“Habis itu naik gaji dong, Mas?”, celetuk Dona. Aku hanya tertawa menanggapinya.
Meski senang, tapi terbersit rasa sedih dalam hatiku, karena training itu berlangsung selama 2 bulan. Sejak menikah dan punya anak belum pernah aku meninggalkan istri dan anakku selama itu. Paling seminggu. Itu saja aku sudah merasa sangat tersiksa didera kerinduan pada mereka.
Surat Perintah yg kuterima 3 hari sebelum keberangkatan, dan sehari sebelum berangkat perusahaan memberi libur 1 hari untuk mempersiapkan diri. Aku bisa langsung berangkat tanpa harus melapor ke kantor lebih dulu. Tapi karena aku masih ada tanggungan pekerjaan, aku ngantor sebentar, dan jam 9 pagi saat kerjaanku kelar aku pulang lagi.
“Dah pulang, Mas.?” tanyanya.
“Iya. Liat kamu, punyaku langsung nafsu, hehehe…” candaku.
“Aku ‘kan lagi ngepel, Mas. Ntar aja ya kalo dah selesai.” katanya.
Aku tak menghiraukan tawarannya. Kusingkap bagian bawah dasternya hingga ke atas pinggangnya yg aduhai itu hingga terlihat celana dalam putihnya.
Tak sampai sedetik celana dalam itu sudah terlepas. Dona menghentikan mengepel dan menolehku tanpa sepatah kata, karena ia tahu apa yg kuinginkan.
Dona hanya pasrah saja saat kuciumi, kujilati dan sesekali kukecup dengan hisapan di pantat lalu menjalar ke vegy-nya, sementara jari tanganku menyusup di selangkangannya untuk mengerjai sang vegy. Sesekali ia mendesah lirih. Lama-lama vegy-nya basah, entah karena ludahku atau karena pelumasnya sudah mulai keluar.
Mula-mula aku bergerak perlahan dan lembut untuk menikmati nikmatnya vegy sempit Dona. Seiring dengan meningkatnya rangsangan yg tercipta di setiap pompaanku, lama kelamaan genjotan pantatku makin cepat, sehingga menimbulkan suara tepukan di setiap benturan pinggulku di pantat Dona. Suara tepukan-tepukan itu seolah bersaing dengan desah dan erangan nikmat istriku yg selalu terdengar syahdu dan merangsang di telingaku.
Gara-gara lantai yg masih basah oleh air dan obat pel serta genjotan hebohku, lututku terpeleset hingga membuat Dona terdorong dan jatuh telungkup di lantai dengan batangku yg masih menyumpal vegy-nya. Karena sedang sama-sama diliputi birahi tinggi kami berdua meneruskan acara persetubuhan dengan posisi aku menindih pantat Dona. Tak lama kemudian ia memekik agak sedikit keras karena dia telah mencapai puncaknya. Meski begitu aku terus saja memompanya. Kurasakan vegy Dona berkedut-kedut cukup lama dan kuat. filmbokepjepang.com
“Mas, aku lemes banget”, kata Dona dengan nafas tersengal-sengal.
Kuhentikan genjotanku dengan membenamkan dalam-dalam batangku di vegy-nya.
“Tapi aku belum keluar nih … Terus gimana?”, aku bicara dengan nafas yg juga memburu.
“Ya udah terusin aja, tapi ganti aku telentang aja ya mas. Jangan lupa nanti kamu harus nerusin ngepelku sampe selesai, soalnya aku lemes banget nanti”, jawabnya.
“Iya deh… Yg penting bisa enak-enakan sama kamu, sayang”, rayuku.
Dona pun telentang dengan daster yg sudah tersingkap di atas dada besarnya yg tak mengenakan BH. Begitu ia mengangkang kuterobos selangkangannya dengan batangku yg langsung menghunjam deras ke vegy-nya. Kutekuk tubuhku di atas tubuh Dona, sehingga aku bisa mengisap dan menjilati putingnya, sementara pinggulku bergoyg memompanya. Tak lama kemudian Dona memekik tertahan dan mengangkang makin lebar disertai goygan pinggulnya. Rupanya ia orgasme lagi, yg terasa melalui denyutan dinding vegy-nya yg seperti meremas-remas dan menghisap batangku. Aku pun mempercepat goyganku karena merasa akan mencapai klimaks.
