Sekarang tak terasa aku sudah menginjak ke semester 5 mengambil jurusan ekonomi di salah satu universitas swasta ibu kota, namaku mahen dengan tinggi badan 169 cm dan berbadan atletis banyak yang suka bergaul denganku selain ramah, murah senyum di kampus aku di kenal banyak orang dari adik kelas sampai kakak kelasku.
Pagi itu, jam di tangan aku menunjukkan pukul 08.07. Dengan tergesa-gesa aku memarkir mobil aku di parkiran kampus. “Apes, seandainya saja tadi malam aku tak menonton pertandingan bola pasti aku tak akan telat”, gumam aku dalam hati sambil setengah berlari menuju ruang kuliah.
“Seandainya saja pagi ini bukan Pak Zaki yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju ruang kuliah. Ya, Pak Zaki adalah dosen memang sangat keras dalam urusan disiplin, terlambat sepuluh menit saja pasti pintu ruangan kuliah akan langsung dikuncinya. Kesempatan “titip absen” pun nyaris tak ada karena dia hampir selalu mengecek daftar peserta hadir. Parahnya lagi, kehadiran minimal 90% adalah salah satu syarat untuk dapat lulus dari mata kuliah ajarannya.”
Karena melamun, tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah. Ruangan aku berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka juga. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara merdu menyapa saya.
“Hai Mahen..!”
Aku pun menoleh, ternyata yang menyapa aku adalah adik angkatan aku yang bernama Bela.
“Hai juga” jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan panik.
“Kerah baju kamu terlipat tuh” kata Bela.
Saya lalu membenarkan posisi kerah kemeja putih aku juga tak lupa mengecek kerapihan celana jeans yang aku kenakan.
“Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti lagi buru-buru ya?” kata Bela lagi.
“Iya nih, biasa Pak Zaki” jawabku.
“Mmh” Bela hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka aku pun masuk ke dalam lift. Ternyata Bela juga masuk ke dalam lift yang sama. Didalam lift suasananya cukup sunyi karena hanya ada kami berdua, mata aku iseng memandangi tubuh Bela. Ternyata hari itu dia tampil sangat menawan. Tubuhnya putih dan mulus, tinggi badannya sekitar 167 cm. Tubuh indah itu dibalut baju kaos putih ketat, memperlihatkan bra berwarna hitam menerawang dari balik kaosnya.
Sepertinya ukuran toketnya cukup besar, mungkin 34D. dia juga mengenakan celana jeans yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfumnya memenuhi udara dalam lift. Hmm, pantas saja Bela sangat diincar oleh semua cowok di jurusanku, pikirku. Karena selain dia menawan, tubuhnya juga sangat proporsional. Selain itu prestasi akademiknya juga cukup cemerlang.
Tapi jujur aku hanya menganggap Bela sebagai teman saja. Mungkin itu karena aku baru saja putus dengan pacar aku dengan cara yang kurang baik, sehingga aku masih enggan untuk mencari pacar baru.
Tiba- tiba pintu lift terbuka di lantai 4. Bela turun sambil menyunggingkan senyumnya kepada saya. aku pun membalas senyumannya. Melalui pintu lift yang sedang menutup aku sempat melihat Bela masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut.
Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya kosong. aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe…
Setelah itu lift pun tertutup dan membawa aku ke lantai 6, tempat ruang kuliah aku berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruangan, aku tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi “kuliah Pak Zaki ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja seandainya pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba-tiba saja teringat dengan Bela. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol dengannya, aku pun bergegas turun ke lantai 4 sambil berharap seandainya Bela masih ada disana.
Setibanya di lantai 4 ruang studio, aku tak tahu apa Bela masih ada disana atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan tertutup tirai. aku pun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Bela yang sedang duduk disalah satu sofa di depan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya
“Hai Mahen, ngga jadi kuliah?”
“Kuliahnya diundur” jawabku singkat.
Ia pun kembali melanjutkan mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suara saya, suara Bela, dan suara AC yang bekerja. Secara tak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Bela. Maklum, namanya juga cowo, huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Bela.
“Hi Bela, lagi ngapain sendirian disini?”
“Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis di himpunan rame banget sih, jadi ga bisa konsentrasi. Eh, kebetulan ada kamu, udah pernah ngambil kuliah ini kan?” Tanya Bela sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.
Aku mengangguk singkat.
“Bisa ajarin Bela ngga caranya, Bela dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?” pinta Bela.
Saya pun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara mengerjakan tugas tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari dia belum terlalu mengerti, tapi setelah beberapa lama dia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun sudah selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Mahen, udah ngerepotin kamu.” Kata Bela ramah, sembari menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
“Apa sih yang ngga buat cewe termenawan di jurusan ini” kata aku sekedar iseng menggoda.
Bela pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba-tiba dia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku. aku yang refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang aku tekuni selama ini pun dapat menghindar, dan secara tak sengaja tubuhnya malah kehilangan keseimbangan dan pahanya mendarat menduduki paha aku yang masih duduk. Secara tak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun.
