Barang yang di bawah segera berdiri tegak, dan aku mencoba membuka retsleting perlahan. Setelah beberapa saat aku mulai onani, tiba-tiba ada cewek yang masuk ke WC, lalu ngobrol-ngobrol sama cewek-cewek cheers itu. Dan ketika kulihat sepatunya, ternyata Mita. Dia lalu sedikit membetulkan rok abu-abunya, kemudian mengangkat kedua kakinya bergantian ke tembok untuk membetulkan tali sepatu. Saat itu kulihat jelas paha mulusnya yang putih bersih. Betapa kencangnya barangku waktu itu. Tapi sebelum aku bisa mengeluarkan spermaku, cewek-cewek sudah pergi semua. Akhirnya aku mengambil tempat lainnya itu dari kelas. Aku mengintip dan melanjutkan onani sambil duduk di kursi dekat jendela. Fuuhhh..cheers itu sexy-sexy sekali.filmbokepjepang.com
Tidak lama, tiba-tiba ada seseorang yang lewat di depan kelasku yang sepertinya adalah cewek. Tiba-tiba lagi, belum sempat aku membetulkan celana, cewek tersebut masuk kelasku. Ternyata si Mita..! Kagetku tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata ataupun tulisan dengan bahasa apapun. Maluku juga bernasib sama. Cat merah pun mungkin masih kalah merah dibanding wajahku.
Mita lalu setengah berteriak, “Yaampuuunnn.., si Iaaaan.. ngapain kamuuu..?” (Mita kalau ngomong denganku pakai aku-kamu).
Mita melihatku dengan setengah senyum malu-malu. Bibirnya yang tersenyum dia tutupi dengan kedua telapak tangannya seperti orang menyembah.
Dengan terbata-bata aku berbicara, “Eehh.., Lan.., ini…”
Dia langsung memotong omongan gagapku itu, kembali dengan ekspresi senyuman, “Hahaa.., dasar..! Sini dong bantuin nyariin buku LKS-LKS yang ketinggalan…”
Sejenak aku justru bingung. Mita yang sudah melihatku setengah bugil bawah kok biasa-biasa saja, dan malah minta tolong mencarikan buku lagi..? Pikirku, ya sudahlah.., semoga saja dia tidak ‘ember’ (cerita-cerita sama orang lain). Dengan pura-pura tidak ada apa-apa, aku langsung menghampirinya dan membuka serta mencari-cari di lemari kelas. Mita berdiri di dekatku sambil membungkuk. Waktu aku sedang mencari-cari buku, aku menyadari kalau Mita memperhatikan aku.
Saat kulihati dia, dan kutanya, “Kenapa, Lan..?”, dia hanya menjawab, “Ehem.., Ooh.., enggaaak…” dengan nada manja.
Lalu sekilas kulihat leher seragamnya agak turun, sehingga buah dadanya yang terbalut bra terlihat. Memang sih tidak besar dan tidak kecil, tapi dapat membuat nafsuku bangkit. Lalu kuteruskan lagi mencari buku-bukunya. Tahu-tahu, Mita mendekatkan wajahnya ke pipi kananku, dan menciumnya lembut. Akibatnya, bulu kudukku jadi merinding. Apalagi ditambah ciuman Mita merambat sampai ke daerah kuping.
Ciumanku sudah lumayan lama. Mita nampak menikmati mengulum-ngulum lidahku. Kemudian, Mita membuka kemejanya sendiri dan kemejaku juga. Untung saja waktu itu aku kebetulan tidak memakai kaos dalam, jadi tidak terlalu repot-repot. Mita lalu mencopot bra-nya, modelnya yang tidak memakai tali. Saat sepintas kulihat, payudaranya nampak kencang dan sedikit membesar, mungkin ereksinya cewek. Apalagi saat kuraba-raba, terasa sekali betapa kencangnya payudara Mita. Putingnya berwarna coklat gelap.
Saat bibirnya mengenai ujung barangku itu, aku langsung refleks mendongak ke atas, kedua tanganku mencengkeram pinggir meja dan kursi dengan keras. Namun, setelah beberapa lama Mita naik turun menghisapi barangku, sudah mulai biasa. Ternyata nikmat sekali. Mita juga sekali-sekali menjilati sekeliling barangku, dan kemudian lanjut menghisap. Saat itu mungkin itulah ereksi terbesar dan terkerasku selama ini, dan juga mungkin terpanjang.
Mita memegang pangkal batang kejantananku dengan keras. Mita yang kadang mengelus bulu testisku dan menjilatinya membuatku sangat geli namun bukan geli untuk tertawa, melainkan geli nikmat. Selama kegiatan sex itu, aku dan Mita tidak mengeluarkan dialog apa-apa kecuali hanya mendesah, “Aghg.. ehhh…” dan desahan-desahan lainnya.
Tidak lama kemudian, Mita tidak mendudukiku, tapi ia justru berjongkok dan mulai meng-onani-kan aku. Sejenak aku berpikir mungkin ia belum mau perawannya hilang. Tetap saja pada akhirnya aku tidak perduli. Aku menerima kocokannya yang ternyata lebih enak daripada kocokanku sendiri. Apalagi bila kocokan tangannya mengenai pangkal kepala penisku, wuiihhh.., mungkin seperti listrik ratusan volt. Mungkin karena nafsuku yang sangat besar, orgasme-ku sedikit lagi tercapai.
Aku langsung menyuruh Mita bersiap-siap, meskipun untuk ngomong pun susah karena desahan, “Mit.., ehh… hhh… bentar lagi..”
Mita tidak menjawab. Namun dia sudah siap membuka rongga mulutnya di depan kemaluanku.
Lalu, “Crooottt..!” akhirnya aku ejakulasi.
Setelah beberapa semprotan, aku sempat berhenti beberapa detik, dan kuangkat badan Mita. Aku bermaksud untuk menyiram spermaku tidak hanya di wajahnya saja, namun di payudaranya juga (seperti di film-film biru).
Akhirnya setelah kutahan, kuteruskan siraman air maniku itu ke dadanya, meskipun tinggal beberapa semprotan. Mita kemudian terdiam sejenak. Dia menghempaskan kelelahannya. Sambil melihati dadanya yang tersiram mani, ia juga mengelap wajahnya yang lebih penuh dengan cairan hangat putih kental dengan telapak tangannya.
Kemudian ia mengambil handuk kecil yang sering ia bawa dari tasnya, dan lanjut membersihkan maniku lagi. Setelah itu, ia yang masih telanjang bulat menduduki pahaku sambil melingkari tangannya di leherku.
Lalu ia berkata, “Ian.., yang ini (sambil menunjuk ke selangkangangannya) jangan dulu yah.., kalo mau kayak tadi aja..”
Aku langsung mengerti maksudnya dengan mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian, setelah ia memelukku dengan erat, ia menyuruh supaya segera berpakaian.
Aku dan Mita segera berpakaian dan keluar kelas dengan hati-hati setelah mengambil LKS yang dia cari tadi, dan memasang tampang biasa-biasa supaya tidak dicurigai.
Malamnya, akhirnya aku dan Mita resmi jadian. Lumayan aneh kan, terbalik, jadian setelah bercinta duluan. Sejak itu hingga sekarang, aku tidak pernah lagi mengintip dan onani melihat cewek cheers, di WC cewek ataupun guru-guru wanita. Karena ada Mita pacarku yang melayani nafsu besarku setiap hari.