Dgn kecantikannya, rambut panjang sedada, badan jangkung (172cm) dgn kulit putih mulus, dan wajah Indonya yg mempesona dia menundukkan Pak Badhrun, 54 tahun, dalam sebuah jamuan makan malam. Pak Badhrun meski telah berkeluarga hubungannya dgn isterinya hanyalah sebagai formalitas, sama seperti dirinya, isterinya pun suka selingkuh sana-sini sebagai dampak dari kehampaan hidup di tengah gelimang kemewahan, anak tunggal mereka yg sekolah di luar negeri juga terkenal akan keplayboyannya. Tiga bulan setelah pertemuan mereka, Pak Badhrun resmi mengangkat Lili sebagai simpanannya.
Sebagai perempuan simpanan, tugas Lili sebagian besar adalah memenuhi kebutuhan biologis Pak Badhrun yg hobbynya melalap gadis-gadis muda seumurnya. Pak Badhrun memang nafsu seksnya menggebu-gebu, tetapi staminanya yg telah dimakan umur tak mengimbanginya, seringkali Lili merasa kurang puas, tapi dia tak enak mengatakannya terus terang.
Gairahnya yg cukup tinggi yg belom sepenuhnya terpuaskan oleh Pak Dahlan melibatkannya dalam beberapa affair dgn oknum-oknum tertentu dalam lingkungan kerjanya seperti sutradara, fotografer, dan produser. Suatu hari Pak Badhrun sedang pergi ke luar negeri untuk urusan dinas sehingga meninggalkan Lili selama dua mingguan.
Di saat yg sama Lili menerima pinjaman sebuah DVD dewasa dari salah seorang temannya. Alih-alih sedang sepi sedang tak ada job dan Pak Badhrun sedang tak ada, Lili menyetel DVD itu di kamarnya. Di film itu dia melihat seorang perempuan Asia yg cantik dan berwajah innocent sedang digauli tiga orang lelaki negro bertampang sangar.
Perempuan itu mula-mula menolak tapi lama-lama dia terlihat semakin menikmati digangbang tiga ‘gorila’ itu. Dgn agresifnya dia melayani ketiga kemaluan hitam, panjang, dan berurat itu. Hingga akhirnya air mani ketiga lelaki itu muncrat membasahinya luar dan dalam, perempuan itu bahkan menelan air mani para lelaki itu dan menjilati yg tercecer di badannya.
Tontonan itu membuat jantungnya berdebar-debar, dia sampai orgasme sekali karena mengelus-elus kemaluannya. Dia mulai membaygkan bagaimana rasanya bersebadan dgn orang-orang kasar dan lower class. Sepertinya ada sensasi lain yg timbul dari hubungan seperti itu karena dia merasa jenuh dgn kehidupan seks yg begitu-begitu saja. Pemikiran seperti itulah yg mengubah perilaku seksualnya, dia membaygkan sebuah kemaluan hitam panjang menyebadaninya dan tangan-tangan kasar menggeraygi badannya. filmbokepjepang.com
Dia menuju ke jendela, dan melihat ke bawah dari kamarnya di lantai dua, diperhatikannya Pak Adjie, tukang kebunnya yg berumur 43 tahun sedang membersihkan mobil di halaman depan. Lelaki itu mengelapi mobil dgn tangannya yg kokoh berurat, keringatnya terlihat membasahi dahinya, sesekali dia menyeka keringat itu dgn tangannya.
Sungguh obsesi itu makin menggodanya membuat jantungnya berdetak makin cepat. Di rumah itu, selain Pak Adjie, masih ada juga Mbak Jum, pembantu rumah tangganya. Dia masih mempertimbangkan kalo-kalo perempuan setengah baya itu mengetahui kalo dia membuat skandal. Sembari merenunginya, Lili tiduran telentang di ranjang spring-bednya, tangannya mengelus-elus kemaluannya sembari terus membaygkan hasrat liarnya, sampai akhirnya dia tertidur tanpa memakai celana.
