Bulan oktober dengan kereta Parahyangan siang aku berangkat ke Bandung, liburan “nostalgia” selalu aku lakukan saat weekday menghindari hingar bingar Bandung saat weekend. Setelah menaruh tas bawaaanku, menghempaskan tubuh di bangku dekat jendela dan langsung membuka novel John Grisham kegemaranku.
Belum lagi selesai membaca satu paragrapgh aku dikejutkan sapaan suara halus: ‘ Maaf , apakah tidak keberatan kalau kita bertukar bangku? aku menengadah, kaget dan terpana! begitu mengetahui si pemilik suara. ” Hmm… sure… ehh .. maaf .. tidak, maksudnya saya tidak apa-apa” jawabku dengan gagap.
Dia cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia lebih kurang 170, putih, postur yang prposional dengan rambut hitam lurus sebahu bak bintang iklan shampoo! Umurnya kira-kira sekitar akhir 20-an mengenakan baju krem ketat dan celana hitam yang juga ketat sehingga menonjolkan semua lekak-lekuk tubuhnya! Saat aku berdiri bertukar bangku, semillir tercium aroma parfum lembut yang entah apa merknya, yang pasti pas sekali dengan penampilannya.
” Maaf mengganggu kenyamanan anda tapi saya seringkali tertidur dalam perjalanan, kalau dekat jendela lebih mudah menyandarkan kepala” Ia menjelaskan sambil meminta maaf.
“Ngga apa-apa kok” Sahutku, bagaimana mungkin menolakpermintaannya gumamku dalam hati, Setelah selesai merapikan bawaannya Ia pun duduk dan membuka Elle edisi Australia yang di bawanya, Kami pun tenggelam dengan bacaan masing-masing , Ingin rasanya aku menutup John Grisham ku dan memulai pembicaraan dengannya , namun melihat Ia begitu asik dengan Elle-nya niat itu pun aku urungkan. Kesempatan itu muncul saat pesanan makanan kami tiba.
“Suka juga roti isi” tanyaku membuka pembicaraan.
“Iya,entah kenapa aku suka sekali roti isi di kereta, padahal rasanya biasa-biasa aja”jawabnya
“Mungkin suasana kereta membuatnya enak” Lanjutku sekenanya
“Mungkin, Oh ya mas kenalkan namaku Vina” sambil menjulurkan tangannya.
“Reno, Ngga pake mas” sahutku sambil menyambut tangannya.
“Hihihi, kamu lucu juga , dalam rangka apa kebandung”
“Main main aja sama bandung dan kawan kawan” jawabku.
“Vina sendiri ke Bandung dalam rangka apa ” tanyaku.
“Tugas kantor ” jawabnya singkat tegas sepertinya enggan untuk menceritakan pekerjaanya.
“Tinggal Dimana Vin di bandung” Ia menyebutkan salah satu hotel berbintang di dago
“Lho kok sama? aku juga dikamar 313” Suatu kebetulan mengejutkan
“Oh ya??!! satu lantai pula” Ujar Vina tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Selepas makan kami tidak lagi membuka bacaan masing-msing, obrolan-obrolan mengalir dengan lancar diselingi dengan joke-joke nakal yang ternyata disukainya. pembendaharanku yang satu ini cukup banyak, sisa perjalanan rasanya seperti hanya kami yang ada di kereta. Vina bahkan tidak malu lagi untuk memukuli pundak , atau mencubiti kecil lenganku manakala ada joke yang sangat nakal. Tanpa terasa kami sampai di stasiun bandung tepat jam 16.30, kami naik mobil jemputan hotel sambil bercengkerama dengan lebih akrab lagi.
Dihotel kami berpisah, kamarku dikanan lift sementara vina di sebelah kiri.Dikamar kau langsung merebahkan diri membayangkan Vina dan mengingat-ingat semua kejadian di kerea, di mobil dan di lift aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam atau jalan jalan bahkan kalau bisa lebih dari itu.Karena nya aku mengurungkan untuk menghubungi kawan -kwan ku. Dan terlelap dalam senyum terukir di bibirku,.
Jam 19.00 aku dikejutkan oleh datangnya dering telepon. belum lagi ‘ napak bumi’ aku angkat telpon.
“Halo ” jawabku dengan suara ngantuk.
“Hi ren tidur ya ? sorry ganggu” terdengar suara halus diseberang.
Vina!! langsung aku bangkit ” Is ok. aku j8uga niatnya bangun jam segini tapi lupa pesan di front office tadi jawabku , ada apa vin?”
kamu jadi nggak ketemu sama kawan-kawan ren?’
‘Hem aku belum sempat call mereka, ketiduran”.
