Nonik namannya, dia istri teman kantorku yg usianya lebih tua 2 tahun dariku, dia sosok perempuan yg menarik, dgn tinggi badan 160 cm dan memiliki kulit yg bisa dibilang lebih putih daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, tp dia bukanlah keturunan chinese
Di kantor aku satu-satunya keturunan chinese, tinggi badan 172 cm dan tdk gemuk, yah, wajar lah. Di kantor ini aku menduduki jabatan sebagai wakil kepala akunting. Aku sebenarnya tergolong baru bekerja di perusahaan ini, sekitar 1 tahun dan aku sdh cukup akrab dgn salah satu pegawai yg bernama Herman. Aku pernah diajak berkunjung ke rumahnya di daerah Jakarta Utara. Disinilah awalnya perkenalan aku dgn Nonik.
Pada pandangan pertama, aku memang sdh menyadari kecantikan Nonik namun pikiran itu aku buang jauh-jauh karena menyadari bahwa dia adalah istri teman aku. Pembicaraan di rumah Herman berlangsung cukup lama dan cukup akrab sekali. Herman tinggal bertiga dgn pembantunya dan istrinya. Aku sendiri sempat makan malam di rumah mereka.
Ku akui, sambutan mereka di rumahnya benar-benar membuat aku merasa betah dan ingin berlama-lama terus disitu tp akupun akhirnya harus pulang jg ke rumah. Setelah pertemuan itupun sikap aku terhadap Herman dan sebaliknya pun biasa-biasa saja, tdk ada istimewanya. Sampai suatu minggu sore jam 3-an hp ku berdering , ternyata dari rumah Herman. Aku pikir Herman yg menghubungi karena perlu sesuatu, ternyata yg kedengaran adalah suara perempuan.
“Halo, ini Ridwan ya?”, kata suara perempuan disana.
“Ya benar, ini siapa ya?”, jawabku.
“Aku Nonik, istri Herman. Masih inget ngga?”
“Oh, iya, masih inget. Aku kira siapa..? ada apa ya Nik?”
“Begini Wan, aku ingin ketemu dgn kamu. Boleh aku ke rumahmu? Kamu lagi sendirian di rumah?”
“Boleh, dulu aku pernah ke rumah kamu, sekarang boleh aja kalian main ke rumah aku. Kalian datang berdua?”
“Ngga, aku sendiri saja. Herman sedang pergi dgn temannya.”
Sempet terkejut jg aku mendengar pernyataan itu. Ada maksut apa? Mau apa Nonik ke rumah aku sendirian sore-sore begini? pikiranku jadi campur aduk di otakku.
“Halo..Ridwan halo.. haloo.. Ridwan, kamu masih disitu?”
“Eh.. oh.. iya Nik.. Oke oke, kamu boleh ke rumahku kok sekarang. Aku cuman bingung aja mau siapin makanan apa buat kamu.”
“Ngga usah repot-repot Wan, biasa aja. Aku berangkat sekarang yah.”
Jarak rumahku dgn rumah Herman cukup jauh, rumahku di daerah Jakarta Barat sedangkan rumah Herman di Jakarta Utara. Perlu waktu sekitar 1 jam utk sampai ke rumahku jika dari Jakarta Utara.
Aku tinggal sendiri di rumah dgn seorang pembantu yg tdk menginap, pembantuku ini hanya datang pada pagi dan sore Ridwan setelah aku pulang kerja dan pada Ridwan sabtu atau minggu, dia datang pagi Ridwan utk membersihkan rumah.
Setelah bersih-bersih rumah seadanya, aku menunggu kedatangan Nonik sambil nonton acara tv. Sambil menunggu, pikiranku tdk bisa konsen ke TV. cinemabokepjepang.com Banyak pikiran yg berkecamuk dlm otakku mengenai kunjungan Nonik yg sendirian ke rumahku. Sekitar 1 jam menunggu akhirnya terdengar suara mobil di depan rumah. Aku segera keluar utk melihat; ternyata memang Nonik yg datang seorang diri. Langsung saja aku persilahkan dia masuk, begitu melihat ada tamu, langsung saja anjingku pada ribut (kebetulan aku dirumah memelihara sepasang anjing jenis ukuran yg tdk bisa besar).