Bangun-bangun langit telah menguning dan jam telah menunjukkan pukul 5.15 sore. Fantasi liar itu masih saja membayginya. Dia memikirkan beberapa saat tentang niatnya itu, akhirnya dia membulatkan tekad untuk menjalankan fantasinya itu. Lilipun melepas seluruh pakaiannya lalu melilitkan handuk kuning ke badannya. Dipanggilnya Pak Adjie melalui intercom yg mengarah ke ruang belakang yg ditempati pembantu.
“Pak Adjie, tolong kesini sebentar, kran air disini macet nih keliatannya !”
Sebentar kemudian telah terdengar ketukan di pintu, dgn dada makin berdebar-debar, Lili membukakan pintu kamarnya. Muka Pak Adjie langsung memerah bercampur grogi melihat penampilan seksi majikannya itu, paha jenjang yg putih mulus itu sungguh membuatnya menelan liur, belom lagi tonjolan dadanya yg membusung itu.
Di kamar mandi mewah yg ada TV-nya itu, Lili duduk di mulut bathtub dan menyilangkan kakinya sehingga paha mulusnya semakin menampakkan keindahannya pada lelaki berkumis itu.
“Ini Pak, kran buat bathtubnya ga jalan, ga tau kenapa nih !” katanya
“Bisa kok Bu, ga ada yg macet !” kata lelaki itu setelah memutar kran dan airnya mengalir
“Ooohh…ya udah, soalnya tadi saya puter-puter berapa kali airnya ga keluar melulu sih, makasih ya Pak !” katanya seraya bangkit berdiri mau mengantarkan Pak Adjie ke pintu.
Lili yg berjalan duluan ke arah pintu dikejutkan oleh tarikan dari belakang yg menyebabkan handuk yg melilit badannya terlepas. Dia terkejut dan secara refleks menutupi bagian dada dan selangkannya dgn kedua tangan.
“Aww…kurang ajar, apa-apaan nih !” jeritnya pura-pura marah pada Pak Adjie
Tetapi Pak Adjie dgn cekatan segera menangkap kedua lengan Lili lalu diangkat ke atas dan dikunci pergelangannya dgn telapak tangannya yg besar dan kokoh, selain itu lelaki itu juga memepet Lili hingga punggungnya menempel ke tembok dekat pintu kamar mandi. Nafsu Pak Adjie yg telah lama tak bertemu dgn isterinya di kampung mendorongnya untuk bertindak lebih dulu sebelom Lili memulai.
“Aahh, Ibu ini malu-malu, saya tau kok Ibu sengaja ngegodain saya, lagian emang daridulu saya udah kepengen nyicipin Ibu kok, hehehe !” Pak Adjie ketawa dekat wajah Lili.
Mata lelaki itu seperti mau copot memperhatikan badan telanjang Lili yg sempurna, putih mulus tak bercacat, buah dadanya kencang dan montok dgn perut rata, pada pangkal pahanya nampak rambut-rambut hitam yg lebat menutupi daerah itu. Lili sendiri mulai merasa seksi dan terangsang memamerkan badan telanjangnya di depan tukang kebunnya itu.
“Pak…enngghh !” desahnya ketika Pak Adjie meremas buah dada kanannya
“Gini kan yg Ibu mau, mumpung Bapak nggak ada !” katanya dekat telinga Lili sehingga dengus nafasnya meniup telinga dan tenguknya dan menaikkan gairah Lili.
“Lepaskan, Pak…eemm !” kata-kata Lili tak sempat terselesaikan karena Pak Adjie keburu melumat bibir tipisnya dgn bibirnya yg tebal.
Rontaan Lili, yg pada dasarnya hanya pura-pura itu melemah karena birahinya yg makin meninggi. Ketika Pak Adjie melepas kuncian pada kedua pergelangannya, dia serta merta melingkarkan lengannya ke leher lelaki itu sembari membalas ciumannya dgn panas, lidah mereka beradu, saling belit dan saling jilat.
