Awalnya, suatu pagi Wisnu bingung sekali harus bagaimana. Semalam sebelumnya, ia bersama beberapa teman bujang disekitar kompleks pengajar habis melototin adegan layak sensor dari VCD miliknya. Gambaran adegan porno yg ditontonnya membuat libido Wisnu terus melonjak dan butuh tersalurkan, sementara istri belum punya. Mau belanja ke lokalisasi, Wisnu takut kepergok kenalan. Profesi sebagai guru yg patut digugu dan ditiru tentu saja melarangnya secara sosial untuk melakukan itu.
“Ayo Vani, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan,” perintah Wisnu pada muridnya. Pagi itu Wisnu mengajar matematika untuk kelas satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yg cowok 10 dan cewek 20. Begitu dapat perintah Wisnu, Vani maju kedepan untuk mengerjakan perintah Pak guru Wisnu.
“Sdh pak.., sdh selesai,” kata Vani setelah mengerjakan tugas dipapan tulis. Wisnu bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yg dikerjakan Vani.
“Wah., kamu ini pasti tdk pernah belajar ya? Kok ini salah semua.. Sini kamu Vani, bapak beri hukuman,” Wisnu sedikit melotot meminta muridnya mendekat.
Vani adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Wisnu, murid yg satu ini cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Vani yg mulai remaja membuat daya tarik tersendiri bagi Wisnu, apalagi tubuh bongsor Vani membuat susu yg baru tumbuh terlihat sexy tak ber BH.
“Nih.. Lain kali belajar yg rajin ya..,” Wisnu mencubit bokong Vani dgn gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.
“Anak-anak yg lain, kalau kalian tdk belajar maka kalian akan bernasib sama kayak Vani. Nah Vani, jam istirahat nanti kamu menghadap Pak guru ya, kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah,” perintah Wisnu lagi, Vani merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran Matematika selesai, Wisnu kembali kerumahnya yg hanya beberapa meter dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar Bu Westi untuk pelajaran IPA.
Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Wisnu dirumahnya, akal bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yg terpendam pada Vani.
“Teng.. Teng.. Teng,” bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.
Diruang tamu rumahnya, Wisnu menunggu Vani datang. Dan betul saja, beberapa menit setelah lonceng berbunyi Vani terlihat menuju rumah Pak guru Wisnu.
“Ayo masuk Vani, duduk disini,” kata Wisnu begitu Vani sampai.
“Iya Pak guru,” Vani langsung duduk dikursi di depan Wisnu.
“Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yg harus kau lakukan, atau memang kamu malas belajar hah?” Wisnu berlagak marah membuat Vani ketakutan.
“Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yg masih kecil, jadi sering lupa belajar, maaf Pak guru,” Vani tertunduk.
Wisnu tersenyum simpul melihat Vani yg ketakutan, ia pun segera berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Wisnu kemudian menjelaskan pada Vani kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar, tentu saja itu akal-akalan Wisnu.
“Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya,” kata Wisnu meyakinkan.
“Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara,” jawab Vani lugu. Waktu pun disepakati, Vani akan datang jam 5 sore untuk menerima rahasia ilmu dari Pak guru Wisnu.
Wisnu sdh menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Vani sore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yg hanya tiga rumah akan sepi karena Pak Mad dan Bu Westi ada acara arisan keluarga. Wisnu tak ikut karena belum berkeluarga.
“Tok.. Tok.. Tok,” pintu rumah terdengar ketukan.
“Eh kamu Vani.. Kok cantik sekali kamu..,” Wisnu menyambut Vani dgn genit.
“Jadi kan bapak kasih ilmunya?” tanya Vani dimuka pintu.
“Jadi dong, ayo masuk kamu,” Wisnu menuntun Vani masuk kerumahnya, setelah itu pintu utama ditutup rapat. Vani pakai rok sekolah sebatas lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuat susu yg baru tumbuh nampak tersembul kedepan.
Cerita Sex Gairah Menikmati Perawan
“Nah sekarang bapak mau kasih rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu untuk tdk cerita kepada siapapun. Soalnya, kalau murid yg lain tahu mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanti kamu banyak saingan dan susah jadi juara, mau kan?” kata Wisnu.
“Iya.. I.. Iya Pak saya janji,” jawab Vani lugu.
“Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih ilmunya,” Wisnu menyuruh Vani duduk di bangku kayu, Vani menurut saja.
Setelah Vani duduk, Wisnu mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Vani.
“Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini,” kata Wisnu, lidahnya langsung menyapu daun telinga Vani berkali-kali sambil tangannya memegangi kepala Vani.
“Aduh.. Geli Pak guru.. Geli sekali,” Vani kegelian berusaha berontak.
“Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya,” Wisnu berhenti sebentar untuk meyakinkan Vani, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi setelah Vani mengangguk. Puas menjilati telinga Vani, jilatan Wisnu turun keleher Vani, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu baru tumbuh milik Vani.
“Engghh geli Pak guru..,” Vani menepis tangan Wisnu, Wisnu pun menghentikan aktifitasnya.
“Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tdk?” kata Wisnu sedikit melotot dan berlagak marah. Vani jadi takut.
“Iya pak, mau,” jawab Vani tertunduk.
“Baiklah, telingamu sdh bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biar bapak yg nyabunin nanti. Mengerti?” Wisnu memerintah lagi. Vani yg anak kampung menurut saja, tak menaruh curiga.
Gebyar.. Gebyur.. Vani mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak ditutup, dan Wisnu menikmati tubuh telanjang Vani dari pintu itu.
“Sdh Pak guru, sekarang sabunnya mana?” tanya Vani.
