Kumpulan Cerita Sex yang terlengkap – Cerita Penis Vagina adalah cerita sex panas terbaru dengan Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Ponakan. Situs ini dikhususkan untuk orang dewasa saja yang berisikan cerita-cerita seru dan terlengkap untuk usia 18 tahun keatas yang dapat meningkatkan nafsu birahi jika ingin mastrubasi atau bersetubuh dengan lawan jenis anda. Selamat membaca.
Namaku Izal dan aku telah mempunyai iooi bernama Fera. Usia kami berdua berselisih sekitar 6 tahun. Selama 5 tahun menikah, kami telah dikaruniai 2 orang anak yang sangat lucu. Pekerjaanku adalah sebagai karyawan swasta dan istriku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan kami biasa saja, bahkan terlalu biasa.
Awal perkenalan kami adalah ketika kami berdua sama-sama tersesat dalam perjalanan wisata ke Malang. Dan dari situlah aku merasakan indahnya jatuh cinta kepada istriku di pandangan pertama. Karena tidak beberapa lama setelah pertemuan kami, aku langsung melamar dan menikahinya.
Bagiku Fera adalah sosok wanita yang sangat cantik. Wajahnya bulat, berambut hitam lurus sepundak, berkulit putih, berkaki panjang dan yang paling membuatku semakin jatuh cinta adalah senyum dan tatapan matanya yang mampu membuat dunia seolah berhenti berputar. Aku pikir perbedaan usia kami bukanlah sebuah kendala sehingga ketika dia berulang tahun ke 18 tahun, sebuah pernikahan sederhana langsung aku persembahkan padanya.
“Kita pasti bisa menghadiri acara si Agnes kan Mas?” tanya istriku, Fera dengan senyuman andalannya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya mengangguk sambil membalas senyuman istriku.
“Kamu memang suami aku yang paling pengertian,” girang istriku.
Dengan nada yang masih antusias karena kegirangan, Fera langsung kembali meneruskan acara teleponnya dengan kakaknya.
“Selama kamu senang, aku pun bisa senang kok istriku,” ucapku dalam hati.
Andai saja aku bisa meramalkan kejadian beberapa waktu kedepan, aku pasti tidak akan mengijinkan istriku pergi ke acara pernikahan itu. Karena semenjak acara pernikahan itu, semua kisah cinta dan pernikahan kami berubah 180 derajat.
Hari H pun telah mendekat. Beberapa hari lagi pernikahan yang semua akomodasi, penginapan dan konsumsi sudah dipersiapkan oleh keluarga Agnes dan Mandra akan segera dilaksanakan. Dari kotaku berada, kami berangkat berempat. Aku, istriku, Laura (kakak iparku), dan Jaka (anak Laura), naik pesawat paling pagi menuju Semarang.
Sengaja kami tidak mengajak kedua anak kami karena kami pikir, perjalanan kami ke semarang cukup jauh, mau tidak mau kedua buah hatiku aku titipkan ke saudara terdekat. filmbokepjepang.sex Sebenarnya aku dan Laura sangatlah jarang bertemu, sehingga untuk mengakrabkan diri, istriku memintaku untuk bertukar tempat duduk dengan kakaknya. Aku duduk bersebelahan dengan Laura, sedangkan Fera duduk bersebelahan dengan Jaka.
“Okelah… untuk sementara ini aku agak menjauh dari istriku… Lagian hanya beberapa hari ini saja,” batinku sambil mulai membuka percakapan dengan Laura.
Selama perjalanan, perbincanganku dengan Laura berjalan cukup seru. Laura orangnya cukup santai dan pandai suka bercanda. Sifat mudah bergaul itu menurun kepada Jaka, anaknya. Karena dari sepenglihatanku, tidak henti-hentinya istriku tertawa akan semua cerita yang dibawakan oleh keponakannya itu.
Pada awalnya aku sama sekali tidak memperhatikan percakapan antara istriku dan keponakannya, karena pada saat yang bersamaan, aku juga sedang seru bercakap-cakap dengan Laura. Namun ketika Laura sudah mulai mengantuk dan pada akhirnya tertidur, aku baru sadar jika percakapan istriku dan keponakannya agak sedikit mengarah ke hal-hal berbau mesum.