Tangan Pak Adjie bergerak ke belakang mengelus punggung, terus turun meremas bongkahan pantatnya. Sementara nafas mereka telah memburu dan terasa hembusannya pada wajah masing-masing. Puting Lili yg berwarna kemerahan mengeras akibat gesekan-gesekan jari Pak Adjie. Dia semakin terangsang, tanpa menghiraukan bau keringat dan mulut Pak Adjie dia mencumbu lelaki itu dgn penuh gairah.
Mulut Pak Adjie kini mulai turun ke dagunya, lalu menurun lagi hingga badannya membungkuk dan berhenti di buah dada kirinya. Puting itu dikenyotnya dgn gemas, dihisap dan sesekali digigit-gigit kecil sehingga Lili makin mendesah.
“Sshhh…ahh…jangan Pak !” desahnya.
Penolakan yg tak sunggu-sungguh itu malah memicu Pak Adjie untuk mempergencar serangan-serangan erotisnya.
“Ohhh…eengghh !” lenguh Lili panjang dgn badan bergetar saat dirasakannya telapak tangan kasar itu menyentuh daerah keperempuanannya.
Pak Adjie memainkan jari-jarinya pada bibir kemaluan majikannya itu membuat daerah itu basah. Lili tersentak, badannya serasa kesetrum ketika jari tukang kebunnya telah masuk lebih dalam dan menyentuh klitorisnya. Badannya seolah kehilangan tenaga, hanya bisa bersandar ke dinding dan pasrah atas perlakuan Pak Adjie. filmbokepjepang.com
ciuman Pak Adjie kini merambat turun hingga dia berjongkok dan wajahnya tepat di depan kemaluan Lili. Dia diam mematung dan pasrah saja saat mulut tukang kebunnya menyentuh kemaluannya yg berbulu lebat. Lidah Pak Adjie menyentuh bibir kemaluannya, sehingga badannya bergetar, tanpa sadar Lili juga menempelkan kemaluannya itu makin dekat ke mulut Pak Adjie.
Puas melahap kemaluan majikannya, Pak Adjie bangkit berdiri dan melepaskan pakaiannya satu-persatu. Lili menatapi badannya yg berotot dgn kulit sawo matang itu, terlebih ketika Pak Adjie melepaskan celana dalamnya, mata Lili terpaku pada kemaluan yg telah menegang sebesar pisang ambon itu. Pak Adjie meraih tangan Lili dan menggenggamkannya pada kemaluannya.
“Gimana Bu, gede kan, gimana dibanding sama punya Bapak ?”
Tanpa diperintah Lili berlutut sehingga kemaluan itu menodong ke wajahnya, benda itu terasa keras sekali dan sedikit berdenyut-denyut. Tanpa malu-malu lagi, Lili mulai menjilati kemaluan yg digenggamnya itu, buah kemaluan hingga ujung kemaluannya tak luput dari sapuan lidahnya, sesekali benda itu dibelai dgn pipinya sampai pemiliknya melenguh keenakan.
Setelah gagang itu basah dan mencapai ketegangan maksimal, dia mulai menjilati dan mencium bagian kepalanya yg seperti jamur itu, kemudian dia membuka mulutnya dan memasukkan gagang itu hingga mentok, itupun tak masuk seluruhnya karena terlalu besar untuk mulut Lili yg mungil. Kepalanya maju-mundur mengemut kemaluan hitam besar itu sembari tangan satunya memijati buah dadanya sendiri. Sebelom mencapai klimaks, Pak Adjie menyuruh majikannya berhenti dan mengangkat badannya hingga berdiri.
“Nanti aja Bu, jangan buru-buru, ntar kurang kerasa enaknya !” katanya
“Kita main di bak aja yah Pak, airnya udah penuh tuh !” ajak Lili melihat ke arah bathtub yg airnya telah mulai meluap.
Fioana pun lalu berjalan ke arah bathtub, diambilnya sabun cair dari pinggir bak, ditumpahkan sedikit lalu diaduknya air itu dgn tangannya hingga berbusa. Keduanya pun masuk ke bathtub itu, bagi Pak Adjie ini pertama kalinya dia merasakan mandi di kamar mandi mewah itu bersama perempuan secantik Lili. Lili duduk dan menyandarkan punggungnya pada badan Pak Adjie yg mendekapnya dari belakang. Pak Adjie lalu mengguyur wajah dan rambut majikannya itu dgn air hingga basah.
