Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Ani yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.
“Bu.. Apa Pak Reno sudah pulang?”
“Mungkin sudah” jawab Bu Ani, memandang Mela dengan wajah penuh curiga, setau Bu Ani hubungan antara Mela dan Reno memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Mela dan Reno selalu bersebrangan. Mela yang idealis dan Reno yang liberal.
“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
“Oh… Tidak.. Hanya ada perlu beberapa hal” elak Mela.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Ani yang justru semakin penasaran.
“Bukan.. Eh.. Iya.. Saya pamit duluan ya Bu” ucap Mela bergegas pamit.
“Oh… Tidak.. Hanya ada perlu beberapa hal” elak Mela.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Ani yang justru semakin penasaran.
“Bukan.. Eh.. Iya.. Saya pamit duluan ya Bu” ucap Mela bergegas pamit.
“Semoga saja SMS itu cuma canda” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.
Mobil Avanza, Mela, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Reno, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.
Jantung Mela semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “Tidak salah lagi itu pasti motor Reno” bisik hati Mela. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Mela dengan nada suara tak suka.
Reno membalas dengan tersenyum.
“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang” ucap Mela ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.
Beraktifitas seharian disekolah memaksa Mela untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.
“Apa yang ada diotak mu, Mel?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah” umpat hati Mela, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.
Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liku tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda. filmbokepjepang.com
Mela kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Mela menyediakan teh untuk Reno. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Mela memberikan arahan.
Tanpa sadar mata Mela mengamati wajah Reno yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi” gumam Mela, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.
Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Mela sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Reno yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.
“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan” tegur Mela yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam” umpat Reno.
“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam” umpat Reno.
Mela tertawa geli mendengar penuturan Reno, “Makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami” celetuk Mela usil, membuat Reno ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Mela.
“Bereeesss..” ucap Reno tiba-tiba mengagetkan Mela yang asik membalas BBM dari suaminya.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Reno, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Reno, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.
“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa” tawar Mela yang yakin motor Reno tidak mungkin menyimpan jas hujan.
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lohh”
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lohh”
Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Mela menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Mela menutup panggilan.
“Ada apa, Mel..”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang”
“Lohh, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Reno tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Mela melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.
Mela seakan melihat sosok Reno yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.
“
Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Andreas dan Haikal, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK” tanya Mela yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah” sambungnya.
“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lohh, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada loh yang mereka intipin”, “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral” Mela sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Reno.
“Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Mela dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
“Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bayangkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam” ucap Reno serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Mela yang penasaran.
“Sebanarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bayangkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam” ucap Reno serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Mela yang penasaran.
“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”
Wajah Mela menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?”
“Kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Mela Raihani!”
“Apa? Gilaaa kamu No, kurang ajar” Mela terkaget dan langsung menyerang Reno dengan bantal sofa.
“Ampuun Mell, Hahahaa”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah” sembur Mela penuh emosi.
“Apa? Gilaaa kamu No, kurang ajar” Mela terkaget dan langsung menyerang Reno dengan bantal sofa.
“Ampuun Mell, Hahahaa”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah” sembur Mela penuh emosi.
Reno berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Mela.
“Hahahaa, aku bohong kok, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha” Mela akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Reno.
“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu” ucap Reno yang menikmati tawa renyah Mela yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Mela terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Reno masih menggenggam kedua tangannya.
Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya” umpat Mela akibat jelajah mata Reno yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Mela beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.
“Punyamu besar juga ya” balas Reno, tak peduli akan peringatan Mela yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Gak usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?”
“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah”
“Sialan..” dengus Mela merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Mela memerah , kalimat Reno begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.
“Mel… Liat dong”
“Heh? Kamu mau liat payudaraku, gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Reno yang cuek.
“Ayo dooong, penasaran banget nih”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Mela tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.
“Ayo dooong, penasaran banget nih”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Mela tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.
“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq” sungut Reno, keqi atas ulah Mela yang menertawakannya.
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”
“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya. filmbokepjepang.com
“Satu kancing aja”
“Satu kancing aja”
“Dasar guru mesum” Mela lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.
Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Reno. Entah apa yang membuat Mela seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.
“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Ani” sambung Reno, matanya terus terpaku ke dada Mela sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Reno justru membuat Mela kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Ani?”
“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi”
“Gilaaa.. Apa kamu… Eeeenghhh”
“Gilaaa.. Apa kamu… Eeeenghhh”
“Maksudmu aku selingkuhan Bu Ani kan? Hahaha…” Reno memotong kalimat Mela setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu”
“Kenapa?” sambar Mela yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Reno menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Ani menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar”
“Apa kamu mencintai Bu Ani?”