“Iih, Mahen kok itunya tegang sih?” kata Bela sambil membenarkan posisi tangannya.
“Sori ya” kata aku lirih.
Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil dia tetap duduk di pangkuanku. Melihat mukanya yang menawan, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar-benar menyadari kemenawanannya. dia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku.
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata dia seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuat kewalahan olehnya. Tubuhnya yang wangi semakin membuat aku horny dan ingin menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Bela pun merubah posisi duduknya sehingga dia duduk di atas paha aku dengan posisi berhadapan, daerah memeknya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan kontol yang juga masih berada didalam celana saya.
Toketnya yang hanya berjarak 10cm dari wajahku seakan menantang untuk dicium. Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar di punggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dada aku yang bidang.
“mmhh.. mmmhh..” hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, aku mengangkat tubuh Bela sampai dia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. aku pun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas-remas gundukan toketnya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku.
“Aaah, Mahen…” Erangannya yang manja semakin membuat aku bergairah. aku buka kaos serta branya sehingga Bela pun sekarang telanjang dada. aku pun terbelalak melihat kemenawanan toketnya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang.
“Mahen…” katanya sambil menekan kepalsaya kearah toketnya.
Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka itu. Tangan aku pun meremas, menjilat, dan mencium kedua toketnya. Kadang bibirku mengisap puting toketnya. Kadang bongkahan toketnya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan perlakuan aku itu membuat badan Bela menggelinjang.
“Aaahh… SShhh…” aku mendongak keatas dan melihat Bela sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan desahan menikmati permainan bibirku di toketnya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan dia semakin bernafsu akan “pekerjaanku” di dadanya.
Puas menyusu, aku pun menurunkan ciuman kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciuman aku makin mengalir turun kebawah ke arah selangkangannya. aku pun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalam berwarna hitam yang semi transparan itu, tapi itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan memeknya yang begitu gemuk dari pandanganku.
Aku pun mendekatkan hidungku ke arah memeknya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Bela sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku dapat merasakannya.
Aku pun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Bela memang sudah horny karena servisku. Jujur saja aku merasa deg-degan karena selama ini aku belum pernah melakukan seks dengan mantan-mantan pacar saya, paling hanya sampai berciuman. Jadi ini boleh dibilang pengalaman pertama saya. Dengan sedikit ragu-ragu aku menciumi dan menjilati celana dalamnya yang basah tersebut.
“Mmhhh… Ooggghh…” Bela mengerang menikmati jilatanku.
Ternyata rasa cairan kewanitaan Bela gurih, sedikit asin tapi enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Bela.
Mendengar ucapan Bela tersebut aku pun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Bela benar-benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap. Benar-benar pemandangan yang indah. Memeknya terpampang jelas di depan mata saya, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat.
Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, aku pun segera melahap memeknya, menjilati bibir memeknya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya.
Berhasil..! aku menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Bela terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini.
“Emmh, terus Hen” kata Bela dengan mata terpejam.
“OOuucchh…” Rintih Bela di telinga aku sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalar di tubuhnya.
”Ssshhh…Ahhh”, balasku merasakan nikmatnya memek Bela yang makin basah.
Sambil terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepala saya, seolah menginginkanku untuk menjilati memeknya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalsaya. Tak lama kemudian,
“Uuuhhh.. Bela mau ke…luu…aaarr…”
Seiring erangannya tiba-tiba cairan dari memeknya keluar dengan deras membanjiri mulut saya, lebih kental dari sebelumnya, tapi terasa lebih gurih dan hangat. aku pun tak menyia-nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis.
“Slruuppp…” suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut.
Saya lihat Bela terengah-engah mencoba mengatur nafasnya, dia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah sayapun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga dia merasakan cairan cintanya sendiri.
“Mmhh, Mahen… makasih ya kamu udah bikin Bela keluar. Kamu malah belum buka baju sama sekali, curang” kata Bela.
“Gantian sini.” Setelah berkata lalu Bela mendorong tubuh aku sehingga aku duduk diatas sofa.
Ia pun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalam saya. dia pun kaget melihat batang kontol aku yang berukuran cukup “wow”. Panjangnya sekitar 16cm dengan diameter 5cm. kepalanya yang berwarna merah tersentuh oleh jari Bela yang lentik.
“Mahen, punya kamu gede banget…”
Setelah berkata maka Bela langsung menlumat kepala kontol saya. Rasanya sungguh nikmat sekali.
“mmh Bela nikmat banget…” ucapku.
Ia pun menjelajahi seluruh penjuru kontol aku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah kontolku, lalu bibirnya yang seksi mengulum buah zakar saya.
“aah… uuhh… ” hanya itu yang dapat aku ucapkan.
Lalu dia pun kembali ke ujung kontol aku dan berusaha memasukkan kontol aku sepanjang-panjangnya kedalam mulutnya. Sayapun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangan sehingga batang kontol aku hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai dia terlihat hampir tersedak. Sambil membuka baju aku mengulangi mendorong kepalanya hingga dia seperti menelan kontolku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu dia pun berdiri dan duduk membelakangi saya. Tangannya membimbing kontol aku memasuki liang kemaluannya.