“Gimana kalau malam ini datang sama aku, soalnya aku gag jadi dinner meeting”
“Sayangkan kalau dandanan ku kalau di hapus” lanjutnya dengan tawanya yang khas
aku shock mendengarkan ajakannya sampai’ tidak tahu harus berkata apa
“Hallo.. any bodyhome? kok diam sih ?”serunya mengejutkan
“oohhh maaf kaget.. soalnya suprise.. kayak ketiban bulan , diajak bidadari jawabku
“dasar.. kamu,, tuh ketoiban aku baru rasa, cepat mansi dong, casual aja ya ” menutup pembicaraan.
Tidak usah di suruh dua kalipun aku langsung mandi, keramas, berpakaian casual, parfum disemua sudut tubuh dan langsung menuju kekamarnya. Saat pintu terbuka aku hanya bisa ‘melongo’ melihat tampilannya yang casual, Vina mengenakan rok jeans sedikit di atas lutut dengan belahan paha dipaha kiri depan yang cukup tinggi, atasan kaos yang melekat ketat ditubuhnya dengan bahu terbuka, sungguh pemandangan yang menyekat kerongkongan.
Hii.. kok bengong lagi sih tegur vina menyadarkan aku dan kami pun bergegas. setelah puas menyantap soto sulung dan sate ayam di pojoj jalan . merdeka kami melanjutkan menghabiskan malam disalah satu cafe di daerah Gatsu, Vina memilih seat di bar yang agak memojok dengan cahaya lampu yang minim.
Sebelum tengah malam kami meninggalkan cafe, dalam taksi menuju hotel Vina menyandarkan kepalanya di dada kananku, kesempatan ini tidak aku sia-sia kan, kuangkat dagunya membuatnya tengadah. Sekilas kami perpandangan, bibirnya bergetar, Vina memejamkan matanya seakan mengerti keinginanku segera saja kubenamkan bibirku dibibirnya, kecupan lembut yang semakin lama berganti dengan pagutan-pagutan birahi tanpa peduli pada supir taksi yang sesekali mengintip lewat kaca spion. Lidah kamipun menggeliat-geliat, saling memutar dan menghisap, sementara tanganku meraba-raba dadanya dengan lembut, belum sempat bertindak lebih tidak terasa taksi kami telah sampai di hotel.
Kami pun bergegas menuju lift dan melanjutkan lagi apa yang kami lakukan di taksi, kusandarkan tubuhnya didinding lift memagut leher dan pundaknya yang putih telanjang. “Reno.. eeh.. “desahnya. keluar lift Vina menarik tanganku kekamarnya, begitu pintu kamar Vina ditutup Vina langsung menarik menarik kepalaku memagut bibirku dengan bernafsu, lidahnya kembali menggeliat-geliat dimulutku namun lebih liar lagi.kusandarkan tubuhnya di dinding kamar agar tanganku lebih leluasa, tangan kananku memeluk pinggulnya sementara tangan kiri mulai meremas” buah kenikmatannya yang begitu kenyal.
Kejantannan ku membatu, ingin rasanya segera kukeluarkan dari kungkukngan celana tapi kutahan, aku ingin menikmati semua ini perlahan-lahan.kutarik pinggul Vina sambil menekan pinggulku membuat “perangkat” kenikmatan kami beradu- walaupun masih terbungkus-membuat desiran darah kami meningkat dan semakin memanas saat kami menggesek-gesekannya. “Ahh.. Ren.. ”desah Vina kembali dan saat itu kurasakan lidahnya yang sangat basah menjalar di telinga ku melingkar-lingkar di leherku. Ehh.. aahh.. ” giliran aku yang mendesah merasakan permainan lidahnya.
Lidahnya semakin turun kedadaku sementara jari-jari lentiknya membuka kancing bajuku satu persatu. Dan.. lidahnya berpindah keputing dadaku, berputar-putar jalang. mengecup menghisap dan sesekali menggigit kecil. “Terus vin .. terus aah..”suaraku bergetar meminta meneruskan kenikmatan yang di berikan mulutnya.Kurasakan Vina semakin liar memainkan mulutnya yang semakin turun. Ia berlutut saat lidahnya meliuk-liuk di pusar sambil tangannya membuka celanaku.
Vina meremas, mengecup dan menggigit- gigit lembut kejantanku yang masih terbungkus CD dan setelah itu Ia memasukkan tangannya membuka celanaku. Vina meremas, mengecup dan menggigit lembut dan mengeluarkan kejantananku yang sudah membatu. Ia menggenggam dan menggosokkan jempolnya di ujung kejantananku yang sudah basah menimbulkan rasa ngilu yang nikmat.. dan.. akhirnya lidahnya berputar” disana.
…aakh.. ssh… desahku tak tertahankan manakala lidahnya semakin kencang bergerak di bwaah kepala kemaluanku dan diteruskan keseluruh batang dan buah zakar.
“.. enak vin..
aah.. kamu pintar sekali .. hisap…”aku meracau tidak karuan memintanya melakukan lebih lagi.