Reno tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”
“Silahkan..” jawab Mela cepat.
“Aku tidak tau pasti, Ani wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “Lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Ani?” cecarnya.
“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”
Wajah Mela memerah karena malu, Reno dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Ani adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya” ucap Mela berusaha membela keluguan berfikirnya.
Reno tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya”.
Seketika wajah Mela terasa panas membayangkan petualangan, Ani, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Mela berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok” jawab Reno dengan simpel, membuat Mela menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
“Mel.. Selingkuh sama aku yuk..”
Brruuuuuffftttt…
Bibir tipis Mela seketika menghambur air teh dimulutnya.
“Dasar guru mesum” umpat Mela membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.
“Aku masak dulu, lapar nih” ucap Mela, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Reno yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Reno.
“Mel…” Panggilan Reno menghentikan langkah wanita itu.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda kok” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
‘Siaaal, nih cowok sukses mengerjai aku’ umpat hati Mela.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda kok” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
‘Siaaal, nih cowok sukses mengerjai aku’ umpat hati Mela.
“Aku tau kok, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Reno mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.
Mela dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Reno duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.
“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah” Mela mengingatkan Reno sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Reno tertawa terpingkal.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu Mel” Reno mengkomentari kecepatan tangan Mela saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… Ayo sini aku ajarin..” tawar Mela tanpa menghentikan aksinya.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu Mel” Reno mengkomentari kecepatan tangan Mela saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… Ayo sini aku ajarin..” tawar Mela tanpa menghentikan aksinya.
Tapi Mela terkejut ketika Reno memeluknya dari belakang, bukan.. Cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Reno lembut tepat ditelinganya.
Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Reno yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.
“Tangan mu terlalu kaku, Hahahaa”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha”
“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Mela yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.
“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu” tolak Mela berusaha menahan tangan Reno.
“Mel, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”
“Mel, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”
Tubuh Mela gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal” ucap bibir tipisnya, serak. Mela kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Reno dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.
Mata Mela terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Reno yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Reno dengan cepat mengambil alih kewarasan Mela.
“Owwhhhh” bibir Mela mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Reno berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
“Renooo” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.
“Renooo” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.
Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Reno dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.
Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Mela mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.
“Boleh?”
Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Reno berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.
“Oooowwwhh, eemmppphhh” tubuh Mela mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Reno, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.
‘Mel.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Mel.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Mel…’ hati kecil Mela mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.
Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Reno mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.
“Ooowwwhhhhhhh” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Reno bermain dengan klitorisnya.
Kurihiiiing…
Kurihiiiing…
Kurihiiiing…
Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Mela mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.
“Hallo mas, halloo” sambut Mela diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang. filmbokepjepang.com
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Mela kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang”
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Mela kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang”
Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Mela berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.
“Reno, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang”
“Tidak Mel, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai”
“Tidak Mel, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai”
“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Ani yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Mela menjadi pucat saat Reno mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.
“Reno, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Reno terlalu erat.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai”
“Gila kamu Reno, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?” Reno tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Mela terhenyak.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai”
“Gila kamu Reno, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?” Reno tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Mela terhenyak.
Tiba-tiba dengan kasar Reno mencengkram tubuh Mela dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Mela, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Mela.
“Jangan Renooo, aku bisa berbuat nekat” Mela mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Reno.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Reno terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Reno berteriak kesakitan saat Mela menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Reno terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Reno berteriak kesakitan saat Mela menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.
Lelaki itu menepis tangan Mela, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.
“Tidaaak Renooo, hentikaaan” Mela berhasil berontak mendorong tubuh besar Reno lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Reno menahan dengan tangannya.
“Aaaaagghh…” Reno mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Mela terjengkal.
“Dengar Mel.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu”
“Dengar Mel.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu”
Dengan kasar Reno mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Mela berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Mela yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.
Wanita itu menangis saat Reno dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Reno, sadarlaaah..” sambil terus menangis Mela berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.
Dengan kekuatan yang tersisa Mela berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Reno telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Mela.
“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Ani” desah Reno seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.
“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Mela mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Mela mencakar tangan Reno, air matanya tak henti mengalir.
Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Reno menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Mela keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Mela.
“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”
Plak…
Pertanyaan Reno berbuah tamparan dari tangan Mela, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Mela yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Mela, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.
“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Ani”
Tubuh Mela melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”
Pasti Ani malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringas.
“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Ani yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan. Wajah Mela menjadi pucat saat Reno mendekat menempel.
“Jangan Renooo, aku bisa berbuat nekat” Mela mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya.