Saya punya kenalan anak fakultas sastra, namanya Sandra. Anaknya cantik, kulitnya putih bersih dan mulus, maklum anak keturunan negeri seberang. Suatu waktu, saya jemput Sandra dari kuliahnya untuk pulang. Sesampainya di rumah Sandra di bilangan Cempaka, dia mengajak saya masuk karena katanya rumahnya kosong sampai besok siang.
Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya yang putih dengan puting kecoklatan di atasnya. Akh, benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling indah dengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat. Saya tambah gregetan melihat indahnya buah dada Sandra yang terawat rapi selama ini.
Akhirnya saya mulai meraba dan meremas-remas salah satu buah dadanya dan kembali saya lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas Sandra mulai tidak teratur. Kadang Sandra menghembuskan nafas dari hidungnya cepat hingga terdengar seperti orang sedang mendesah. Sandra membiarkan saya menikmati tubuhnya. Birahinya sudah hampir tidak tertahankan.
Sandra mendekati saya, dan tangannya dengan lincah melepas celana panjang dan celana dalam saya hingga kini bukan hanya dia saja yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan saya yang tegang mengeras menandakan bahwa saya sudah siap tempur kapan saja. Tinggal menunggu lampu hijau menyala.
Saya berusaha mati-matian menahan ejakulasi yang saya rasakan agar saya bisa mengimbangi permainannya. Kadang saya meringis nikmat saat Sandra mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalam nyepong kemaluan saya. Wow, betapa nikmatnya hingga menyentuh sumsum. filmbpokepjepang.com
Sudah 15 menit Sandra nyepong batang kemaluan saya, lalu dia melepas mulutnya dari batang kemaluan saya dan merebahkan tubuhnya telentang di atas ranjang. Saya mengerti maksud Sandra ini. Dia minta gantian saya yang aktif. Segera saya tindih tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, dan saya mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudian saya turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah selangkangannya.
Saya bangunkan dia dan berkata bahwa lain kali sebaiknya kita main di villa saya, di Bogor, dengan alasan lebih aman dan bebas. END