“Ehh.. kamu punya anjing ya, lucu-lucu bangeet anjingnya”, kata Nonik sambil mendekati anjingku lalu mengelusnya.
“Iya. Kamu suka anjing jg”
“Suka banget”
Kemudian aku persilahkan Nonik utk masuk dan duduk di ruang tamu sementara aku menyiapkan minuman utk dia.
“Kamu kok tdk datang bersama Herman? Biasanya kemana-mana berdua melulu?”
“Memangnya harus sama Herman terus kalau kemana-mana?”
“Iya dong, apalagi kamu sekarang datang ke rumahku, kalau ketauan sama dia kan, ntar gimana jadinya nanti?”
“Ah.. sdhlah, kayak begituan biar aku yg urus dgn Herman”, Kata Nonik lebih lanjut.
“Gini Wan, aku ingin ngobrol sama kamu nih tentang bisnis.”
Kami berduapun berbicara masalah bisnis, ternyata dia kerumahku utk berbicara soal bisnis baru yg akan dirintisnya dan meminta bagaimana pendapat aku dari segi akunting dan manajemennya. Pembicaraan tersebut berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Sambil berbicara konsentraasiku agak terganggu karena duduk bersebelahan dgn Nonik dan hampir berdekatan. Kadang-kadang kalau sedang bicara bertatapan ingin sekali rasanya melumat bibirnya soalnya hanya berjarak sekitar 45 cm.
Saat itu Nonik berpakaian cukup sederhana, hanya mengenakan kaos dan celana jeans. Namun aku suka sekali apabila melihat wanita yg berpenampilan seperti itu. Sedangkan aku sendiri tadinya hanya memakai celana hawaii dan kaos tp setelah kedatangan Nonik, aku langsung mengganti dgn celana panjang.
Akhirnya pembicaraan mengenai bisnis pun bearkhir, kamipun bersandar lega di sofa yg kami dudukin. Sekarang otakku benar-benar sdh gak karuan deh, pengen sekali rasanya utk mencium Nonik tp bagaimana caranya? Otakku memutar dgn keras dan akhirnya aku mengambil keputusan utk mencoba menyenggol tubuhnya. Tanganku dgn sengaja aku bentangkan kedepan badan dia seakan-akan aku sedang meregangkan otot dan menyentuh tangannya.
“Kamu lelah ya Wan setelah ngomongin bisnis?”, kata Nonik.
“Iya nih, kalo dipijit enak nih kayaknya”, pancingku.
“Sini aku pijitin”, kata Nonik sambil memegang punggungku.
“Ntar dulu ah, mao muter musik dulu”
Akupun mulai memutar musik, maksduku supaya suasananya nyaman. Kemudian aku mulai duduk membelakangi Nonik dan ia mulai memijit punggungku.
“Gimana Wan? Enak ngga pijitanku?”, kata Nonik disamping telingaku.
“Enaak Nik..”
Akupun memalingkan wajah menghadap Nonik maksudnya ingin bicara sesuatu tp karena wajah kita berdekatan seperti itu, aku lupa tdk tau mau omongin apa. Situasi saat itu sempat hening sebentar, lalu entah siapa yg mulai, kamipun saling berciuman dgn penuh hasrat. Langsung aku membalikkan badan dan memeluk tubuh Nonik dan membaringkan dia di sofa. Nonik hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Sepertinya dia menikmati ciuman ini. Aku tdk mendengar suara apapun dari Nonik, hanya..
“Mmmmpphhhh.. ssstthhh.. sshhh..”
Itulah yg terdengar pada waktu kami ciuman. Aku menciumi bibirnya dgn sangat lembut meskipun aku sebenarnya bernapsu banget. Dgn lembut aku mainkan lidahnya, bibirnya. Aku memainkan lidahku didlm mulutnya, kadang-kadang aku tarik lidahnya dgn gigiku saat ada di dlm mulutku. Sambil berciuman aku melihat matanya, ternyata dia menciumku sambil memeramkan matanya, sungguh pemandangan yg menambah laju birahiku.
