ahirnya lusi aku setubuhi juga
Akhirnya Lusi BerselingkuhDitulis pada Maret 7, 2008 oleh anissanadyaìDemi Tuhan! Kamu tidak akan percaya apa yang baru saja terjadi.î berondongsahabatku seperti meriam saja begitu aku buka pintu depan menjawab ketukan taksabarnya. ìWah! Gosip murahan nih? Pasti bagus, kamu belum pernah bergairah seperti ini sejakkamu tahu kalau anak laki-laki Prambodo seorang gay.îìAstaga, Lusi, aku hanya tak bisa percayai apa yang baru saja kulihat.î Kita bergerak ke ruang keluarga. Aku duduk di tepi sofa. ìKamu kelihatan seperti mau pecah, ceritakan saja.î kataku menertawakan tingkahlakunya itu. ìGini, aku pergi ke tempatnya keluarga Sihombing malam ini untuk menarik uang iuranmereka. Ternyata, selera mereka pada perabotan rumah sangat buruk. Kemudian, Silvikeluar untuk membukakan pintu lalu aku masuk. Mereka mempunyai ruang makandengan meja yang atasnya kaca. Lalu kita duduk di sana dan aku membuka dokumenasosiasi untuk menunjukkannya dan mengatakan padanya, kalau mereka bisa membayarsemuanya sekaligus atau empat kali setahun.îIni terdengar menjengkelkan. Aku menyela, ìJadi kamu lihat kalau mereka mempunyaimebel yang jelek. Sangat penting.î Sekarang aku harus menjelaskan.
Kita tinggal di sebuah kompleks perumahan yangmempunyai sebuah asosiasi pemilik rumah. Keluarga Sihombing baru-baru ini pindahkeseberang jalan itu. Siska dan aku berpikiran kalau mereka tidak sesuai di lingkungperumahan ini. Kebanyakan keluarga di sini berumur pertengahan tiga puluhan dan telahmempunyai anak. Keluarga Sihombing adalah keluarga yang suaminya berumur lebih tuadan isterinya jauh sangat muda dan tidak memiliki anak. ìLusi, sst. Bukan mebel yang aku lihat. Silvi memanggil Martin untuk membawa bukuchek dan membayar uang iurannya dan membaca lalu menanda tangani dokumennya. Dan dia masuk ke dalam dengan memakai jubah mandi putih itu, rambutnya basah, akupikir mungkin baru saja keluar dari kamar mandi. Dia duduk di seberangku dan saat diamengambil dokumen itu, aku sedang melihat menembus kaca meja ke kakinya. Kemudian dia maju ke depan untuk menulis cek itu dan jubahnya tersingkap ke atas. Diasedang duduk di pinggir kursi dan kamu tahu apa yang sedang tergantung. Maksudkutergantung. Saat dia bergerak, itu seperti diayunkan maju-mundur. Tuhan itu sepertipisang daging besar berwarna seperti ini.î jelasnya sambil menunjuk buah pisang yangada di atas meja di ruang keluarga ini. kamu melihatnya?îìHanya beberapa detik. Maksudku aku jadi sangat malu.îìYah, benar. Hanya cukup lama untuk menceritakan itu terayun maju-mundur dan besarseperti pisangî. Sekarang kita berdua tertawa genit seperti gadis sekolahan. ìApa dia tahu kamu melihatnya? Bagaimana jika Silvi lihat kamu memperhatikansuaminya? Tapi, itu mungkin tidak sebesar yang kamu pikir, maksudku hanya melihatnyasebentar kamu jadi merasa malu pasti kamu tidak akan benar-benar mengetahui apa yangsedang kamu lihat.îìTemanku, itu memang besar!î ********Baiklah, aku pikir, dimulailah cerita ini. Sekarang kamu mungkin memperoleh kesan kalau Siska dan aku adalah sepasang iburumah tangga yang genit. Kamu mungkin berpikir, kalau kita seperti seorang gadisremaja berumur sekitar lima belas tahun yang sedang menggosip. Aku berumur 38 tapimungkin mempunyai sedikit pengalaman dibanding putriku yang berumur enambelastahun dan para temannya. Sedikit latar belakang tentang aku.
Aku dijuluki wanita mungil yang cantik. Denganpostur tubuhku yang kecil, aku dengan mudah akan hilang kalau berada dalam sebuahkerumunan. Aku harus mengakui menjadi ìagak kecilî sering jadi bahan godaan temantemanku.Di samping ukuran kecilku, kupikir aku mempunyai wajah yang manis. Brakuhanya berukuran 28A tetapi pada dadaku terlihat cukup besar dan aku sering dipuji kalaupantat dan kakiku sangat indah. Siska dan aku pergi dengan rutin ke tempat kebugaranwanita. Suamiku dan aku lulus dari sekolah menengah dengan nilai memuaskan, menikah tidaklama sesudah kita lulus. Kamu pasti sudah mengira itu. Aku tidak pernah mencium oranglain selain suamiku. Maksudku ciuman serius. Aku tidak menganggap diriku sangatsopan tetapi aku tidak pernah berkata kotor. Tidak juga saat Tom dan aku sedangberhubungan seks, yang tak terlalu sering. Gereja bangga akan kami, seks pada dasarnyaadalah bagaimana kamu membuat bayi. Sekitar lima belas tahun perkawinan, aku mulai merasa resah dan bosan. Ini bukan berartiaku tidak mencintai dua anak perempuanku dan Tom. Segalanya sangat normal. Akumulai membaca novel roman, dan kemudian akan merasa berdosa tentang pemikiranpemikiran tidak tulus itu. Dalam minggu setelah pertemuan dengan Siska itu, dia dan aku akan kadang-kadangtertawa genit atas ìpenglihatanyaî akan kemaluan Martin Sihombing (aku masih tidakkatakan hal-hal seperti penis meskipun dengan Siska). Tom dan aku juga mengenalkeluarga Sihombing, hanya percakapan antar tetangga tentang rumput halaman, cuaca, dan lain lainPada bulan Desember, asosiasi mengadakan sebuah acara makan malam dan dansasebelum liburan. Tempat duduknya diatur sesuai dengan urutan rumah.