Kami saling berpelukan sambil berbaring di lantai yg masih basah sesaat setelah spermaku memancar di dalam vegy istriku tercinta. Sesekali kami berciuman dengan nafas yg tak beraturan.
“Kamu ganas banget, Mas” celetuk Dona.
Aku terkekeh,
“He he he … Abis aku nafsu liat pantatmu pas ngepel tadi”.
“Mandiin aku, Mas. Aku lemes banget nih. Tapi inget … di kamar mandi nanti jangan digenjot lagi loh”, katanya.
“Yaah … Gimana dong kalo aku nafsu lagi waktu mandiin kamu?” rengekku mesra.
Apa boleh buat. Karena upah ngepelnya sudah kunikmati, jadi tinggal ngepelnya. Memang sih biasanya kalau Dona lagi sibuk, terus aku ajak tempur, ujung-ujungnya pasti aku yg harus ngelanjutin kerjaanya. Entah itu nyapu, ngepel atau cuci piring. Tapi bagiku itu tak masalah, karena itung-itung ikut meringankan tugasnya. Biasanya setelah aku ajak tempur istriku langsung tidur walaupun sebentar. Dia bilang, kalau habis kugenjot badannya jadi lemes banget. Lucunya, saat ia bangun dan kuajak tempur lagi dia oke-oke saja. Hal itu membuatku geleng-geleng kepala karena geli. Selesai ngepel aku mandi lagi dan menyusul Dona ke kamar untuk tidur di sampingnya yg sudah terlelap kelelahan.
Ketika bangun jam 2 siang kulihat Dona sudah tak ada di sampingku. Sayup-sayup kudengar suara berisik dari dapur. Rupanya ia lagi menyiapkan makan siang. Setelah makan bersama, aku dan Dona menjemput anakku di rumah neneknya. Kami di sana sampai sore, karena kebetulan saat itu ada beberapa saudara kami yg datang juga, sehingga banyak keponakan kami yg seumuran dengan anakku bermain bersama sampai menjelang malam. Itulah sebabnya ia merengek tak mau diajak pulang dan ingin menginap di rumah neneknya, karena banyak temannya. Aku dan Dona pun akhirnya pulang berdua saja.
Sampai di rumah aku beres-beres, mempersiapkan keperluan untuk kubawa dalam training selama 2 bulan itu. Jam 8 malam baru selesai beres-beresnya dan aku makan malam bersama Dona. Kebetulan dia bawa sayur dan lauk dari rumah orangtuanya, jadi tak perlu repot-repot masak lagi.
Usai makan aku dan Dona ke ruang tengah untuk nonton TV. Kami duduk di karpet sambil bersandar di dinding. Lagi enak-enaknya nonton TV tangan nakalku bergerilya ke tubuh Dona yg mengenakan daster putih. Mungkin karena suasana sepi, jadi timbul keusilanku. Istriku tahu kalau aku sedang nafsu lagi, jadi dia pun mendahului memagut bibirku, sementara tanganku terus menjelajahi tubuhnya. Ketika sudah sama-sama terangsang, kami pun melepas pakaian masing-masing sampai bugil.
“Aduh, Mas. Aku kepingin main, tapi filmnya bagus. Main di sini aja yuk?” ajaknya.
Aku sih tak masalah mau main di mana saja. Karena saat itu hanya aku berdua saja dengan Dona, main di ruang tengah pun jadi. Memang kami jarang tempur di selain kamar kami ada anak kami. Kubuka kedua kaki Dona hingga ia mengangkang sambil duduk dan aku langsung tiarap di antara kedua kakinya agar bisa menyerbu vegy-nya dengan mulutku.
Sesekali Dona mengerang, tetapi dengan pandangan tak lepas dari TV. Entah apakah dia masih konsentrasi dengan film yg ditontonnya atau tdk, yg jelas aku terus menjilati vegy istriku yg kuanggap paling indah dan nikmat itu. Jariku pun tak tinggal diam. Kususupkan jemariku di antara lidahku ke dalam vegy Dona keluar-masuk sambil mengait-ngait ke arah atas bibir vegy-nya.