Kuangkat tubuhnya dan kupeluk mesra. “Suka?’ bisiknya bertanya. “Suka sekali.. kamu hebat.. “jawabku berbisik sekaligus menjilat dan menghisap kupingnya. öoh,.. “erang Vina. Kubalas apa yang Ia lakukan tadi, kupagut leher dan pundaknya serta membuka atasan dan bra 34-b nya, dua bukit kenikmatannya yang bulat putih itupun menyembul dengan puting pinkies yang sudah mengeras.
Lidahku pun segera bereaksi menjilat-jilat putingnya. ëehh.. reno”lenguh Vina dan membusungkan dadanya meminta lebih, kuhisap putingnya Äuh.. akhh.. “erangnya semakin keras, hisapanku semakin menggila bukan lagi putingnya tapi sebagian buah dadanya mulai masuk kedalam mulutku. Aghh.. ren.. auh.. kamu ganas”jeritnya.
Puas melumat buah kenikmatannya giliran aku yang berlutut untuk melepas roknya.Akupun mulai sibuk menjilati dan sesekali menghisap-hisap klitorisnya.Äaa.. renoo.. “jerit Vina tertahan sambil menjambak rambutkuyang panjang. lidahku bergerak cepat menggeliat-geliat menjilat kewanitaanya yang semakin basah, sementara jariku berputar-putar didalamnya. “Ssh…eehh..”desis Vina merasakan hisapanku yang kuat dilubang kewanitaannya yang semakin basah.
Akupun berdiri mengikuti keinginannya kurebahkan tubuhnya ditempat tidurdan kamipun bergumul saling memagut, menghisap dan meremas bagian sensitif kami. “Sekarang ren.. sekarang, pleasee.. pintanya berbisiknya. Aku merayap naik ketubuhnya, Vina membuka lebar kedua kakinya Iapun menggelinjang merasakan kepala kejantananku memasuki mulut kewanitaannya, kuhentikan sebatas itu dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan. “Ooohh ya.. ren.. enak..”Vina pun mulai mengayunkan pinggulnya mengikuti gerakan’ku.
Sementara mulutku tidak henti-hentinya mengulum buah dadanya. “Aaghh… terus ren.. lebih dalam.. agh.. “pintanya, kutekankan batang kemaluanku lebih dalam dan “Shh.. “desisku merasakan kenikmatan rongga kewanitaannya”Aaaugh.. punya kamu enak Vin.. “Akupun semakin kencang memacu tubuhku membuat vina semakin menggelepar- gelepar.
“Maaf ren.. aku duluan.. ngga tahan, habis udah lama ngga..”bisiknya, aku masih diatasnya dengan kemaluan yang masih terpendam didalam kewanitaannya. “Ngga apa-apa vin cewekan multiple orgsme, masih ada yang kedua dan seterusnya kok..”jawabku menggoda. “memangnya kuat…?”tantangnya. Lihat aja nanti…”membalas tantanganya.”Ihh,, itu sih doyan..” seru Vina manja sambil mencubit pinggangku.
Vina menekan kewanitaannya dalam-dalam sehingga kejantananku menyentuh ujung lorong kenikmatannya dan mengayunkan pinggulnya mundur-maju. Semakin lama ayunannya semakin cepat, tak kuasa aku menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi’tubuhku.
Kamar itupun kembali dipenuhi suara erangan dan desahan. Aku bangun sambil mendorong tubuh Vina sehingga kami berada pada posisi duduk, satu tanganku memeluk tubuhnya, kubalas gerakannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku sambil kuhisap putingnya dalam-dalam.
Kurasakan gerakan tubuh Vina semakin menggila dan bukan cuma itu bibirnya semakin mengganas memagut bahkan menggigit bibir, telinga dan bahkan leherku. Aku pun tidak sanggup lagi menahan kenikmatan yang di berikan oleh Vina, kurebahkan tubuhnya dan segera menindihnya.Kakinya melingkar di tubuhku dan kamipun kembali mendaki puncak kenikmatan.
batang kejantananku tak henti-henti menikam-nikam lubang kenikmatan Vina dengan keras, Ia tidak tinggal diam, diputar-putar pinggulnya seirama dengan tikamanku.
“Aagh…ngg..sshh..Vin .. nikmat sekali.. putar terus vin.. pintaku merintih’. Augh.,. Ren tekan yang dalam..”kami tenggelam dalam gelimang birahi yang memuncak dan .. Vina.. aku mau keluar.
Setelah itu kamipun terkapar lemas.
setelah malam panjang yang indah itu, kami tak henti-hentinya mengulangi lagi di hari-hari berikutnya, bukan hanya di tempat tidur, tapi di semua sudut dikamar hotel itu bahkan kamar mandipun menjadi saksi bisu birahi kami. Bandung kembali memberi coretan khusus dalam hidupku membuat keterikatanku semakin besar yang tak akan pernah kulupakan seumur hidup. END