Sehingga keluarga Sihombing berada di meja yang sama dengan kita. Siska ada pada meja yangberbeda. Ini adalah pertama kalinya kita berada dengan mereka secara sosial. Sekarang aku selalu pikir Martin Sihombing terlihat sangat biasa. Mungkin dalam umursekitar limapuluhnya dengan rambut penuh, beruban di beberapa tempat. Dia sangatjangkung. Ini adalah pertama kalinya aku lihat dia memakai jas, dan aku harus mengakuidia terlihat juga berbeda. Silvi pada sisi lain, yang selalu nampak tak peduli denganpakaiannya terlihat aneh dalam gaun panjangnya, krah bajunya tinggi. Makan malam dilewati dengan percakapan yang menyenangkan dan makanannya sangatenak. Sesudah makan malam, musik mulai dimainkan dan Martin dan Silvi langsungberada di lantai dansa itu. filmbokepjepang.com Setelah aku sedikit membujuk Tom untuk berdansa tetapi diahanya tahu dua gaya dansa. Martin dan Silvi bergabung lagi dengan kami saat bandsedang istirahat sejenak. Saat band kembali, Martin mengajakku untuk berdansa. Akumencoba untuk menolaknya, mengatakan kalau Tom dan aku tidak begitu pandaiberdansa. Dia memaksa. Itu adalah sebuah dansa yang cepat dan dia segera membuatkumengikuti tiap-tiap gerakannya.
Lagu berakhir, aku menuju ke arah kursiku dan kembalimendengar dia mengajakku lagi untuk lagu berikutnya. ìOh, aku tidak bisa. Kamu dan Silvi terlalu bagus untukku, berdansalah denganisterimu.îìLusi, jangan coba menolak. Dia sudah membuat kakiku kecapaian, aku pikir Martyperlu berganti pasangan dalam tiap lagu.î Silvi berteriak dari mejanya. Baiklah, rasa engganku hanya melintas dalam kepalaku tapi aku kembali ke lantai dansamenikmati Martin yang bergerak di sekelilingku. Lagunya berakhir, dan dia memegangtanganku dengan enteng ketika lagu berikutnya mulai. ìIni satu lagu slow Lusi, kamu gimana dengan waltz?î tanyanya saat dia dengan lembutmenarikku ke dalam posisi dansa. Dia tidak menarikku terlalu rapat, dia memegangkudengan enteng dan dia meluncur di sekitar lantai itu. Dia adalah seorang pedansa yangsangat baik. Tanpa menyadari itu, aku ditarik semakin dekat padanya, tubuhku sedikitmenggeseknya. Kepalaku rebah di dadanya, payudaraku merapat di bagian tengahtubuhnya. Kemudian aku merasakan itu. Itu keras, itu sedang menekan perutku. Wow! Ituadalah kemaluannya, kemaluannya yang ereksi. Aku yakin itu.Aku mundur, sedikit melompat, hanya refleks. Kamu tidak mau merasakan ereksinya priaasing. Dia tetap menari seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak lagi menarik akumendekat, tidak membuat aku merasa gelisah. Aku mulai meragukan pemikiranku, ituhanya saja imajinasiku yang berlebihan. Aku bersandar padanya lagi. Seperti sebelumnya, payudaraku bersentuhan dengannya, aku merasakan menggesek tubuhnya. Kemudian perutku juga.
Kali ini aku tidak mundurdengan seketika. Aku hanya ingin pastikan bahwa apa yang sedang aku rasakan adalahkemaluannya. Aku menggerakkan badanku, menggosok perutku ke dia, itu terasa keras. Itu memang benar kemaluannya, kemaluannya yang ereksi. ìWow! Apa yang sedangkulakukan?î, pikirku. Dansa berakhir. Dia tetap memegang tanganku tapi kali ini akumenarik dia kembali ke meja kami. Sudah cukup. Tidak ada lagi dansa dengan diapikirku. Tidak ada yang nampak berubah setelah makan malam dan dansa itu. Kita tetapmempunyai ìpercakapan antar tetanggaî yang sama dengan keluarga Sihombing itu. Akutidak menceritakan kepada Siska apa yang telah terjadi. Baiklah, satu hal telah berubah. Aku menemukan diriku memikirkan tentang dansa itu, tentang Siska yang melihatpenisnya, tentang perasaan payudaraku yang tergesek tubuhnya. ********Tahun baru hampir tiba. Sebagian dari pemilik rumah mulai membicarakan rencana PestaTahun Baru. Hanya sekitar separuh dari kelompok yang memutuskan untukmelakukannya, maka kita akhirnya membuat pesta dan musik di dalam aula rekreasimasyarakat. Tom menyukai gagasan tersebut sebab dia tidak begitu suka pergi ke luar. Makanannya seadanya saja yang disajikan setelah itu kita putar sebuah rekaman tua danberdansa. Aku katakan pada diriku agar tidak mengulangi peristiwa di pesta sebelumnya, tetapi saatSilvi meminta dengan tegas bahwa aku harus memberinya kesempatan istirahat setelahberdansa dengan suaminya dan aku tidak bisa katakan tidak padanya. Sama dengan dulu, musik mulai dengan lagu yang cepat dan kemudian seseorang menggantinya dengansebuah nomor lambat. Seakan seperti ada setan kecil yang sedang duduk di bahuku danberkata, ëLakukan Lusií. Akhirnya aku tidak menentangnya ketika Martin meletakkantangannya pada pinggangku dan mulailah kita bergerak di lantai itu.