Aku terus menciumi bibirnya, kadang ciumanku lari ke kupingnya serta lehernya. Sengaja aku tdk terlalu napsu menciumi lehernya supaya tdk meninggalkan bekas yg bisa mencurigakan. Demikian jg dgn Nonik, ia menciumi seluruh wajah dan leherku dgn bibirnya, saat itu perasaan geli seakan-akan ingin memeluk Nonik erat-erat sungguh tak tertahankan.
Sejenak kemudian kami mengehentikan akivitas kami karena handphone Nonik berbunyi,
“Kamu angkat dulu deh telponya, siapa tahu Herman”, kataku sambil tersenyum.
“Oke”, jawabnya tersenyum pula. -sex selingkuh-
Lalu Nonik mengangkat telpon dan memang benar dari Herman suaminya. Begitu tau dari suaminya, aku langsung mendekati dia, maksudnya utk mendengarkan pembicaraan mereka dan membantu kalau-kalau Nonik tdk bisa jawab. Tp aku tiba-tiba berubah pikiran dan mendekati Nonik dan memeluk dia dari belakang sambil menyiumi telinganya.
Nonik sempat berbalik dan memelototi aku tp aku tdk perduli. Aku tetap mendekati dia dan menjilati lehernya. Tangankupun mulai menyusup ke dlm kaosnya dan lebih dlm lagi menyusup ke dlm BH-nya. Akupun bisa menjamah putingnya. Begitu aku merasakan putingnya, aku pun mulai memainkannya dgn jari-jari tanganku.
Sementara itu Nonik sdh tdk bisa mencegahku lagi, diapun mulai menikmatinya dan malahan dia membuka kaosnya dan duduk di sofa kembali. Semua itu dilakukan sambil ia berbicara dgn suaminya di telpon. Nonik memberikan alasan bahwa dia sedang jalan-jalan di sebuah gallery busana. Aku jg segera melepaskan baju dan celana panjangku.
Ketika Nonik sdh duduk di sofa, akupun mulai menciumi tetenya, aku meremas-remas toket Nonik dgn napsu, aku jilatin putingnya dan kadang aku gigit putingnya dgn bibirku. Aku lalu melihat ke wajah Nonik.. wahh.. wajah yg pasrah tp dia masih melihat ke aku sambil memberi isyarat bahwa dia lagi telpon.
Sebenarnya dia sdh tdk tahan lagi ingin melepas semuanya tp karena ia masih nelpon maka ia terpaksa menahan semua gejolak tersebut. Aku tau bahwa saat ini dia sedang berusaha sekuat tenaga utk tdk berteriak ataupun mendesah karena rangsanganku; yg Nonik bisa lakukan adalah menggeliat-geliat tdk keruan berbaring di atas sofa di bawah tubuhku.
Ketika kemudian telpon sdh selesai, Nonik langsung mengeluarkan gejolak yg tertahan dari tadi,
“Oohhhh.. Ridwaannnn..”, teriak Nonik.
“Gila kamu ya Wan, itu tadi kan si Herman, kalau aku kebablasan tadi gimana coba?”, katanya memarahi tp dgn nada menggoda.
Aku hanya tersenyum saja,
“Tp kamu suka kan Nik?”
“Iya sih..heheheheh”, lanjutnya tersenyum.
Lalu kami pun melanjutkan kegiatan yg tertunda itu. Aku mulai membuka celana jeansku dan celana jeans Nonik beserta dgn CDya. Aku menciumi paha Nonik yg bagian kiri dan meremas pahanya yg kanan. Aku jilatin sambil terus bergerak bergerak ke bagian selangkangannya. Selama itu jg tubuh Nonik tdk bisa diam, selalu bergerak dan mendesah. Sampai akhirnya aku menjilati pas di meqinya Nonik. Aku terus melakukan kegiatan ini dgn penuh napsu, aku memainkan klitorisnya sambil kadang-kadang aku hisap dlm-dlm dan aku kulum dgn bibirku.