Mereka sepertinya sudah terbiasa membicarakan hal-hal mesum itu, karena dari gaya bicaranya mereka terlihat begitu santai dan akrab. Mungkin karena mereka sudah berteman baik sejak kami menikah dan Jaka hanyalah seorang anak kecil yang baru menginjak masa remaja, aku jadi mulai menganggapnya lumrah.
Waktu itu Jaka masih berusia sekitar 15 tahun, bertubuh tinggi kurus namun tidak kurus amet dan sangat berenergik. Kulitnya gelap dan memiliki wajah mirip dengan Laura, tidak termasuk ganteng memang. Sehingga perlahan, api cemburu mulai menyala di dalam dadaku ketika mengawasi gerak-gerik mereka.
Tidak beberapa lama, kami tiba di Semarang dengan selamat. Turun dari pesawat, kami langsung menuju hotel sembari menyiapkan diri untuk menghadiri acara pernikahan yang akan diadakan di sore harinya. Acara pernikahan Agnes dan Mandra pun berjalan lancar, tidak ada kendala sedikitpun. artikelbokep.com Di penghujung acara, sebelum para undangan akan berpamitan, ada sebuah permintaan dari kedua orang tua mempelai yang meminta kami semua supaya menghadiri acara informal keesokan paginya. Acara informal yang memiliki agenda untuk saling mengenal kedua keluarga secara lebih dekat. Dan karena acaranya tidak formal dan berlokasi di dekat pantai, kami diminta untuk mengenakan pakaian sesantai mungkin.
Keesokan harinya, acara informal itupun berlangsung dengan tidak kalah meriahnya dibandingkan dengan acara pernikahan. Ada berbagai macam acara, mulai dari acara sambutan pagi, acara makan-makan, acara karaoke, hingga acara permainan yang harus dimainkan oleh semua orang, termasuk aku dan istriku.
Pagi itu, istriku Fera terlihat begitu cantik dalam tanktop dan celana jeans pendeknya. Dengan tinggi 165 cm, payudara 36C yang menggantung di depan dadanya terlihat begitu menggoda. filmbokepjepang.sex Selalu bergoyang kesana kemari setiap dia bergerak. Ditambah lagi dengan sinaran panas matahari yang menerpa kulit putinya, membuat payudara itu terlihat begitu ranum, putih dengan rona merah. Satu lagi yang aku banggakan dari sosok istriku adalah keahliannya dalam menggoda setiap lelaki. Memamerkan perut ramping tanpa lemak dan pantat bulat yang hanya dibungkus dengan celana jeans pendeknya, membuat hampir semua orang tidak ada yang percaya jika Fera telah menikah dan memiliki 2 orang anak.
Tidak beberapa lama, acara permainan pun dimulai, untuk membuat semua hadirin yang hadir dalam acara informal itu dapat ikut serta dalam permainan dan presenter dengan pintarnya membagi kami dalam beberapa kelompok. Tiba-tiba aku sadar, jika mayoritas undangan yang datang untuk mengikuti permianan berusia cukup muda, dan entah kenapa, aku mendadak merasa sudah terlalu tua untuk mengikuti semua permainan yang akan dilakukan.
Aku lebih memilik duduk di sudut taman, dan melihat mereka ketika melakukan permainan-permainan tersebut. Kami dan para undangan lainnya saling tertawa melihat permainan yang mulai berjalan. Hingga pada sebuah kesempatan, ada giliran satu permainan yang mengharuskan aku dan istriku untuk maju ke tengah. Namun karena malu, aku hanya bisa menolak dan tersenyum sambil melambaikan tangan saja.
“Ayo Zal… maju…. ini hanya permainan…” teriak beberapa undangan.
Berbeda denganku, Fera terlihat begitu antusias untuk bisa tampil. Dia berulang kali menarik-narik lenganku untuk mengajakku ketengah hadirin. Tapi, karena aku bersikeras menolak dan lebih memilih untuk ingin melewatkan kesempatan ikut permainan itu, akhirnya Fera pun menyerah.
“Supaya adil, apakah Pak Izal mempersilahkan Ibu Fera supaya bisa bermain game dengan orang lain?” tanya sang presenter tiba-tiba.
“Hmmmm… boleh deh…” jawabku singkat, saat itu aku hanya ingin acara permainan ini cepat-cepat selesai dan kami bisa segera kembali ke hotel.