Seseorangmematikan lampunya. Saat ini kita berpakaian secara informal. Sebagai ganti setelanyang kaku, Martin mengenakan celana santai dan kaos polo. Aku memakai sebuah blusdan rok panjang. Kali ini saat payudaraku mulai menggosok pada tubuhnya aku bisamerasakan panas tubuhnya. Puting susuku mengeras dan aku pikir dia pasti bisamerasakannya. Perutku adakalanya menabraknya, menabrak kemaluan yang lurus kerasyang pernah aku rasa sebelumnya. Satu lagu berganti yang lain, sebuah nomor lambatyang lain . Setiap kali perutku menggosok penisnya, aku bisa merasakan tangannya padapinggangku, dengan pelan menarikku mendekat. Tidak pernah kasar, tidak pernah lebihdari sekedar sebuah remasan yang lembut. Sepanjang waktu itu dia selalu bicara seolah- olah itu tidak terjadi, seolah-olah aku tidak sedang menggosokkan payudaraku padatubuhnya, seolah-olah kemaluannya yang keras tidak sedang menekan ke perutku. Yangakhirnya, saat lagu hampir berakhir, aku mundur dengan kasar dan sungguh-sungguh. ìOops, maafkan aku Lusi. Kamu berdansa dengan sangat baik membuat aku lupa kalaukita belum pernah berdansa bersama selama bertahun-tahun. Aku tidak bermaksudsedekat ini.î dia kembali memegang lenganku saat menatap mataku. ìMaafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melompat mundur seperti tadi. Maksudkuaku benar-benar menikmati berdansa denganmu. Hanya aku, uhÖ yah, aku tidak inginkamu mempunyai pikiran yang salahÖ MaksudkuÖîìItu kesalahanku Lusi. Aku takut saat seorang pria berada dekat dengan seorangperempuan cantik ada seuatu yang terjadi. Aku yakin kamu secara kebetulan pernahmengalami itu sebelumnya.î dia tertawa kecil. ìNggak apa-apa. Aku tahu pria tidak bisa menghindarinya. Meskipun sudah seringterjadi.
Maksudku aku jarang berdansa.î aku merasa cara bicaraku gagap. ìKita bisa pergi duduk jika kamu ingin berhenti. Tetapi aku harus mengatakan pada kamuitu akan mengakhiri dansaku malam ini. Mata kakinya Silvi sakit dan dia bilang padakukalau dia sedang tidak ingin berdansa.îìYahh, aku tidak ingin jadi ratu pesta. Aku hanya tidak ingin kamu mempunyaipemikiran yang salah.îìAku hanya mempunyai kesan yang terbaik tentang kamu Lusi. Betapapun, kita berduaadalah orang dewasa dan memahami peristiwa yang tertentu itu hanya reaksi biologisyang wajar. Aku tidak bisa mencegahnya dan harus kuakui ini merupakan sebuahkehormatan ada seorang perempuan cantik yang mau berdansa denganku malam ini. Tetapi aku berjanji untuk menjaga batas diantara kita.î kata-katanya mengalir keluardiiringi oleh tawa kecil. Musik berbunyi lagi dan secara otomatis kita mulai dansa lambat yang lain . ìApakah kamu benar-benar berpikir aku pintar berdansa? Atau kamu berusaha menjadiseorang gentleman?îìAku pikir kamu pintar berdansa Lusi. Jelas nyata kamu jarang berdansa tetapi iramamusempurna.î Badan kami saling bersentuhan. Dia bergerak jelas agar tak saling bersentuhan. ìJangan cemas Martin. Kamu tidak harus begitu setiap kali kita bersentuhan.îAku bergerak merapat padanya.
Aku ingin merasakan tubuhku yang menekan tubuhnya, menekan kemaluannya. Segera saja kita berdansa dengan rapat. Saat aku menggosokperutku terhadap ìkekerasannyaî, tangannya di pinggangku dengan lembut menarikku. Aku bisa merasakan puting susuku mengeras, dia pasti bisa merasakan itu saat menekantubuhnya. Aku bisa merasakan gerakan ereksinya saat perutku menggosok dia. Akumerasa kehangatan diantara kakiku saat tubuhku menjadi bergairah. Aku tahu bahwacelana dalamku sudah menjadi basah. Aku serasa berada di surga kesenangan. Akumerasa kalau aku sangat jahat tapi aku sedang menikmati itu. Kemudian musik berakhir. Kami bergabung kembali dengan Silvi dan Tom di meja itu. Hampir tengah malam. Tepat tengah malam semuanya bersorak dan berteriak. Aku mencium Tom panjang dandalam, sebagian karena aku merasa bersalah tentang dansa bersama Martin tadi, tentanggesekan pada ereksinya, dan menekankan payudaraku padanya. Martin dan Silvi yangberada di sebelah kami, saling berpelukan mesra. Aku bisa lihat tangan Martin padapantatnya, dengan jelas menariknya merapat padanya dan aku tahu bahwa dia sedangmenggelinjang pada ereksinya yang keras. Mereka merenggang dan Silvi merebut Tomkudan memeluknya, dia telah memutar Tom sedemikian rupa sehingga punggungnya beradadi depanku. Martin berbisik ìBolehkah sayaî saat dia membuka lengannya.