“Mahen sayang, aku masukin ya..” kata Bela penuh gairah.
Lalu dia pun menduduki kontol saya, mulanya hanya masuk 3/4nya tapi lama-lama seluruh batang kontol aku terbenam ke dalam liang memeknya. Aah, jadi ini yang mereka katakan kenikmatan bercinta, rasanya memang enak sekali pikirku. Iapun terus menaik-turunkan memeknya sambil kedua tangannya bertumpu pada paha saya.
“Pak.. pak… pak.. sruut.. srutt..” bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu.
Sesekali aku menarik tubuh Bela kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupanganku.
“Bela, ganti posisi dong” kataku.
Lalu Bela berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang memeknya yang memerah tampak semakin menggairahkan. aku pun segera memasukkan kontol aku dari belakang.
“aahh, pelan – pelan sayang” kata Bela.
Saya pun menggenjot tubuhnya sampai toketnya berguncang-guncang dengan indahnya.
“Aaahhkk… Mahen… Ooucchhhkgg… Ermmmhhh”
Suara Bela yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuat aku semakin tak berdaya menahan pertahanan kontol saya.
“Ooohh…yeahh ! fu*k me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erang Bela liar.
“Aduhh.. aahh.. gila Bela.. enak banget!” ceracauku sambil merem-melek.
“Oohh.. terus Mahen.. kocok terus”
Bela terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.
“Aaaachh.. dikit lagi.. aahh.. Mahen.. udah mau” Bela mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks.
“Bela.. aku juga.. mau keluar.. eerrhh” geramku dengan mempercepat gerakan.
“Enak nggak Mahen?” tanyanya lirih kepada aku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mata saya.
“Gila.. enak banget Bela.. terusin sayang, yang kencang..”
Tangan aku yang masih bebas kugerakkan kearah toketnya untuk meremas-remasnya. Sesekali tangan aku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Bela, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?” tanyaku.
“uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan” kata Bela.
Makin lama goyangan kontol aku makin dalam dan makin cepat..
“Masukin yang dalem dooo…ngg…”, pintanya.
Saya pun menambah kedalaman tusukan kontol saya, sampai pada beberapa saat kemudian.
“aahh… Mahen.. aku mau keluar nih…” Bela berkata sambil tiba – tiba jepitan memeknya pada kontol aku terasa sangat kuat dan nikmat.
Ia pun mengeluarkan cairan dari memeknya sambil tubuhnya bergetar. aku pun tak mampu membendung sperma pada kontol aku dan akhirnya aku tembakkan beberapa kali ke dalam liang memek Bela. Rasa hangat memenuhi kontol saya, dan disaat bersamaan aku pun memeluk Bela dengan erat dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya aku pun mengeluarkan kontol aku dari dalam memeknya. aku menyodorkan kontol aku ke wajah Bela dan dia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang kontol saya.
Saya menyandarkan tubuh aku pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapan aku Bela tersenyum sambil terus mengocok batang kontol aku tetapi semakin lama semakin cepat.
Nafas aku memburu kencang dan jantung aku berdegup semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagi saya, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok kontol bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Bela.. mau keluar lagi nih..” kata aku lirih sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Bela.
“Bentar, tahan dulu Mahen..” jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok ngga dilanjutin?” tanya saya.
Tanpa menjawab pertanyaan saya, Bela mendekatkan dadanya ke arah kontol aku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit kontol aku dengan kedua toketnya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari kontolku yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuat aku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok kontol aku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Kontol aku serasa diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Bela pun melumuri toketnya dengan liurnya sendiri.
“Gila Bela, kamu ternyata liar banget..” Bela hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuh aku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.
“Enak nggak Hen?” tanyanya lirih kepada aku sambil menatap mata saya.
“Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget Sayang.. Terus kocok yang kencang..”
Tangan aku yang masih bebas aku gerakkan kearah mulutnya, dan dia langsung mengulum jari aku dengan penuh nafsu.
“Mmhhh.. ahh.. mmmhh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. Tak lama kemudian,
“aah… Bela aku mau keluar…”
Setelah berkata begitu Bela pun mengarahkan kontol aku ke mulutnya, dan aku pun menyemprotkan beberapa tetes sperma aku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Bela. dia pun lalu mencium aku sehingga aku merasakan sperma aku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu aku pun pulang ke kost setelah mengantarkan Bela ke kost-nya menggunakan mobil saya. Dialam mobil dia berkata bahwa dia sangat puas setelah bercinta dengan aku serta menginginkan untuk mengulanginya lagi kapan-kapan. aku pun segera menyanggupi dan mencium mesra bibirnya.
Setelah itu aku mengarahkan mobil ke kost-ku. Soal kuliahnya Pak Zaki, aku sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan anugerah yang tak terkira, yaitu bisa bercinta dengan Bela.