Aku terus melakukan itu sampai-sampai Dona membekap mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara. Mungkin takut terdengar tetangga atau orang yg lewat depan rumah. Memang jika aku mengait-ngaitkan jariku ke bagian atas vegy istriku akan membuatnya cepat orgasme dan keluar cairan yg lumayan banyak. Begitu pun malam itu. Dalam waktu yg tak terlalu lama Dona memekik tertahan dengan tangannya masih membekap mulutnya sendiri. Tubuhnya mengejang dan dari vegy-nya keluar cairan dengan deras, bahkan sempat juga muncrat sekali.
“Mas, udah, Mas. Jangan di gituin terus. Ngilu …” desisnya.
“Giliran aku yah?” pintaku.
Dona hanya menganggukkan kepalanya. Ia beranjak dari duduknya dan aku telentang di dekatnya. Tangan hangat Dona mulai meremas lembut batangku dan disusul mulutnya untuk memberi kehangatan pada batangku. Jilatan-jilatan lidahnya sambil tangan kanannya meremas “telorku” membuat pori-poriku meremang dan panas-dingin. Terlihat sekali ia menjiwai oralnya demi untuk menyenangkan suami.
Mulut istriku bergerak naik-turun di sepanjang batangku membuatku semakin bernafsu padanya. Kuremas-remas payudaranya sambil sesekali memilin-milin putingnya dengan lembut dan penuh perasaan.
Kuluman-kuluman Dona pada batangku biasanya hanya sebentar. Tak terkecuali saat itu karena katanya dia tak terlalu pintar dalam hal oral. Selain itu, mulut dan rahangnya jadi pegal kalau kelamaan mengoral. Aku bisa memaklumi itu dan tak memaksanya untuk mengulum terus.
Istriku kemudian beralih duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangiku sambil mengarahkan batangku untuk masuk ke dalam vegy-nya. Begitu batangku ambles ke dalam vegy-nya, Dona pun mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun sambil pandangannya tertuju ke TV. Sungguh hebat istriku ini. Walau bagaimanapun keadaannya dia tetap mau melayaniku. Ibarat sambil menyelam minum air, ia tetap bisa menikmati jalannya film (entah dia masih fokus dengan filmnya atau tdk) sambil memberiku kenikmatan melalui aksi pinggulnya yg begitu luar biasa, yg kadang berupa putaran-putaran kadang naik-turun. Itu yg membuatku makin cinta padanya.
“Mas, genjotin dari bawah dong. Aku capek nih”, pinta Dona.
Ia langsung berpegangan di lututku yg kutekuk ke atas agar aku bisa dengan mudah memompa vegy istriku dari bawah. Hanya saja dalam posisi ini suara tepukan yg timbul jadi tambah keras. Itulah sebabnya kami ganti posisi lagi dengan istriku menungging dan aku berlutut di belakangnya untuk memasukkan kembali batangku ke dalam vegy-nya
Genjotanku santai tapi sangat menekan ke dalam, sehingga tubuh Dona berkali-kali ikut terdorong ke depan. Kemudian ia menurunkan kepalanya seperti sedang bersujud. Biasanya jika ia sudah mengambil posisi seperti ini berarti sedang menjelang kilmaksnya. Jadi aku langsung mempercepat pompaanku karena memang aku juga sudah di ujung.
Tak lama kemudian Dona menutup mulutnya sendiri dengan satu tangannya. Bersamaan dengan itu batangku merasakan kedutan-kedutan khas saat orgasme dan entah kenapa kedutan-kedutannya begitu kuat dan lama, hingga aku tak bisa lagi menahan spermaku. Jadilah vegy istriku malam ini banjir spermaku yg bercampur dengan cairannya hingga menetes-nestes di karpet. filmbokepjepang.com
Keesokan harinya aku berpamitan pada Dona dan mertuaku. Sengaja Dona dan anak kami kutitipkan pada beliau agar aku bisa mengikuti training dengan tenang. Memang berat sekali hati ini meninggalkan mereka untuk 2 bulan ke depan, tapi demi tugas dan masa depan karirku, kukuatkan batinku. Aku pun berangkat sendiri dengan bermobil menuju tempat training yg berada di luar kota.
Hari pertama training hanya diisi dengan pembukaan dan perkenalan yg berlangsung tak sampai tengah hari dan para peserta dipersilakan untuk istirahat agar besok dapat mulai mengikuti training. Kebetulan di tempat training itu ada mess yg dilengkapi dengan fasilitas wifi, jadi aku menginap di sana.