Akumemeluknya dan mengijinkan dia menciumku, kemudian saat aku merasa tangannyapada pantatku. Aku membuka mulutku dan mendapatkan sebuah ëFrench-Kissí, merasakan dia menarikku semakin merapat padanya aku merasakan lagi ereksinya yangkeras. Kemudian selesai. Malam itu aku mendapat mimpi basah yang liar. Aku belum pernah bermimpi seperti itusejak aku berumur sepuluh tahun. Paginya aku mempunyai mimpi buruk mengerikan dariapa yang telah aku lakukan. Terima kasih surga untuk Siska. Aku cerita padanya dan diasenang mendengarkannya. Kita memutuskan bahwa tidak ada yang buruk yang telahterjadi. Sekali lagi, aku pikir, benar begitu, tidak ada. Sekalipun begitu aku masihmendapatkan diriku memikirkan dansa itu, tentang ciuman itu. ********Sepertinya aku bertemu Silvi dan Martin lebih sering setelah tahun baru. Aku sekarangtahu bahwa pekerjaan Martin membuatnya sering pergi ke luar kota, untuk urusan mebelmereka. Sebagai sampingannya dia membeli perhiasan dari daerah yang di kunjunginya, yang dia jual ke beberapa toko lokal. Ini aku ketahui saat aku bilang ke Silvi kalau ibukutelah mengirimiku uang untuk membeli sebuah kalung. ìLusi, datanglah kemari dan lihat apa yang Marty punyai.
Dia membawa beberapa barangdari luar kota. Jika dia punya sesuatu yang kamu suka, kamu akan membayar seperempatdari apa yang David jual di tokonya. Ini bukan barang rongsokan, dilapisi perak danemas. Dan tidak kelihatan seperti barang murahan, ini adalah yang mereka ekspor ke luarnegeri.îìAku tidak bisa.îìTentu kamu bisa. Aku memaksamu. Jika kamu tidak temukan yang kamu sukai, janganmerasa sepertinya kamu harus membeli apapun. Dia tidak punya masalah menjual barangbarang ini ke David. Dia akan pulang pada siang hari, mampirlah nanti.î Aku mengetuk pintu mereka sekitar jam 12:15. ìMasuk, masuk. Waktu yang tepat. Marty baru saja tiba dirumah dan aku bilang padanyakamu mungkin ingin beberapa perhiasan. Martyî. Silvi berteriak saat dia mengantarku kemeja ruang makan. ìTunggu sebentar, aku hampir keluar dari kamar mandi.î aku mendengar suara Martindari atas. ìSayang, bawa kalungnya biar dia dapat melihatnya saat kamu selesai.îìOK, ok.î Dengan segera Martin muncul membawa dua buah koper. Rambutnya kusut dan basahdan dia mengenakan sebuah jubah mandi putih yang hanya sampai di lutut. ìHalo Lusi. Aku harap aku punya apa yang kamu sukai. Aku membawa beberapa emasdan perak.î katanya saat dia berdiri di seberang meja di depanku membuka koper itu. Kemudian dia memutar koper ke arahku dan mulai melangkah pergi. ìOh! Tunggulah sebentar sayang. Tunjukkanlah pada Lusi bagaimana cara membacasertifikat yang menjelaskan isi perhiasan ini.î Dia berbalik, duduk di depanku. Dia mengambilt sebuah kalung beserta sebuah dokumenkecil. Aku tidak bisa berkonsentrasi pada kalung, semua yang bisa kupikir adalah cerita tentangSiska yang melihat menembus kaca meja. DÈj‡ vu!Martin sedang bicara, aku tidak sedang mendengarkannya.
Koper itu menghalangipandanganku. Tanpa berpikir, aku menggesernya ke samping. Sekarang dia sedangmemegang kalung itu dan aku menatapnyaÖ lebih memperhatikan tetapi benar-benarsedang memperhatikan pada kemaluannya. Itu sama persis seperti yang Siska ceritakan. Kakinya terbuka lebar, dia duduk di pinggir kursi. Kemaluannya tergantung terayun-ayunsaat dia bergerak. Itu terlihat sangat besar buatku. Aku merasa wajahku mulai terasahangat dan menyadari bahwa wajahku pasti merah. Suara Silvi menghentikan tatapan mataku. ìDengar sayang, aku harus pergi belanja. Jika kamu telah dapat apa yang Lusi inginkanlebih baik kamu berikan padanya. Lusi sayang, maafkan aku, aku lupa kalau aku haruspergi tapi kamu ditangan ahlinya dengan Marty. Sampai jumpa sayang, aku akan kembalisekitar jam setengah tujuh.î dan dia pergi ke pintu keluar. ìSampai jumpa sayang.îìKatakan padaku jika kamu lihat apapun yang kamu suka.î kata Marty saat dia menyebarbeberapa kalung di atas meja itu. Menyebarnya sedemikian rupa sehingga garispandangku pada kalung-kalung itu juga searah pada daging pisang berwarna yangpanjang berayun di bawah. Siska telah mengatakannya menyerupai sebuah pisang besar. Itu bahkan mempunyai sebuah ujung seperti sebuah pisang. ìAÖ aÖ aku ngÖ tidak tahuÖÖ ini jauh lebih dari yang aku harapkan.îìJangan cemas Lusi. Jika kamu tidak lihat apa yang kamu suka, aku paham.