“Saya udah suka sama Ibu dari pertama ketemu dulu, apalagi kalo ngeliat Ibu di majalah atau di tivi, enak yah Bu jadi orang terkenal gini ?” kata Pak Adjie sembari membelai rambut panjang Lili.
“Ah, Bapak kan hanya liat dari luarnya aja, sebenernya dunia saya ini ga seindah itu kok Pak, bisa dibilang munafik, kita ngapain aja harus jaga imej, susah jadi diri sendiri, hidup emang ga ada yg kurang, tapi masih belom happy, yah tapi ginilah Pak kalo kerja begini, mau gimana lagi !” jawab Lili menghembuskan nafas panjang.
“Ssshhh…!” desisnya lirih ketika tangan Pak Adjie membelai buah dadanya di bawah air sana.
“Bu, Ibu pertama kali ngentot kapan sih ?” tanya Pak Adjie lagi.
Lili terdiam, teringat kembali mimpi buruknya dimasa lalu ketika masih SMA, keperawanannya direnggut seorang lelaki teman sekolahnya yg lalu memutuskannya tak lama setelahnya dan belakangan ketahuan bahwa lelaki itu memakai dirinya untuk taruhan dgn teman-temannya tentang berhasil taknya mengambil keperawanan dirinya.
“Pak, tolong jangan ungkit masalah pribadi yah, saya ga suka” ucapnya dgn nada serius seraya menarik wajah Pak Adjie dan mencium bibirnya untuk mengalihkan pembicaraan itu.
Lelaki itu membalas ciuman majikannya dgn ganas pula sembari meremas-remas buah dadanya. Lili menggenggam kemaluan Pak Adjie yg telah mengeras di bawah air sana, memegangnya saja Lili telah nafsu karena keras dan tonjolan urat-uratnya terasa di tangannya. Dikocoknya gagang itu sebentar sebelom diarahkan ke kemaluannya.
“Sshhh…eemmm…eenggh !” desahnya ketika gagang itu melesak ke dalam kemaluannya.
Pak Adjie pun sama-sama mendesah merasakan himpitan dinding kemaluan Lili pada kemaluannya. Mulailah Lili menaik-turunkan badannya, dgn posisi demikian kemaluan itu lebih terasa tusukannya. Sembari menikmati genjotan, lidah Pak Adjie berpindah-pindah pada telinga, leher, dan pundak Lili.
“Ssshh…oohh terus Bu !” Pak Adjie menggeram, tangannya yg kokoh terus memijati buah dada majikannya.
Goygan mereka makin liar, terlihat dari air yg makin beriak, demikian halnya dgn desahan mereka yg makin menceracau. Lili makin menekan-nekan badannya seiring dgn orgasmenya yg hampir tiba. Klentitnya makin bergesekan dgn kemaluan Pak Adjie yg berurat itu sampai akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi, badannya mengejang dalam pelukan tukang kebunnya.
Genjotan-genjotan Pak Adjie begitu dahsyat sampai Lili mendesah sejadi-jadinya mencurahkan segala hasrat liar yg selama ini terpendam.urat di kening dan badan lelaki itu semakin menonjol yg berarti nafsunya telah diubun-ubun. Tiba-tiba dia menusukkan kemaluannya lebih dalam sembari mendesah panjang, beberapa kali senjatanya menembak di dalam rahim Lili.
Setelah itu frekuensi genjotannya makin turun dan turun hingga akhirnya dia menjatuhkan diri mendekap badan majikan cantiknya itu dgn kemaluan masih menancap. Mereka berpelukan mesra menikmati momen-momen pasca orgasmenya, nafas mereka yg menderu-deru terasa hembusannya.
