Kasus korupsi penyalahgunaan subsidi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagai kepala desa, suami ibu Risma bertanggung jawab atas lancarnya dana tersebut di terima masyarakat prasejahtera. Rupanya nasib menentukan lain. Masyarakat sekarang mulai kritis dan penegakkan hukum sangat diperhatikan aparat pemerintah. Masyarakat sangat antipati melihat kebobrokan aparat desanya. Maka dijebloskanlah suami ibu Risma ke penjara. Segala perbuatannya selama sekian tahun diam-diam diintip oleh aparat pemerintah yg bernaung dalam badan yg bernama PKKN “Pemberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme”. Bukti-bukti yg telah dikumpulkan, meja pengadilan telah siap membeberkan dalil-dalil pembenaran atas kasus suami ibu Risma. Bila terbukti hukumnya MATI.+
Dgn berdandan seadanya dan pikiran yg masih gundah. Ibu Risma melangkah masuk menemui suaminya. Penjagaan sangat ketat. Empat orang polisi mendampingi percakapan ibu Risma dan suaminya. Ibu Risma menjauh memandangi jendela yg terkurung besi kokoh. Saat suaminya berusaha membuka percakapan dgn putranya.
“Bapak kapan pulang” dgn tatapan lugu putranya bertanya pada bapaknya. Deg jantungnya serasa disetrum berpuluh-puluh watt listrik tegangan tinggi. Jantungnya serasa hangus dan jiwanya serasa terbang mendengar pertanyaan putranya. Tidak tahukah putranya, besok bapaknya akan dihukum mati. Vonis sudah keluar, segala banding sudah tidak berguna. Masyarakat dan pemerintah begitu bersatu menentang segala bentuk ketidaksenonohan oknum pemerintah.
Ibu Risma segera merangkul putranya seraya melangkah keluar. Besok pukul 12.00 siang eksekusi mati atas diri suami ibu Risma akan dijalankan. Permintaan terakhir suaminya, meminta persetubuhan dgn istrinya. Didalam ruang yg tertutup dgn lampu yg temaram, ibu Risma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yg bidang. Suaminya memagut bibir ibu Risma dan meremas buah dadanya yg masih kencang. Dihisapnya puting buah dada ibu Risma.
“Ahh..” desahan napas ibu Risma memantul setiap dinding ruang 3×4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting buah dada ibu Risma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki kemaluan ibu Risma yg telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding kemaluannya.
“Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yg dalam..ahh..” dgn suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Risma sangat menikmati kemaluannya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.
Dinding-dinding kemaluannya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan kemaluan yg sangat klasik. Dinding-dinding kemaluannya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yg luar biasa. Otot-otot kemaluan mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang kemaluannya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyg.
“Ahh..aku mau keluar.. bu..” semakin keras goygan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Risma kembali memuncak. Otot-otot kemaluan ibu Risma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.
“Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh..” Crot-crort..crroott.. semburan air mani suaminya bercampur dgn cairan ibu Risma, Banjir! Lubang kemaluannya basah oleh cairannya dan air mani suaminya. Satu dua menetes air mani suaminya keluar dari celah-celah lubang kemaluannya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.
Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yg mendalam. Rumah yg jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh putra semata waygnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Risma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan putra tersebut menonton TV. Ibu Risma membaygkan saat-saat percintaannya dgn suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.
“Ibu, jangan menangis ya..” dgn lugu, seorang putra berumur delapan tahun menghapus airmatanya.
“Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dgn bapakmu” matanya sembab memandang putranya. Diusapnya rambut putranya dgn kasih sayg. Diciumnya rambut putranya, pipi dan bibir putranya. Putra kecil yg lugu itu membalas ciuman ibunya dgn kasih sayg. Ibu Risma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.
Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Risma benar-benar terlena dgn keadaan itu. Dilumatnya bibir putranya dgn sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga putranya. Putra kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya buah dada ibu yg masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Risma membiarkan kenakalan tangan putranya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.
Antara birahi dan sayg bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua putra manusia yg dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Putra makin menjadi-jadi. Ibu Risma begitu agresif melumat bibir putranya. Dgn pakaian yg telah terbuka dan buah dada yg menggantung, ibu Risma membuat kemaluan putranya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek putranya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dgn lembut tangan ibu Risma meremas kemaluan kecil putranya.
Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan putranya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yg sangat luar biasa dan pertama baginya. Dgn tanpa disangka-sangka, ibu Risma melepaskan pagutan-pagutan dibibir putranya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan putranya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol putranya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dgn perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Risma memasukkan kemaluan putranya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.
Birahi ibu Risma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua buah dadanya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada putranya. Jamah diri ibumu sayg, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut putranya menghisap buah dada ibunya. Hisapan yg berbeda saat sikecil menyusui mencari air buah dada ibunya.
Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Risma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dgn perlahan ibu Risma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya rambut-rambut kemaluannya. Berkedut-kedut kemaluan ibu Risma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan putranya memasuki lubang kemaluannya. B l e s.. tiada kata-kata yg dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Risma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yg khas. Mata putranya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.
“Trus trus sayg.. ah.. ohh..” Ibu Risma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, meskipun kemaluan putranya tidak begitu besar khas kemaluan putra-putra, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding kemaluannya tidak begitu erat mencekram kemaluan putranya. Dgn bebasnya kemaluan putranya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..