Aku tidakpernah memaksa barang-barangku pada seseorang. Santai saja. Kadang-kadang hanyamanis untuk dilihat saja.î Aku lihat dia mengedip saat aku melihat ke arahnya. ìIni, bagaimana jika kita mencoba yang ini pada lehermu dan kamu dapat lihatbagaimana ini terlihat di kulitmu?î katanya saat dia bangkit dengan sebuah kalung emasbesar yang indah di tangannya. ìOK, barangkali itu sebuah ide yang bagus.î aku melihat dia bergerak, jubahnyasekarang sedikit terbuka saat dia berdiri dan bergerak, penisnya mengayun keluar masukdari sudut pandangan. Aku duduk hampir membeku, memperhatikan diriku pada cermin di dinding. Memperhatikan Martin sekarang berdiri di depan bahuku, memasangkan kalung dileherku. Aku melihat di cermin jubahnya yang terbuka, penisnya sekarang tersentuhlengan tanganku, langsung bersentuhan karena blus tak berlengan yang aku kenakan. ìBagaimana, kamu suka Lusi? Ayo, peganglah. Sudah pernahkah kamu melihat yangseperti ini?îìTidak. Belum pernah. Ini sangat besar. Aku belum pernah melihat yang sebesar ini.î akumenggerakkan kepalaku ke samping saat aku bicara, menatap pada kemaluannya yangmenggesek bahuku, mengamati kantung buah zakarnya untuk pertama kali. Itu jugabesar. Besar tetapi lebih lembut dibanding kantong berkerut Tom. ìTerimakasih. Aku pikir kemungilanmu yang cantik membuatnya nampak lebih besar. Sentuhlah kalau kamu ingin.îìKalÖ ehÖ benda ini?îìApapun yang kamu inginkan, Lusi. Kamu ingin merasakannya, ya kan?îìUh huh.î aku menggenggamkan jariku melingkarinya. Aku merasakannya mulaimengeras pada sentuhanku. Aku pernah dengar kemaluan yang belum di sunat tapi akubelum pernah melihat sebelumnya. Saat itu mengeras aku lihat kulitnya menyingkap. Aku menyingkap dengan lemah-lembut dan melihat kulitnya menarik kembalimemperlihatkan sebuah mahkota yang tinggi. ìApa itu melukai kamu?îìKebalikannya Lusi, sentuhanmu terasa nikmat. Apa kamu belum pernah melihat sebuahpenis yang belum disunat?î Aku menatapnya. ìTidak disunat.îìOh Tuhan. Martin tolong jangan tertawakan aku.
Satu-satunya kemaluan yang telahkulihat hanya milik Tom. Dan bahkan saat dia sedang ereksi tidak seperti milikmu. Akutidak pernah melakukan sesuatu seperti ini sebelumnya. Apakah itu benar jika aku hanyamerasakan kemaluanmu dan melihatnya?îìLusi, Lusi sayang. Kamu adalah sebuah harta karun seutuhnya. Aku tidak pernah akanmenertawakan kamu. Kamu adalah sebuah bunga yang menunggu untuk mekar. Lakukanlah, remas penisku, rasakan bagaimana kamu membuatnya keras, tapi tolongsebut ini dengan penis bukan kemaluan îìOh brengsek, kamu pasti berpikir aku adalah orang bodoh atau yang semacam itu. Akumerasa seperti seorang idiot. Maafkan aku, aku tidak ingin menggoda, benar-benar tidak. Bukan berarti aku tidak bisa berhubungan seks atau apapun yang seperti itu. Hanya sajaaku tidak pernah berada di dalam situasi seperti ini.î aku jelaskan panjang lebar sekarang, menjatuhkan penisnya seperti sebuah kentang panas. ìLusi, tenang. Percayalah padaku, aku tidak berpikir kamu adalah seorang yang bodohatau apapun yang seperti itu. Lakukanlah, ini adalah kesempatanmu untuk merasakansebuah penis. Ambil kesempatanmu.î dia menempatkan tanganku kembali padapenisnya, menggenggam jarinya ke jariku. ìKatakan penis, Lusi. Katakanlah apa yang sedang kamu pikirkan. Hanya kocok sedikitî ketika tangannya memandu tanganku dalam sebuah gerakan mengocok. Aku menyaksikan dengan tertarik saat tangannya memandu tanganku yang pelan-pelanmengocok ke atas-bawah pada batang yang keras itu. Aku melihat kulitnya menyingkapmemperlihatkan bagian atas kepala yang dimahkotai saat kocokanku bergerak ke bawahdan kemudian pada kocokan ke atas, kulitnya membungkus kepalanya dan membentuksebuah ujung yang berkerut.
Tangannya melepaskan lenganku. Aku melanjutkanmengocok penisnya seperti terhipnotis. Aku menekannya. Aku bisa merasakan penisnyayang menjadi lebih keras. Aku meremasnya lebih keras dan dalam pikiranku aku sedangberkata ë penisí berulang kali. Kemudian aku mengucapkannya. ìPenismu jadi sangat keras. Rasanya sangat hangat. Aku ingin meremas penismu.î dan tiba-tiba aku ingin katakan semua kata-kata yangselama ini ku tabukan. Perkataan penis nampak membuatnya lebih erotis lagi . ìUmmm, ya. Remas Lusi.î tangannya kini meluncur ke balik blusku. Tekanan lengantangannya pada wajahku membawa pipiku bersentuhan dengan penisnya. Aku memandangi cermin di seberang kami. Aku belum pernah melihat diriku yangsedang berhubungan seks. Sekarang aku menjadi sangat terangsang saat aku melihatdiriku menggosok penisnya pada pipiku, melihat kancing blusku terbuka saat tangannyamenuju ke payudaraku. Blusku terbuka. Tangannya menyelinap masuk braku. Jarinyamenjepit puting susuku. Aku tidak bisa percaya bagaimana nikmatknya rasanya. Bagaimana sangat erotisnya. Bagaimana sangat sangat bersalah tetapi sangat sangat menggairahkan. Tangannyamemaksa braku turun, puting susuku jadi terlihat. Aku melihat ke atas dan melihat Martinyang sedang menatap ke cermin juga. ìKamu mempunyai puting susu yang menakjubkan Lusi. Mereka sangat keras, sangatbesar. Mereka seperti permata merah muda di atas bukit.
