Seperti biasanya kalau sudah sore hari, kami suka berkumpul di rumah temanku yg sering kami jadikan pos, dirumah itu kadang suka berkumpul pria maupun wanita, seperti biasanya kalau sudah berkumpul yg kami lakukan hanyalah bersenda gurau dan bermain kartu, dan hari itu juga secara kebetulan temanku ada yg berulang tahun (aku lupa hari jadi yg keberapa), kami sedang merencanakan untuk merayakannya.
Saking serius kadang di selingi gurauan kami merencanakan hal tersebut tanpa terduga dipintu ruang tamu telah berdiri seorang teman wanita yg bernama Mety dengan seseorang yg kami tdk kenal.
“Halo semua” sahut Mety sambil berjalan mendekati kami.
“Kemana aja Met” tanya Iqbal.
“Biasa sibuk kuliah” jawab Mety.
“Aduh kalo punya teman kenalin dong pada kita-kita” teriak Abas.
“Kenalin dong” teriak Heri pula.
“Iya nih” sahut Abas yg hari itu sedang berulang tahun.
Akhirnya temanku mulai berebutan saling bersalam sedangkan aku yg merasa paling muda diantara mereka hanya bisa terdiam memperhatikan tingkah teman-temanku, pada akhir aku kebagian untuk berkenalan.
“Fahmi” sahutku.
“Ririn” jawabnya, dalam hatiku montok juga tuh cewek.
Sesudah kami saling berkenalan, kemudian temanku Abas berbisik dengan pelan hampir tdk terdengar
“Boleh juga”, aku tdk menghiraukan karena perhatianku masih tersita oleh sosok yg begitu aduhai.
“Mumpung ada yg berulang tahun bagaimana kalau dirayainnya di pub gimana?” Kata Iqbal sambil melirik Abas.
“Boleh-Boleh saja” Jawab Abas.
“Tapi gue nggak ada pasangan nih” Jawab Boleh kembali.
“Sama Ririn saja” sahut Iqbal dengan melirik Ririn.
“Gimana Rin” tanya Iqbal.
“Sok aja” jawab Ririn dengan logat sunda yg kental.
“Nah bereskan, kapan nih kita berangkat tanya Iqbal kembali.
“Terserah” jawab Abas.
“Bagaimana kalo kita berangkat jam 9. 00” sahut Mety.
“Kita berangkat dari rumah Boleh” sahut Rudi dari tadi asyik ngobrol dengan kekasihnya Emma.
Pada jam 9.00 kami mulai berangkat dengan memakai kendaraannya Abas, semua berpasangan kecuali aku dan lagi karena mereka menganggap anak yg paling kecil sehingga aku kebagian duduk pada posisi pojok belakang. Sesampainya di Pub di Jalan Asia Afrika di pusat kota kembang, kami mulai turun dari mobil.
“Gue harus dapatin si Ririn” Bisik Abas.
Akupun hanya membalas dengan tersenyum.
“Nanti kalo didalam kamu rayu aja” sahutku.
“So pasti” jawab Abas.
“pokoknya harus gue dapatin” jawab Abas kembali.
Sesampai didalam Pub tersebut kami mulai mencari tempat duduk yg cukup buat tujuh orang, ternyata dipojok ruangan ada yg kosong, langsung kami tempati. kamipun mulai memesan minuman ringan, tanpa aku sadari Ririn memperhatikan aku terus, sekali-kali aku melirik Ririn ternyata Ririnpun demikian, wah.. aku jadi GR nih. Bagaimana manapun aku minder dikarenakan usiaku dengan usia Ririn terpaut sekitar 7 tahun. Sesekali aku tersenyum melihat kelakuan Abas sedang mengeluarkan jurus mautnya untuk merayu Ririn.