“Pak Izal yakin?” tanya presenter itu lagi. “Game ini bakal melibatkan beberapa adegan gosok menggosok kulit loh… hehehe.” tambahnya lagi, seolah-olah menantang aku untuk berpartisipasi.
Tapi aku tetap pada pendirian awalku, “Iya… bolehlah…” jawabku lagi.
“Okelah kalau begitu… untuk mempersingkat waktu… Ibu Fera mau memilih untuk berpartner dengan siapa?” tanya sang presenter sambil menyodorkan mic kearah Fera.
“Jaka…” jawab singkat istriku.
“Oke Jaka… Lelaki yang sangat beruntung, ayo segera maju….” tutup sang presenter sambil kembali meneruskan acara permainan itu.
Tiga permainan akan dimainkan. Yang pertama adalah permainan memindahkan buah apel yang hanya boleh dibawa dengan cara meletakkannya diantara dahi perserta lomba. putri77.net Ada sedikit perasaan aneh ketika melihat Fera dan Jaka waktu menyelesaikan permainan. Mereka begitu menikmatinya, terlebih karena permainan ini mengharuskan kedua wajah peserta saling berdekatan sehingga jika dilihat dari jauh, wajah istriku dan Jaka terselihat seperti sedang berciuman. Namun karena pasangan istriku dan beberapa belas pasangan lainnya berhasil, dan masuk ke dalam nominasi permainan berikutnya, aku dapat meredam rasa aneh itu.
Lomba kedua adalah lomba gendong pasangan sambil menyelesaikan beberapa macam perintah, seperti joget, berlari, ataupun mengambil sebuah barang yang disangkutkan diatas ranting pohon. Untuk lomba kali ini, rasa aneh yang ada di dalam dadaku mulai berubah menjadi api cemburu. Karena dalam permainan ini Jaka harus menggendong istriku diatas pundaknya. Sehingga memek istriku berada di tenguk Jaka, payudara besar istriku juga tidak jarang bersandar di kepala belakang Jaka. Dan lagi, beberapa kali aku melihat tangan Jaka meraba-raba dan pantat istriku guna menjaga keseimbangan. Tapi karena aku lihat konteksnya hanyalah sebatas sebuah permainan, aku bisa menerimanya.
Dan sekarang tiba di lomba ketiga. Lomba dimana Fera dan tiga pasangan lain berhasil masuk nominasi finalis. Lomba ketiga adalah lomba terakhir guna menentukan pemenang. Sang presenter sedikit menjelaskan beberapa aturan permainan dan juga menjelaskan jika itu adalah lomba yang sedikit berani dan banyak adegan mesumnya.
“Iya.. tidak apa-apa…” jawabku singkat sambil tersenyum, ketika presenter itu kembali bertanya apakah aku mempersilahkan istriku bermain dengan lelaki lain.
“Lomba ketiga adalah lomba memindahkan koin dari dahi perserta wanita kearah pusar.” ujar sang presenter.
“Aah… itu mah lomba yang mudah…” batinku dalam hati sambil mengambil nafas lega.
“Cuman… cara memindahkannya bukan dengan tangan,” tambah sang presenter, “Melainkan dengan lidah..”
“Wow….wow…. ini benar-benar lomba yang mesum,” pikirku.
Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena selain aku sudah mengiyakan permintaan presenter, aku juga malu jika harus merusak mood Fera yang sebentar lagi bisa saja menang.
“Pemenang lomba ini adalah makan malam romantic dan sebuah iphone untuk masing-masing peserta,” teriak sang presenter sambil diikuti teriakan seru para penonton.
4 buah meja diletakkan berdekatan diantara para peserta. Dan para peserta wanita diminta untuk tidur terletang. Sebuah koin kecil diberikan panitia kepada peserta pria supaya diletakkan pada dahi pasangan wanitanya. Bagiku, itu adalah lomba yang sangat seksi, terlebih melihat tubuh istriku yang pagi itu hanya terbalut dalam tanktop tipis dan celana pendek semakin membuat perlombaan terakhir ini terasa makin menggairahkan. Saking menggairahkannya, aku bisa melihat jika benda yang ada di selangkangan Jaka telah membesar sejak awal perlombaan.