Apakah kamu suka merekadijepit?îìYa. Itu rasanya enak. Aku suka mereka dijepit dengan keras.î Aku melihat di dalam cermin, blusku tersingkap hingga perut, sebelah payudarakuterekspose penuh sedang braku tetap menutup yang sebelahnya. Tangan Martinmemegang putingku, ibu jari dan jari telunjuknya berputar, menarik, menekan putingsusuku. Aku melihat tanganku yang mengocok penis tebalnya, menggosoknya padapipiku. Aku melihat cairan pre-cumnya keluar sedikit dari lubang kencingnya kemudiandia mengamati saat aku mengoleskan pre-cumnya ke pipiku.. Aku memalingkan wajahku menghadap penisnya, mengamati pre-cum yang pelan-pelanmembentuk tetesan yang lain. Aku menggosokkan ibu jariku di ujung penisnya, menikmati genangan dari pre-cum itu ketika aku menekan kepala penisnya. Menjadikankepala penisnya berkilauan. Aku menggosok penisnya pada pipiku lagi. Aku merasa tangan Martin yang bebas berada di kepalaku, merasa dia memutar kepalakudengan lembut. Penisnya meluncur melewati pipi dan menggosok bibirku. Secara naluriaku membuka mulutku, mulai menjilat kepala kerasnya yang hangat. Aku melanjutkanmengocok penisnya ketika mulutku mengulum kepala itu. Itu bahkan nampak lebih besarsejak aku menghisapnya.ìUmm, yaa. Gerakkan lidahmu Lusi. Tuhan, rasanya enak. Bermain-mainlah dengannyasayang. Jilat naik turun batang itu. Umm, nikmat.î Kujalankan lidahku naik turun sepanjang batang itu. Penisnya kini berkilauan dengan airliurku. Saat mulutku berada pada buah zakarnya, dia mengangkat penisnya sedemikianrupa sehingga buah zakarnya menggosok daguku.
Aku belum pernah menjilat buah zakarseseorang, tetapi aku tahu apa yang dia inginkan. Itu apa yang juga aku inginkan. Akuingin bermain-main dengan kantong besar itu. Aku mulai menjilat buah zakarnya saatpenisnya berada tepat di wajahku. Aku bisa merasakan panas dari penisnya di wajahku. Martin menarik blusku yang tersisa melewati bahu. Ketika melepaskannya dari badanku, dia melepaskan braku juga, yang mengikuti blusku jatuh ke lantai. Aku mengerling ke cermin itu. Memandang dan merasa tangan besarnya mencakuppayudara kecilku. Aku kembalikan tatapanku pada penisnya, ketika jarinya denganlembut mulai memutari puting susuku. Aku melihat pembuluh darah biru yang panjang disepanjang batang itu. Aku sapukan lidahku sepanjang pembuluh darahnya, dan kemudianmenekan kepala penisnya untuk membuka lubangnya sedemikian rupa sehingga aku bisamemeriksanya dengan lidahku. ìTuhan kamu mempunyai puting susu yang keras Lusi. Apa kamu suka mereka dihisap?Katakanlah apa yang kamu inginkan, aku ingin membuat kamu merasakan nikmat sepertiyang kamu lakukan untukku.îìDijepit, ya yang keras. Dan hisap, gigit putingku.î aku berbisik dengan penisnya yangmenyentuh bibirku. ìBagus. Aku suka menghisap puting.î dia tertawa saat menarikku berdiri pada kakiku. Saat aku melepaskan genggamanku pada penisnya dia berlutut di depanku. Mulutnyamenelan satu payudara, dia mulai menghisap selagi lidahnya menjilat puting susuku. Tangannya pada punggungku, memelukku erat, membelaiku saat dia menghisappayudara yang kiri kemudian berganti yang sebelah kanan. Saat dia menghisap dalammulutnya, aku bisa merasakan lidahnya yang menjilat, kemudian ketika mulutnyamundur, giginya dengan lembut menggigit puting susuku. Dia memegang puting susukudiantara giginya dan menjalankan ujung lidahnya. Tuhan, itu terasa nikmat. Saat dia bekerja pada putingku, tangannya meluncur menuju ke pinggulku. Kulepaskancing celana panjangku. Celana panjang dan celana dalamku dilepasnya sekaligus.
Sama sekali tanpa berpikir tentang itu, aku melangkah keluar dari pakaianku yangterakhir. Dia masih menghisap, menggigiti puting susuku saat tangannya sekarangmembelai kaki dan pantatku. Secara naluriah aku melebarkan kakiku, mengundangtangannya pada vaginaku. Larangan terkhirku menguap ketika Martin mulai mengelusvaginaku. Aku memandangnya, melihat bibirnya bekerja di sekitar payudaraku. Aku melihatputingku tertarik keluar saat ia menghisap dan menggigit dan menarik puting susukudengan mulut dan giginya. Aku melihat tangannya menggosok vaginaku. Aku melihatjarinya menghilang lenyap ke dalam rimbunan rambut lebatku. Merasa jarinya meluncurmenyentuh vaginaku. Saat dia menggerakkan jarinya keluar masuk, aku menggelinjang. ìTerasa enak?î dia tersenyum. ìYa, ya.îìUmm, dan rasanya enak juga.î katanya saat menarik jarinya dan menjilatnya, dankemudian menyodorkan jarinya kepadaku untuk dijilat. Aku belum pernah merasakan diriku sendiri. Jika itu pernah terjadi kepadaku, aku yakinaku akan menganggap itu adalah sebuah tindakan yang menjijikkan. Tetapi sekarang akumenjilat jarinya dan merasa kagum bahwa aku menyukai itu. ìAku pikir vagina ini memerlukan sebuah jilatan yang bagus. Kamu suka vaginamudioral, ya kan? Tidak pernah ada seorang perempuan yang tidak menyukainyaî Aku suka itu. Hanya saja itu tidak sering terjadi. Tetapi sekarang aku menginginkannyalebih dari yang pernah ada. Dia mengangkatku ke atas meja, mendudukkanku pada tepinya. Aku membuka lebarkakiku mengundang mulutnya kepada bibirku. Menempatkan jariku pada vagina, akumelebarkannya terbuka, menarik rambutnya ke samping. Aku merasa sangat erotis saataku membayangkan pandangannya pada vaginaku, daging merah muda yang basah yangkini terpampang karena bibirnya yang terbuka.