Malamnya, usai mandi aku mulai browsing di internet dengan laptop yg kubawa. Tanpa sengaja aku menemukan situs yg menawarkan program terapi untuk memperbesar k0ntol denga panduan e-book. Iseng-iseng aku memesannya karena harganya relatif murah. Setelah melalui proses pembayaran lewat kartu kredit, e-book yg kubeli dijanjikan akan dikirim beberapa jam kemudian.
Keesokan harinya, sepulang dari training yg dimulai jam 7 pagi dan selesai jam 5 sore aku membuka e-mailku. Ternyata e-book yg kupesan sudah masuk dan langsung kubaca dengan seksama. Menurutku penjelasannya cukup sistematis dan logis, apalagi ada testimonial dari beberapa penggunanya yg mengatakan berhasil. Entah itu benar atau sekedar rekayasa pengelola e-book, aku tak peduli. Yg penting aku ingin membuktikan sendiri manfaat dari terapi yg tertuang dalam e-book itu, yg bahkan juga menyatakan bisa bertahan lebih lama di ranjang. Malam itu juga aku menyiapkan semua yg kubutuhkan untuk mencoba terapi itu.
Aku tak lagi sempat mengukur batangku karena tak tegang. Mungkin karena tak ada istriku, jadi dia ngambek tak mau tegang, hehehe … Kuikuti betul-betul semua petunjuk dan cara melakukan terapi yg ternyata mengasyikkan. Aku enjoy saja melakukannya, itung-itung untuk menghilangkan stres dan kejenuhan akibat beban training. Tiap malam aku rutin melakukan terapi itu, kupikir walaupun nantinya tak membuahkan hasil, tapi setdknya aku bisa menghilangkan stres.
Jauh dari istri anak yg semula berat bagiku lama-lama jadi tak terasa, karena di samping kesibukan training, aku punya kegiatan sampingan melakukan terapi.
Ternyata, masa training yg seharusnya selesai dalam waktu 2 bulan harus diperpanjang lagi selama 2 minggu karena para peserta training belum bisa menyelesaikan program dan terapannya di lapangan. Kabar itupun kusampaikan pada Dona dan ia tetap memberikan semangat, walaupun sebenarnya ia sudah sangat rindu padaku. Akan halnya terapi yg kujalani tak kuceritakan pada Dona, karena kuanggap tak penting dan hanya sekedar iseng untuk mengobati stres saja.
Untungnya, perpanjangan waktu yg semula dijadwalkan selama 2 minggu berhasil diselesaikan oleh peserta training dalam waktu 6 hari. Dengan demikian, maka pada hari ketujuh kami mengadakan perpisahan sekaligus penutupan training, esoknya kami pulang ke rumah masing-masing. Kukabarkan hal itu pada Dona dan ia terdengar sangat gembira.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan dengan mobil aku langsung meluncur ke rumah mertuaku. Hari sudah agak sore sekitar jam lima. Ternyata saat itu banyak saudara-saudara yg datang, sehingga rumah mertuaku ramai sekali.
Lagi-lagi anakku tak mau diajak pulang karena banyak teman sebayanya di sana. Neneknya juga malah senang kalau cucu-cucunya nginap di rumahnya yg lumayan besar. Akhirnya hanya aku dan istriku yg pulang ke rumah. Sampai di rumah aku langsung mandi, sementara Dona memberesi semua perlengkapan yg kubawa.
Saat. makan malam aku dan Dona saling cerita pengalaman masing-masing, terutama yg lucu. Aku cerita tentang kejadian menggelikan saat training, sedangkan Dona cerita tentang kelucuan-kelucuan anak kami. Setelah makan kami membereskan ruang makan dan setelah itu aku nongkrong di ruang tengah untuk nonton TV, sementara Dona mencuci piring. Setelah itu ia bergabung denganku di ruang tengah. Di situ kami melanjutkan obrolan disertai tawa renyah kami berdua saat yg mengobrolkan hal-hal lucu.
Sebenarnya aku sudah kangen banget dengan tubuh Dona, tapi aku masih ingin bercerita dan melepas rindu dan sepertinya istriku juga sama sepertiku. Tapi ketika perutku sudah tak begitu terlalu kenyg aku tak bisa lagi menahan gairahku, kutarik pinggang Dona dan kuciumi bibirnya dengan lembut yg langsung ditanggapi olehnya. Tanganku pun sudah gatal dan langsung menggeraygi tubuh Dona yg berbalut daster pink. Jemariku bisa merasakan kalau dia tak pakai BH dan celana dalam. Sungguh istri yg baik dan pengertian, mempersiapkan dirinya untukku.