Tanpa terasa waktu menunjukan jam 12.00, suasana didalam semakin bingar- bingar sehingga posisi duduk kami jadi berubah-ubah, melihat gelagat bakalan tdk berhasil pikirku, Abas mulai merubah taktik kini dia sedang melakukan jurus merayunya terhadap pengunjung lain. Lama kuperhatikan Ririn ternyata dia mulai bergoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik disco.
“Nggak turun” teriak Ririn, teriakannya sama keras dengan suara musik.
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Melihat jawabanku Ririn mulai menggeserkan badan mendekatiku.
“Kenapa” tanya Ririn.
“Nggak bisa” jawabku.
“Bisanya apa dong” tanya Ririn kembali.
Aku hanya tersenyum, makin lama kuperhatikan Ririn yg terus menggoyangkan badannya. aku ikut memberanikan diri untuk menggoyangkan badan sehingga terjadi gesekan antara badanku dengan badan Ririn, karena gesekan tersebut jantung berdetak makin kencang, bisa terangsang nih pikirku. Ternyata goyanganku membuat Ririn makin merapat posisinya dengan menggesek payudara ke lenganku, kupandangi wajah Ririn yg duduk disampingku sambil bergoyang, tiba tiba adikku terbangun dan langsung berdiri seolah-olah ingin mengikuti irama musik, aku berusaha menenangkan adikku tapi tdk berhasil.
Sesaat kemudian Ririn berhenti bergoyang dan mulai menatapku tanpaku sengaja aku menghembuskan nafas, tiba tiba saja Ririn langsung menciumi aku seakan-akan melepaskan nafsu yg terpendam, kontan saja aku kaget dan berusaha mengelak karena malu, padahal dalam hatiku kepingin, untunglah suasananya hingar- bingar dan remang-remang.
“Kita ke mobil yuk” ajak Ririn
Akupun hanya bisa mengangguk. Lama aku berciuman didalam mobil sampai nafasku terangah-engah.
“Kita cari tempat yg santai” ajak Ririn kembali.
“Gimana teman-teman yg lain” jawabku.
“Biar Ririn yg ngomong sama Mety” sahut Ririn.
“Alasannya apa? Khan nanti nggak” jawabku.
“Bilang saja mau cari udara segar” sahut Ririn.
Akupun mengiyakannya.
Ririnpun meninggalkanku untuk membeMetyhu Mety, lama aku menunggu tanpa terasa sudah dua batang rokok aku hisap. Barulah Ririn datang.
“Gimana” tanyaku
“Beres” jawab Ririn.
“Mau kemana nih” tanyaku.
“Kemana yah, sudah malem gini enaknya dimana yah” tanya Ririn
“Gimana kalo kita ngobrol di..” kata Ririn tanpa diteruskan omongannya.
“Dimana saja dech yg penting enak” jawabku.
“Penginapan mau?” tanya Ririn, akupun kaget dengan jawaban Ririn langsung saja pikiran mikirin yg bukan-bukan, asyik juga pikirku.
Singkat akhirnya kami berdua telah berada didalam kamar penginapan, aku memang tergolong anak yg pendiam sehingga aku malu untuk memulainya. Ririn hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia mulai mendekatiku dan aku tdk tahu harus berbuat bagaimana, kontan saja Ririn mulai mencium bibirku dan aku hanya diam dan pada akhir aku mulai membalas. lama kami saling berciuman dan akhirnya dilepaskannya ciuman tersebut kemudian kami terdiam sejenak saling berpandangan, aku masih berasakan bagaimana jantungku berdetak tdk karuan.
Setelah aku mulai rada tenang tanpa pikir panjang lagi aku mulai memberanikan diri untuk mencium bibir Ririn habis-habisan. Sambil berciuman Ririn mulai membuka kancingnya sendiri, kemudian akupun membantunya membuka pengait tali BH. akhirnya terlihat gundukan payudaranya dengan lahap aku remas payudara dara tersebut yg tampak mulai mengeras, perlahan-lahan mulutku mulai turun kebawah, mulai aku menyedot putingnya, tanpa sadar aku memegang kemaluanku sendiri yg sedari tadi sudah mengeras.