“Gimana Bu, puas ga ?” tanya Pak Adjie
Dgn wajah memerah, Lili mengaku ini adalah permainan ternikmatnya karena mengandung sensasi kasar dan liar yg belom pernah dia rasakan sebelomnya. Mendengar itu, Pak Adjie juga tersenyum karena dapat memuaskan nyonya majikannya itu. Mereka lalu mandi bersama, Pak Adjie menggosok-gosok badan Lili dgn telapak tangannya, sesekali dia remas lembut buah dada dan putingnya. Pundak, leher dan punggungnya juga digosok dan dipijati. Lili merem-merem keenakan dibuatnya.
“Eemmhh…enak Pak jadi rileks nih” katanya ketika tukang kebunnya itu mengkramas rambutnya disertai pijatan lembut.
Setelah memandikan majikannya, Pak Adjie minta Lili gantian memandikannya. Permintaan yg langsung diturutinya tanpa keberatan. Lili memanjakan tukang kebunnya itu dgn pijatan-pijatan tangan halusnya, sesekali juga kemaluannya dikocok pelan. Sungguh Pak Adjie nyaris tak mempercayai apa yg sedang dialaminya saat itu, mimpipun dia tak pernah membaygkan bercinta dgn perempuan secantik dan sekelas Lili. Pelayanan yg didapat dari isterinya di kampung yg biasa-biasa saja jelas berbeda jauh dari yg satu ini. Lili juga melakukan Thai massage yaitu dgn menggosok-gosokkan buah dadanya ke punggung Pak Adjie yg telah licin oleh sabun.
“Asyik Bu, iya terus gitu mijitnya !” katanya sembari menggerakkan tangan ke belakang meremas pantat Lili.
Kemudian Lili menjulurkan wajahnya di samping lelaki itu dan merekapun berciuman lagi..
“udahan yuk Pak mandinya !” kata Lili setelah merasa cukup berendam karena airnya telah mulai mendingin.
Dia berdiri dan meyiram shower ke badannya untuk membersihkan busa-busa sabun, kemudian dia keluar dari bak dan melap badannya dgn handuk.
“Aww…!!” jeritnya terkejut karena tiba-tiba badannya diangkat ketika sedang handukan. “Bapak nakal ih !” senyumnya nakal dalam gendongan Pak Adjie.
Badan Lili kemudian dibawanya keluar kamar mandi dan ditelentangkan di ranjang, dia sendiri naik ke atas badan perempuan itu menindihnya.
“Boleh mulai sekarang saya panggil Ibu pake nama ?” tanyanya di dekat wajah Lili.
“Boleh aja, tapi tolong kalo di depan orang lain jaga sikap yah”
Habis menjawab kembali bibirnya dilumat oleh Pak Adjie, tangan kasarnya kembali menjelajahi badan mulusnya. ciuman itu mulai turun ke lehernya, sapuan lidahnya sempat terasa disana, kemudian pundak hingga ke buah dadanya. Desahan keluar dari mulutnya ketika Pak Adjie menyapukan lidahnya pada putingnya, lelaki itu juga mengenyoti buah dadanya.
“Ahh…Pak…sakit !” rintihnya dgn mendorong kepala Pak Adjie karena lelaki itu menggigit putingnya dgn gemas sehingga meninggalkan bekas memerah.
Tetapi rasa sakit itu tertutup dgn sensasi nikmat yg mulai kembali melandanya. Secara bergantian lelaki itu melumat kedua buah dadanya sampai basah oleh ludahnya. Lili merasakan kemaluan Pak Adjie telah keras lagi saat bersentuhan dgn pahanya. Tak lama kemudian Pak Adjie memasukkan lagi kemaluannya ke dalam kemaluan Lili, dia menggenjotnya sembari menindih gadis itu.
Lili benar-benar mengakui kehebatan tukang kebunnya ini, betapa tak, tadi di kamar mandi baru saja orgasme tapi sekarang telah siap tempur lagi. Lelaki itu mampu membuatnya melayg lebih tinggi, tak seperti ‘suami’nya yg tak bisa memuaskannya secara penuh. Hubungan terlarang itu tetap berlanjut hari-hari berikutnya.