Selama aku melakukan ‘serangan’ kepada Nonik, dia terus berteriak, mendesah, dan menekan kepalaku kuat-kuat seakan-akan tdk mau membiarkan kepalaku pindah dari selangkangannya. Suara yg ditimbulkan oleh Nonik membuat aku tambah bergairah dlm melakukan kegiatanku tersebut. Aku menjilati meqi Nonik makin liar, aku permainkan meqinya sampai dlm dgn lidahku dan jari-jari tanganku jg mulai masuk ke dalamnya sampai akhirnya.. aku merasakan kaki Nonik menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku sangat kuat serta pinggulnya terlihat menggelinjang dgn dahsyat.
“Ooohhhh, Ridwannn, Aahhhhh”
Ternyata Nonik sdh mencapai klimaksnya yg pertama dlm permainan ini. Aku melihat sebentar ke arah Nonik dan dia menatapku sambil tersenyum.
“Kamu hebat Ridwan, aku suka banget”, katanya.
“Masa sihh? Aku belum apa-apa nih”, jawabku sambil mencium bibirnya.
“Aku maenin yah penismu?”,
“Itu yg aku tunggu-tunggu sayang”, bisikku di telinganya
Maka akupun segera mengambil posisi duduk bersandar di sofa dan dia perlahan mulai jongkok di hadapanku. Mula-mula ia mengelus penisku dgn tangannya, penisku dielus olehnya dari bijinya sampai ke ujung kepala penisnya. Lalu ia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Begitu lidahnya menyentuh penisku, aku merasa agak sedikit geli. Kemudian Nonik langsung memasukkan seluruh penisku ke dlm mulutnya.
Wah, perasaanku saat itu benar-benar nikmat sekali, urat-urat penisku yg bergesekkan dgn bibir dan lidahnya memberikan suatu sensasi yg sulit utk diungkapkan dgn kata-kata. Saat itu yg bisa aku lakukan hanyalah menggeliat-geliat kenikmatan sambil membelai-belai rambutnya Nonik. Terkadang giginya Nonik menyentuh salah satu bagian penisku, sakit dikit sih, namun itu tdk mempengaruhi sensasi nikmat yg diberikan.
Saat itu penisku benar-benar diberikan sensasi yg begitu dahsyat, titik-titik syaraf yg ada di seluruh penisku tdk ada yg tdk tersentuh oleh bibir dan lidahnya Nonik, benar-benar permainan yg membuat aku tdk dapat bertahan lama dan akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yg mendorong dari dlm dan mengeluarkannya.
“Ooohhhh..”
Hanya itulah kata yg bisa keluar dari dlm mulutku saat semuanya tertumpah keluar. Akupun terbaring lemas namun terasa rilex banget dgn Nonik bersandar di dadaku. Tdk ada kata yg keluar dari mulut kami berdua saat itu. Setelah diam selama sekitar 10 menit, Nonik mulai meremas-remas penisku lagi sambil memandangku.
“Kamu mau lagi ya Nik?”
“Hmm..”, jawabnya sambil terus meremas penisku.
Diberi rangsangan seperti itu, tdk berapa lama kemudian penisku sdh mulai kekar berdiri lebih tegak daripada tadi. Menurut pengalamanku dan cerita teman-teman, penis seorang lelaki akan lebih kekar pada ronde kedua daripada ronde pertama dan akan berlangsung lebih lama. Nonik terus meremas-remas dan mengelus penisku kemudian mengulumnya di dlm mulutnya. Akupun mulai mencari-cari daerah dada Nonik utk memainkan kembali tetenya. Begitu aku mendapatkannya, langsung aja aku membaringkan Nonik di sofa kembali dan melanjutkan mengulum puting susunya.
“Oooccchhh..”, Nonik menjerit keras-keras ketika aku menggigit-gigit putingnya
Rambutku diacak-acak olehnya dan dia mendekap erat-erat kepalaku di dadanya sehingga aku agak kesulitan utk bernapas. Setelah puas memainkan dadanya, akupun kembali turun ke selangkangannya. Pertama-tama aku mainkan bulu-bulu yg mengitari selangkangannya, aku jilatin bibir meqinya dan aku mainkan klitorisnya. Saat itu, Nonik sdh mendesah dan menggeliat-geliat tdk karuan. Aku sdh merasakan meqinya Nonik sdh basah lagi dan sepertinya dia akan mencapai klimaksnya kembali. Namun dgn segera aku menghentikan kegiatan menjilatku dan berdiri.