“Mas, pindah ke kamar aja yuk. Aku juga dah kangen banget sama Mas”, kata Dona dengan nada mesra.
“Ya udah, aku matiin tv dulu. Pintu sama jendela dah dikunci semua belum?” tanyaku.
“Udah semua kok, Mas. cuman punyaku aja yg udah siap dibuka” godanya.
“Awas ya… tak bikin lemes..”, candaku.
“Ih…mau…”, balasnya.
Setelah menutup pintu kamar aku sudah tak tahan lagi, Istriku langsung kurebahkan di tempat tidur dan kutelanjangi. Kuhisap semua ludahnya dan keberi cupangan pada leher dan dadanya, sambil terus menghisapi putingnya. Aku pun bergegas menelanjangi diriku juga untuk kemudian menyergap vegy Dona yg begitu menggairahkan di pandang mata. Aku melakukan oral padanya hanya sebentar karena kulihat vegy-nya sudah cukup basah.
“Mas, langsung masukin aja aku dah kepingin banget …”, desahnya.
“Kok kayaknya ada yg berubah sama punyamu, Mas?”, tutur Dona dengan ekspresi keheranan.
“Batangnya kok jadi kayak gede banget, terus keras banget kayaknya di dalem …” lanjutnya.
“Mungkin karena 2 bulan gak kemasukan batangku, punyamu jadi nyempit” jelasku.
“Coba keluarin dulu, Mas. aku mau liat”, pintanya.
Pelan-pelan kucabut lagi batangku dari liang vegy Dona dan aku duduk bersandar di dinding tempat tidur. Tampaknya ia tak yakin kalau vegy-nya menyempit hanya dalam waktu dua bulan. Dona memegang dan mengamati batangku, seolah-olah ada yg aneh dengan organ intimku itu. Sesaat kemudian ia seperti terkaget-kaget, padahal menurutku tak ada yg aneh sama sekali. Mungkin karena aku sering melihatnya, jadi tak begitu mengetahui perkembangannya. Apalagi sebelum dan sesudah melakukan terapi aku tak pernah mengukur batangku seperti anjuran dalam e-book itu.
“Mas, perasaan batangmu kok tambah gedek, mana keras banget lagi” kata Dona sambil mennggenggam batangku.
“Mungkin perasaanmu aja”, jawabku sekenanya.
“Nih coba perhatiin. Dulu kalau batangmu kupegang dari pangkalnya satu genggam aja cukup walaupun kepalanya masih nongol. Lah sekarang ini tanganku dah kanan-kiri ngenggam dari pangkalnya kepalanya masih nongol juga”, jelas istriku.
“Bener juga ya?”, ujarku tak kalah heran.
“Nih, batangnya mas ini sekarang keras banget. Itu kerasa banget kayak ada batu di dalemnya. Mana kepalanya kok juga nambah gede kayak jamur gini sih?” lanjutnya masih dengan ekspresi keheranan.
“Emang mama gak enak kalau tambah gede? Gak seneng ya?”
“Hehehe…seneng banget, Mas… Tapi kok bisa jadi nambah gede gini sih?”
“Kemaren selama di training aku coba-coba terapi untuk gedein punyaku ini. Barangkali emang berhasil karena kata kamu emang makin gede. tapi kok aku ngerasa masih gitu-gitu aja ya?”
“Ye… Aku ‘kan yg dimasukin, jadi ya ngerasa beda lah. Walaupun dah 2 bulan punyaku juga masih ingetlah dengan punyamu, mas”.
Aku tak lagi sempat menjawab karena Dona tiba-tiba mengulum batangku walaupun memang tak semua batangku masuk seperti 2 bulan sebelumnya yg bisa masuk semua kedalam mulutnya. Selain itu ada sedikit perubahan, karena kalau batangku sudah dimasukkan ke dalam vegy-nya ia gak pernah mau memasukkannya lagi ke dalam mulutnya. Mungkin karena risi dengan cairannya sendiri yg menempel di batangku. Jadi kubiarkan saja Dona menyalurkan kangennya untuk mengulum batangku sepuasnya yg sudah lebih besar dari 2 bulan sebelumnya.