Aku gemetaran saat merasakan lidahnya mulai menjilat celahku. Lidahnya menekan kedalam vaginaku dan memukul-mukul ke atas menyebabkan getaran yang sangat indahketika diseret melewati kelentitku. ìOh, Tuhan, ya, ya ya.î Dia membenamkan wajahnya ke dalam vaginaku, lidahnya manari di dalamnya. Diamulai menggosok kelentitku seiring dengan jilatannya pada vaginaku. Aku mendorongpinggulku menekannya, menggeliat di atas meja. Kulingkarkan kakiku di lehernya, lebih mendorongnya padaku. Aku melihat diamenguburkan wajahnya ke dalam vaginaku semakin dalam. Aku mendengar bunyi diamenghirup, menghisap cairanku. ìOohhh.î aku menjerit dan menggelinjang. Aku mendapat sebuah orgasme yang sangatindah. Ini membuatnya bekerja lebih keras pada vaginaku, sekarang mengisap kelentitkuketika jarinya disodokkan ke dalam vaginaku.Aku merasa seperti terbakar. Sekujur tubuhku terasa geli. Vaginaku sedang diregangkan. Aku tahu bahwa dia sedang menekan jari yang lain ke dalam vaginaku. Ketika vaginakupelan-pelan menyerah kepada jari yang ditambahkannya, aku tahu apa yang berikutnya. Aku menginginkan itu. Aku ingin merasakan penis besarnya di dalamku. Aku tahu diaperlanan menyiapkan aku untuk itu. ìMartin. Aku menginginkannya. Aku menginginkan kamu. Aku takut itu terlalu besartapi aku menginginkan itu.îìJangan takut Lusi. Aku sangat lembut.î Dia mengangkatku, membawa aku menujusebuah kamar. Aku melingkarkan lenganku padanya. Aku menciumnya sepanjang jalan menuju kamar, menghisap lidahnya, mendorong lidahku ke dalam mulutnya. Dia menempatkanku di atas tempat tidur, mengambil sebuah gel pelumas dari lemarikecil di samping tempat tidur ìBuka kakimu melebar,î dia berkata saat menekan pelumas dari tabungnya kemudianmenggosokannya ke dalam vaginaku. Terasa dingin, dan dia menyelipkan dua jari kedalam vaginaku. Mereka masuk dengan mudah. Aku memegang tangannya danmembantu jarinya bekerja di dalam vaginaku. ìSekarang giliranmu.î dia berkata saat berbaring pada punggungnya. ìLumasimainanmu.î dia tersenyum. Aku melihat pada penisnya.
Itu masih terlihat sangat besar buatku. Masih setengahereksi. Itu terletak lurus ke arah kepalanya, kepala penisnya sampai menyentuh pusarnya. Aku menyemburkan gel ke penisnya, membuat sebuah garis zig-zag sepanjangbatangnya, seperti menghias sebuah kue pikirku. Dia tertawa. Aku mulai menyebarkangel dengan jari tengahku. Penisnya terasa hangat, jariku menekan ke dalam daging itu. Saat aku menjalankan jariku naik turun pada batangnya, aku merasa penisnya menjadilebih keras. Aku menyukai itu. Aku menyukai menjadikan penisnya keras. Akumenggenggam penisnya dengan ibu jari dan jari tengahku, menekan gel lebih banyak lagidan melumuri seluruh penisnya. ìKe atas.î dia menginstruksikan. Aku memandangnya. ìKamu ke atas, dengan begitu kamu dapat mengendalikan penisku. Gosok saja kevaginamu, bermainlah dengan itu, lakukan pelan-pelan.î Aku mengayunkan kakiku di atasnya, mengangkanginya, aku menunduk untukmenciumnya.ìItu terasa nikmat. Gosokkan puting susumu yang keras padaku. Gesekkan vaginamusepanjang penisku.î lengannya melingkariku, menarikku mendekat, dengan lembut tetapikuat, memaksa puting susuku ke dadanya. Puting susuku jadi sangat keras dan sensitif. Aku menggerakkannya pelan-pelan maju- mundur, membelainya dengan puting susuku dan menikmati kehangatan dari badannya. Aku bisa merasakan penisnya beradu dengan pantatku. Aku bergerak mundur untukmembiarkan penisnya meluncur diantara kakiku. Aku bisa merasakan batang itumeluncur sepanjang bibir vaginaku. Tidak menembus, aku hanya menggesek naik turunbatang yang keras itu, menikmati sensasi yang baru ini dari penis keras dan besar yangmenekan ke dalam bibir vagina telanjangku, menikmati rasa dari puting susuku yangmenyentuh sepanjang badannya.