“Kenapa Wan..?”, tanyanya lemas.
“Ah, tdk”, jawabku tersenyum.
Kemudian aku membuka selangkangannya dan mengarahkan penisku ke lubang itu. Mula-mula aku mengusap-usapkan ujung penisku ke bibir selangkangannya dan pelan-pelan aku masukkan penisku ke meqinya Nonik.
“Ooohhhh.. Wan.. ayo..”, desah Nonik.
“Aku masukkin yah yaangg..”, kataku.
“Iyaah.. Ooocchh.. c’mon honey..”
“Oke..”
‘Slleebbb..’ penisku langsung aku masukkan ke dlm meqi Nonik.
“Ooocchhh..”, teriak Nonik.
“Gimana sayang..?”, kataku sambil menciumi bibirnya.
“Wann.. oocchhhhhhh.. yesshh.. terusinn..”
Kemudian aku mulai menggerakkan penisku dlm meqinya, aku putar, aku goyang dgn berbagai macam cara, pendek kata aku mencoba utk memberikan kenikmatan pada Nonik dgn penisku itu.
“Wann.. oohhhh.. nikmat bangett.. uhh..”, desah Nonik sambil memandangku
“Enak yah Nik..?”
“Iyah.. ohh.. goyang terus.. Wan..”,
Kami melakukannya dgn penuh gairah, kadang aku mengambil posisi di atasnya menindih badannya sambil memegang telapak tangannya di telentangkan kiri kanan, kadang jg dia yg di atas menindih tubuhku dan aku mendekap dia erat-erat sambil meremas-meremas pantatnya dan dia terus bergoyang kadang berirama kadang tdk. Sampai akhirnya kami sama-sama merasakan ada sesuatu yg keluar dari diri kami masing-masing. Perasaan itu benar-benar merupakan sensasi yg luar biasa bagi kami berdua.
Kamipun terbaring lemas di sofa itu, Nina berbaring didekapan dadaku. Pengalaman ini sungguh-sungguh diluar dugaanku sebelumnya ternyata aku telah mengkhianati temanku dgn meniduri istrinya dan mungkin jg pikiran Nonik sama dgnku bahwa ia sdh mengkhianati suaminya hanya karena selingan belaka.
“Nik, kamu menyesal sdh ngesex dgnku?”, tanyaku padanya.
“Sedikit sih ada perasaan menyesal, tp aku tau kok kalau Herman itu sering selingkuh di belakangku”, jawabnya lagi.
“Jadi aku lakukan ini karena ingin membalasnya saja.”
“Ohh begitu”
Tdk kusangka sama sekali, Herman yg aku kenal sebagai orang yg baik ternyata sdh menyakiti istrinya beberapa kali.
“Ridwan, kamu jangan marah ya dgn kelakuanku ini”
“Tentu saja tdk”, jawabku tersenyum.
“Lain waktu Kalau kamu butuh sesuatu aku siap mbantu kamu kok.”
“Makasih ya”
Waktu jglah yg memisahkan kami Ridwan itu, setelah membersihkan diri kemudian Nonik pulang meninggalkanku yg penuh dgn pikiran, apa yg akan aku lakukan? Apakah aku akan terus berhubungan dgn Nonik? Apakah aku akan berteman terus dgn Herman? Apakah yg akan terjadi kalau kami ketahuan Herman? Pusing aku memikirkan hal itu, akhirnya aku putuskan utk menjaNonik saja semuanya sesuai dgn alurnya nanti, namun yg pasti aku menikmati masa-masa bersama Nonik tadi sore.
Dan akhirnya akupun pergi tidur dgn lelap malam itu memimpikan kejadian yg mungkin akan terjadi Ridwan-Ridwan berikutnya dgn Nonik atau dgn siapapun.