Tubuh Vani yg beranjak remaja membuat nafsu Wisnu naik. Susu yg baru tumbuh dan mEmek Vani yg belum berbulu dipandangi Wisnu bergantian, kemudian Wisnu mendekati tubuh berkulit putih itu.
“Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya,” tanpa menunggu jawaban Vani, Wisnu segera mengusapi tubuh Vani dgn sabun yg dipegangnya.
Tangan Wisnu mulai nakal dan menjamahi susu Vani, mengusap-usap dan menekan nekan. Meski kegelian, Vani nggak berani melawan, takut dimarah Pak guru. Eh tangan Wisnu lebih berani lagi mengusap di pangkal paha Vani berkali-kali. Setelah puas menjamahi tubuh Vani, Wisnu menyuruh Vani menyelesaikan mandi, dan menyuruhnya melilitkan handuk saja setelah selesai. Wisnu menunggu diruang tamu. Cerita Sex Terbaru
“Saya sdh selesai mandi pak,” Vani keluar kamar mandi dgn tubuh terbungkus handuk.
“Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak,” kata Wisnu dgn mata berbinar, kemudian mengamit tangan Vani dan menuntutnya masuk kekamar.
“Sekarang bobo’an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya,” suruh Wisnu pada Vani, lagi-lagi Vani nurut saja.
Setelah Vani berbaring di ranjangnya, Wisnu mendekat dan duduk disamping kanan ranjang itu. Tangan Wisnu dgn terampil menghempaskan handuk yg dikenakan Vani sehingga tubuh putih Vani yg baru mekar itu langsung terpampang tanpa halangan dihadapan Wisnu. Vani sedikit bingung melihat perlakuan gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani protes. Jakun leher Wisnu naik turun memandangi susu ranum Vani yg putingnya masih kecil dan tonjolannya pun belum sempurna. Lidah Wisnu segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membentur selangkangan Vani yg ranum belum ditumbuhi bulu.
Tangan Wisnu menggeraygi tubuh Vani, sementara Vani tak berkutik menahan geli. Kemudian Wisnu naik keranjang dan mulai menciumi tubuh telanjang Vani.
“Pakhh.. Geli pakhh,” Vani menolak kepala Wisnu saat lidah Wisnu menjilati susunya.
“Uh.. Kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tdk? Nilai kamu nanti bapak kasih merah semua lho,” Wisnu mengancam dgn mata melotot.
“Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak,” Vani pasrah akhirnya.
“Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..,” ketus Wisnu dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.
Vani bukan main kegelian, apalagi selama ini belum pernah dijilatin susunya, berpikir untuk itu pun belum karena usianya masih kecil. Tapi untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Wisnu, ia juga ingin mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Vani hanya bisa menggeliat sambil terpekik kecil menahan perlakukan Wisnu, hal itu membuat Wisnu tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Vani.
Ciuman dan jilatan Wisnu terus turun keperut dan selanjutnya turun lagi menuju selangkangan Vani. Wisnu berhenti sejenak, disingkapnya paha Vani agar lebih mengangkang. Mata Wisnu hampir loncat melihat mEmek Vani yg sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliki mEmek yg sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.
“Nah.. Vani, sekarang saatnya Pak guru menambah ilmu tadi biar kamu lebih pintar lagi,” kata Wisnu. Vani tetap pasrah menerima perlakuan gurunya, dan menunggu apa yg akan terjadi selanjutnya tanpa banyak tanya.
“Ahh pakhh..,” Vani terpekik tapi tak berani melawan saat lidah Wisnu menjalari permukaan mEmeknya. Pinggulnya hanya bisa bergerak kecil menahan geli yg sangat dijilati Wisnu.
“Sakit ya Vaaan?” tanya Wisnu ditengah jilatannya.
“Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..,” jawab Vani.
Jilatan Wisnu diteruskan, dan lama-lama Vani merasakan perasaan yg selama ini belum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat yg sensasional bagi Vani. Cairan kental mulai merembes dari mEmek Vani, lidah Wisnu menerima cairan itu dan melanjutkannya, cairan itu ditelan Wisnu. Sore itu Wisnu benar-benar mempraktekan fore play yg ditontonnya di VCD porno, kepada Vani muridnya. Lidahnya makin berani menelusup dibelahan bibir mEmek Vani.
“Ahh.. Pakk Ghuuruu.. Vani pingin pipisshh pakhh..,” Vani merasakan seluruh sendi dibokongnya kejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya mulai muncul. Wisnu tak menyia-nyiakan kesempatan itu, mEmek Vani semakin dilumat dan disedot-sedot dgn bibirnya.
“Mmmphhff.. Ahh hayoo.. Pipiss aja Vaaan.. Mmffphh,” Wisnu menambah jilatannya dimEmek Vani, sampai tubuh Vani tersentak-sentak menahan geli.
“Ahh.. Iyaa.. Vaaaniii piipiss Pakhh.. Uhh.. Pipiss.. Tuhh.. Aahh,” Vani kejang beberapa kali. Orgasme pertama yg dirasakannya membuat Vani melambung kenikmatan. Wisnu pun menghentikan aksi jilatnya.
“Sakit ya Vaaan?” tanyanya memandangi wajah Vani yg semakin ayu dilihat.
“Eh.. Enggak paakk.. Bapak jangan marah ya, Vani pipis dimulutnya bapak.. Habis Vani nggak tahan geli sekali sih,” Vani takut kalau Wisnu marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.
“Bapak nggak marah, tapi apa yg kau rasakan tadi?” Wisnu memancing Vani.
“Enggh.. Geli pak,”
“Enak nggak,”
“Iya.. Geli tapi enak pak,” jawab Vani malu