Ia kemudian bergoyang seperti memutar-mutar pantatnya sampai seperti batangku mengaduk-aduk vegy-nya. Luar biasa sekali gerakannya karena tak biasanya ia sedahyat ini ketika menggoyang batangku. Suara erangannya seperti tak dihiraukan walaupun dia terkadang seperti menahan suaranya, tapi masih saja kadang-kadang kelepasan.
Mungkin karena terlalu ganas, tak sampai 5 menit Dona sudah mengejang dengan liang vegy-nya yg berkedut-kedut dengan kuat seperti vacum cleaner. Ia rebahkan tubuhnya di dadaku dengan lunglai dan terengah-engah. Saat kedutan-kedutannya sudah mereda kutelentangkan Dona dengan batangku yg masih tetap bersarang di dalam vegy nikmatnya. Tiba giliranku untuk memompanya.
Ketika kupompa dengan pelan tapi lebih menekan ke dalam kurasakan kepala batangku seperti mentok di dalam sana. Entah apakah Dona merasakannya juga atau tdk, tapi ketika kutekan sampai mentok kulihat ia menengadahkan kepalanya sambil kedua telapak tangannya meremas bantal, persis seperti ekspresi bintang porno yg merasakan batang pemain yg besar.
Aku terus saja memompa dan memompa, tapi belum kurasakan tanda-tanda kalau aku akan segera selesai. Malah istriku memelukku dengan erat sebagai tanda kalau dia sedang menjelang orgasmenya. Kembali kurasakan sedotan-sedotan dari vegy Dona itu. Nikmat sekali. Rasaanya batangku seperti disedot-sedot ke dalam oleh vegy-nya. Kalau sudah begini biasanya aku segera ikut orgasme, tapi saat itu kok belum kurasakan sama sekali tanda-tanda kalau aku akan klimaks. Dona sampai ngos-ngosan seperti baru lari dikejar orang sekampung.
“Mas, kamu kok belum keluar sih?”, katanya dengan nafas memburu.
“Gak tau nih. Kok aku belum berasa mau keluar. Terusin lagi yah?”.
“Iya deh. Bantu aku nungging, Mas. Biar tambah sempit, biar mas cepet keluar”.
Tak kuhiraukan orgasme istriku, karena aku merasakan akan segera keluar juga. Kugenjot terus vegy Dona dengan cepat, hingga istriku seperti meraung-raung. Aku berkonsentrasi agar nikmatnya vegy istriku yg sedang berkontraksi dapat membuatku menyusul klimaksnya. Pompaanku makin cepat dan tanpa henti di vegy-nya yg terus menimbulkan suara tepukan dan kecipak cairan Dona yg sudah banjir.
Badanku mengejang bersamaan dengan kencangnya pompaan-pompaanku dan kurasakan semakin dekat dan semakin dekat. Sayangnya kembali tubuh istriku meregang akibat orgasmenya yg diikuti dengan kontraksi vegy-nya. Saat itulah aku mengalami ejakulasi. Spermaku terasa menyembur sangat kuat sekali dan banyak, hingga cukup lama aku mengejang bersama-sama istriku yg langsung telungkup di tempat tidur.
Aku masih bersimpuh di atas tubuh Dona dengan rasa nikmat yg luar biasa. Melelahkan sekali, tapi sensasional. Aku benar-benar puas. Pelan-pelan aku beringsut, lalu kubaringkan tubuhku di samping Dona. Herannya, ternyata ia sudah tidur pulas. Aku hanya tersenyum melihatnya. Kukecup punggungnya, lalu kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami.
Ketika pagi harinya aku sedang bersantai ditemani Dona sambil menikmati pisang goreng dan kopi hangat buatannya, kami ngobrol tentang apapun dan tentang kejadian malam itu.
“Kira-kira punyaku mau di gedein lagi gak ya?”, tanyaku.
“Waduh, Mas. Punyamu segede itu aja aku udah kuwalahan, apalagi mau digedein lagi. Emang punyamu mau dimasukin ke mana? Punyaku segitu aja udah kuwalahan”, protesnya.
“Kirain kurang gede. Ya nanti aku terapi lagi …”, kataku iseng.