Kemudian dia mendorongku kembali pada posisi duduk. ìMasukkan Lusi.î Aku mengangkat batang tebal itu dan menggosok kepalanya pada vaginaku, kemudianmenekannya berusaha untuk memasukkannya. Aku melihat kepala yang tebal membelahbibirku hanya untuk menyeruak masuk dalam lubangku. ìOh Tuhan, Martin, ini terlalubesar. Aku tidak akan pernah dapat menampungnya di dalamku.î Dia menempatkan satu jari di dalam vaginaku dan pelan-pelan mulai mengocok jarinyasaat aku tetap memegangi penisnya. Saat aku mengamati, aku lihat dia dengan lemahlembutmenekan jari keduanya ke dalam vagina basahku. Aku bisa merasakanperegangan dan mulai ìmengendaraiî jarinya. Kemudian dia memasukkan jari yang ketiga, memutar jarinya saat dia meregangkan vaginaku. Kemudian dengan sebuah gerakanlembut, dia menarik jarinya, memegang tanganku yang sedang menggenggam penisnyadan menuntunnya ke arah lubangku yang sudah membuka. ìLakukan sekarang Lusi. Duduk di atasnya. Vaginamu telah siap, biarkan saja masuk.î Aku melakukannya. Ketakutanku bahwa itu akan menyakitkan lenyap saat aku merasakepalanya membelah vaginaku. Dibandingkan rasa sakitnya, aku mendapatkan rasa yangsangat nikmat dari tekanan pada vaginaku. Sebuah perasaan menjadi terbentang dan diisi. Dia mulai memompa ke dalamku dengan dorongan dangkal, setiap dorongan menekanmasuk semakin ke dalam vaginaku. Penisnya nampak bergerak lebih dalam dan semakindalam, menyentuhku di mana aku belum pernah disentuh. Kemudian aku sadar bahwapenisnya sedang memukul leher rahimku. Sekarang penisnya terkubur di dalamku dia menggulingkan aku, menarik kakiku padabahunya. Aku belum pernah membayangkan bagaimana erotisnya ini, melihat danmengamati penis yang besar pelan-pelan meluncur keluar masuk tubuhku. Tetapikemudian, aku menjadi lebih terbakar pada setiap hentakan. ìOh Tuhan! Oh ya! Setubuhi aku! Lebih keras Martin lebih keras.îDia mulai ke menyetubuhiku lebih cepat, lebih keras, dengan sela sebentar-sebentar saatpenisnya dikuburkan dalam di dalamku. Dan setiap kali dia berhenti dengan penisnyajauh di dalamku, aku akan menggetarkan diriku ke dia sampai akhirnya aku mendapatkanorgasme keduaku hari ini, Sebuah orgasme yang hebat sekali! Dan aku ingin lebih. Dan aku senang merasakan penisnya masih keras, masih menyetubuhiku. ìGadis baik Lusi. Lepaskanlah.îìOh Tuhan ya.îìKamu menyukainya kan sayang, suka sebuah penis yang besar mengisi vagina kecilmuyang ketat.î dia kini menyetubuhiku dengan hentakan yang panjang dan kuat. ìOh ya, benar, betul. Setubuhi aku. Kerjai vaginaku. Setubuhi aku, setubuhi aku, setubuhiaku.îìAku akan keluar di dalam tubuhmu. Katakan kamu ingin spermaku.îìOhhhh Tuhan, aku ingin kamu orgasme, aku mau spermamu. Ohhhh itu sangat besar. Rasanya nikmat.
Ya, keluarlah! Oh brengsek, aku orgasme lagi Martin. Setubuhi akudengan keras. Kumohon, lebih keras.îIa mengerang, menghentikan kocokan penisnya keluar masuk, dan hanya menguburkandirinya sangat dalam di vagina basah panasku. Ia mengandaskan dirinya ke dalamku danaku tahu dia sedang orgasme. Aku berbalik menekannya, berusaha untuk mendapatkanpenisnya sedalam-dalamnya padaku. Kemudian aku keluar lagi. Ombak kesenangan yangsangat indah menggulung seluruh tubuhku. Aku merasa tubuhnya melemah, tapi dia tidak mengeluarkan penisnya dariku. Aku pikiraku bisa merasakan penisnya melembut di dalam vaginaku sekalipun begitu vaginakumasih terasa nikmat dan penuh, sangat hangat dan basah. Aku menunjukkan padanyadengan sebuah ciuman. Kami hanya rebah di sana. Aku tahu aku sedang ìterkunciî. Aku bisa merasakan sedikitrasa bersalah yang merambat ke dalam pikiranku tapi aku tahu bahwa aku menyukaidisetubuhi oleh penis yang besar. Aku tahu aku menyukai berkata kotor. Kemudian gelembung itu nampak meretak. ìBaiklah, apa pendapatmu tentang Lusi? Apa Marty terasa manis seperti kelihatannya?î Silvi, berdiri di pintu. ìAstagaÖ SilviÖ aÖ akuÖî aku masih belum dapat menggambarkan semua ini.
Semuayang bisa kupikir adalah bahwa aku baru saja tidur dengan suami perempuan lain.ìLusi, tenang sayang.î Silvi memotongku. ìAku tidak marah. Aku senang melihat kamutelah menyadari kalau kamu suka penis yang besar.î dia tersenyum. ìAndai aku bisatinggal untuk menyaksikan keseluruhan peristiwa ini tapi kami pikir kamu akan jadi lebihnyaman dengan cara begini.îìSebagian orang tidak menerima seks hanya untuk kesenangan tetapi Silvi dan aku sudahmenemukannya berhasil untuk kami. Dia pikir kalaua kamu adalah seorang perempuanyang sedang kekurangan kesenangan maka kami piker kenapa tidak membuka pintu danmelihat jika kamu ingin masuk. Aku berharap kamu tidak marah. Aku berharap kamuakan kembali.î Martin menggulingkan aku dan kini membelai badanku saat dia dan Silvibicara. Aku mencoba untuk katakan sesuatu, ìAku bukan perempuan seperti itu. Ini adalahsebuah kekeliruan. Aku kira kita harus melupakan kalau ini pernah terjadi.î tapi tidak adakata-kata yang keluar dari mulutku. Aku hanya meraih dan membelai penis Martin yangbesar dan lembut. Silvi duduk di tempat tidur, menciumku pelan. ìBerbagi adalah menyenangkan Lusi.
Dankita semua adalah ìpelacur kecilî jauh di dalam bawah sana, ya kan?îìPelacurî kata itu berderik di dalam pikiranku. Tuhan, aku adalah seorang pelacur, yakan? Dan aku tidak peduli, aku hanya tahu bahwa aku ingin berhubungan seks denganpenis yang besar ini lagi. Maka begitulah bagaimana cerita ini bermula. Tom yang malang tidak tahu kenapa akuberteman baik dengan Martin dan Silvi. Tom masih suka berhubungan badan tiapseminggu sekali atau dua kali tetapi aku masih susah merasakan dia di dalamku..