelan-pelan klitorisnya, kemudian tangan kiri Eni membimbing tangan saya untuk menyesuaikan irama ngegosoknya sesuai yang diinginkan Eni. Beberapa saat kemudian kurasakan miss V nya Eni berkedut dan mengeluarkan sekresi lendir yang relatif banyak membasahi jari-jemari tanganku.
Setelah itu tangan kanan Eni membuka dengan kasar resleting celana panjangku dan memlorotkannya sementara posisiku kesulitan bergerak soalnya ada stir. artikelbokep.com Begitu Eni berhasil mlorotin celanaku sampai sebatas paha, dengan tangannya dia meraih dan mengocok penisku. Dia berkata, “Ayo mas dikeluarin aja “, sambil dia mengocokin penisku, aku kembali menciumin melumat bibir dan mulutnya, sambil meremas-remas 2 payudaranya. Kita berhadapan dipisahkan antara 2 tempat duduk dengan tuas persneling dan handbrake.
Kocokan tangan Eni kepenis ku semakin kencang dan dari tatapan mata Eni seperti dia ingin saya segera orgasme, sambil dia terus mengocok bergantian dengan tangan kiri dan kanannya. Eni juga menikmati elusan tangaku terhadap payudaranya, dengan bergerak-gerak yang kadang seperti tersentak.
Rupanya Eni tidak sabaran, dia beringsut menurunkan badannya dan melepaskan belaian tanganku di susunya, dia kebawah dan langsung memasukan penisku kedalam mulutnya, perlahan dia mengulum, saya hanya dapat melihat kepalanya dia bergoyang-goyang mengulum-mengulum penisku. Suara dari sedotan mulutnya terhadap penisku terdengar ditengah suara hujan.
Kemudian dengan tangannya dia mengocok dan sedotan mulutnya terhadap penisku, aku tidak kuasa lagi menahan sensasinya, dioral oleh teman ku ini.
Tidak berapa lama, kira-kira 5 menit kemudian saya mengeluarkan sperma dan tentu saja muncrat kemana-mana. Sebagian besar muncrat kewajah Eni. Saya tidak sempat bilang kalau mau keluar karena saking nikmatnya sensasi ingin memuntahkan sperma ke wajah Eni. Eni tetap dengan baik mengocok penisku sampai benar-benar tuntas semua tetes terakhir dapat keluar, kemudian dia bangun dan melap ceceran sperma yang ada diwajah leher dan tangannya dengan tissue dan sapu-tangan.
Hujan masih deras bukan main. Kami membisu saja dan Eni merapikan bajunya yang terbuka kancingnya dan roknya yang melorot. Kemulusan tubuh dan perutnya tertimpa sinar matahari walaupun mendung hujan, membuat ku tetap terkesima. Walaupun usianya sudah 35 tahun, tetapi Eni masih sangat padat dan sintal, seperti gadis usia 23 tahun. Setelah rapi, kami keluar lewat pintu kiri tempat duduk Eni dan langsung masuk ke Perpustakaan. Kami berpisah di toilet dan membersihkan diri.
Sejak peristiwa ini, secara teratur kami saling berciuman dan bercumbu kalau ada kesempatan waktu luang diantara waktu belajar.