Tanpa pikir lagi aku rebahkan tubuh Ririn yg bertelanjang dada ke kasur, kuciumi payudara Ririn sambil tangan mulai mengeraygi selangkannya mencari resliting celana panjang tanpa aba-aba lagi aku langsung membuka resliting tersebut, pas aku akan mulai menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya Ririn dengan cekatan meraih tangan dan membawanya ke payudaranya.
“Kenapa?” tanyaku dengan perasaan aneh dan nafsu birahi yg menggebu-gebu.
“Nggak apa-apa” sahut Ririn dengan tersenyum.
Dengan cepat aku membuka celana panjangku sendiri yg dari tadi menghalangi gerak kemaluanku, Ririnpun melakukan yg sama dengan membelakangiku, aku berpikir mungkin dia malu. Perlahan-lahan Ririn mulai membalik dengan kedua telapak tangan memegang wajahku dan menariknya kewajahnya kami mulai berciuman kembali dengan hati-hati Ririn merebahkan dirinya tanpa melepaskan ciumannya, akupun mengikutinya.
Dengan keadaan tersebut Ririn menggapai kemaluanku dan membimbing untuk memasuki lubang kenikmatan, akhirnya kudorong kemaluanku, aku kaget pas tiap kali aku tekan pantatku, aku merasakan sakit seperti tertusuk jenggot yg habis dicukur, akhirnya tanpa kupedulikan rasa tersebut aku genjot pantatku naik turun sedangkan Ririn hanya naik-turun menggoyangkan pantatnya, Ririn mendesah kenikmatan karena genjotanku, lama kami pada posisi tersebut, akhirnya Ririn minta diatas sambil menduduki kemaluanku Ririn mulai menggenjot maju mundur, aku mulai merasakan apa yg dari tadi aku rasakan tapi rasa sakit itu masih bisa terobati dengan kenikmatan yg diberikan oleh vagina Ririn. Tdk terasa kemaluanku sudah berdenyut-denyut dengan cepat.
Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kusemburkan spermaku di atas perutnya, karena aku takut kalau aku keluarkan didalam vaginanya dia akan hamil. Aku baru sekali ini melakukan berhubungan sex. Sejenak aku berbaring sambil melamun apa yg telah baru kami lakukan dan terlintas dalam benakku keingintahuan apa yg menyebabkan rasa sakit tertusuk bercampur nikmat itu.
Selang berapa menit kemudianpun kami membersihkan badan masing-masing, ada rasa keinginan untuk melihat apa yg tadi aku rasakan dengan secara sembunyi-sembunyi aku melirik kemaluan Ririn. Akhirnya tercapai juga keinginanku, Wah.. ternyata benar dugaanku bulu kemaluannya habis dicukur, bersih tdk ada satu bulu yg tertinggal seperti kemaluan anak kecil, hingga aku tersenyum geli melihatnya.
Setelah itu kami membersihkan badan dengan keadaan telanjang menuju tempat tidur, melihat Ririn tidur telantang dengan selimut yg menutupi perut sampai kaki, timbul hasrat birahiku kembali. Kemudian aku memeluk dia kembali dan kuangkat dagunya kukecup bibir dengan sangat lembu. setelah itu kusuruh Ririn berbaring, bibirku mulai bergerilya menuju, tanganku yg kiri meremas payudaranya sambil kupermainkan putingnya, kurasakan putingnya mengeras kembali.
Bibirku mulai turun menjilati putingnya. Setelah puas bermain-main di payudara, bibirku turun lagi menuju menuju vagina, kulihat vagina yg bersih tanpa bulu itu, kujilati vaginanya, kumainkan lidahku di klitorisnya, sambil kumasukan jari tengahku ke lobang vaginanya. Selang beberapa lama kemudian kepalaku dijepit kencang oleh kedua pahanya.