“Ya…. siaappp…. mulai….” aba-aba sang presenter memulai permainan.
Pertandingan pun dimulai dan Jaka perlahan mendorong koin dengan lidahnya. Alih-alih merasa malu, Fera hanya bisa tertawa-tawa geli karena sekilas Jaka terlihat seperti sedang menjilat-jilati wajah dan leher Fera. Melihat tingkah mereka, aku benar-benar merasa cemburu. Apalagi ketika koin itu telah bergulir ke arah dada istriku dan masuk ke belahan dadanya. Fera yang merasa kegelian hanya bisa tertawa-tawa kecil sambil sedikit melenguh seolah merasakan keenakan ketika menerima jilatan lidah basah keponakannya itu. Sejenak, Jaka menghentikan jilatan pada payudara istriku dan menatapku tajam, seolah bertanya apakah dia bisa melanjutkan.
“Ayo Ka… terusin jilatanya…. dorong terus…. kita pasti menang…. hihihihi,” ucap Fera membuyarkan tatapan tajam kami berdua.
Tidak ingin terdengar seperti orang tua yang tersiram api cemburu, sehingga aku mengangguk kepalaku mengijinkan Jaka meneruskan jilatannya pada payudara istriku. Melihat persetujuanku, lidah Jaka langsung bermanuver lincah pada belahan dada istriku. Itu adalah pemandangan yang sangat seksi, pemandangan yang membuatku sangat cemburu dan terangsang. Apalagi ketika aku juga menyadari jika selain tonjolan benda yang ada di selangkangan Jaka semakin membesar, puting payudara istriku juga tinggi menyembul, terlihat begitu nyata menembus kain tipis tanktopnya. Fera hanya bisa cekikikan sambil berusaha mencoba menahan sensasi geli dari lidah Jaka yang berkeliaran disekujur kulit payudaranya. Hingga pada akhirnya, Jaka berhasil menempatkan koin itu di dalam lubang pusar Fera sehingga mereka ditetapkan sebagai pemenang perlombaan di pagi hari itu. vidio bokep
Acara makan malam romantis buat pemenang game tadi pagi terasa begitu mewah. Kami disuguhi dengan berbagai macam makanan, minuman, dan snack. Setelah makan malam, kami berdua langsung dipijat, sauna, lalu mandi. Hingga pada akhirnya setelah semua sajian hadiah pemenang telah semua kami nikmati, kami kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur. Intinya, malam itu kami benar-benar terpuaskan oleh sajian hotel.
Setibanya di dalam kamar, kami langsung santai di ruang TV. Aku akui jika seharian itu aku benar-benar horny dan sange. Aku pun bisa merasakan istriku horny juga. Kami mulai minum bir, Fera tidak minum tetapi dia mengambil setengah gelas dan segera menenggaknya habis.
“Sayang aku sange banget… ngentot yuk,” pintaku sambil berbisik lirih di telinga Fera.
Fera tidak menjawab permintaanku, dia hanya bisa tertawa kecil sambil memegang dan mengurut kontoku yang sudah mulai menegang dari luar celana pendekku. Aku kecup bibir tipisnya, mencoba menyalurkan nafsuku yang sudah menggebu pada dirinya. Kuraba payudara dengan putingnya yang sudah membesar dan kuremas perlahan.
“Aku pengen ngentot kamu sampai pagi sayang…” ucapku lagi.
“Aku juga Mas… pengen ngerasain sodokan kontolmu…” jawab Fera.
“Kamu sudah benar-benar basah sayang… pasti kamu sange banget ya…?”
“Eeehhhhmm……” desah Fera mengiyakan.
“Nafsu menggebuku pasti bisa terlampiaskan malam ini,” ucapku lirih sambil perlahan mulai melucuti jubah mandi Fera.
Namun ditengah pendakian kami berdua, tiba-tiba. “TOK… TOK…. TOK…” terdengar suara ketukan dari pintu kamar hotel.
“Tante Fera…. Tante….” itu suara Jaka.
“Sialan…. ngapain lagi sih bocah itu… mengganggu saja…” umpatku.
“Bukain aja dulu Mas…. siapa tahu ada yang penting… ntar kan ngentotnya bisa kita lanjutin lagi..” redam istriku sambil merapikan jubah mandinya.
Ternyata tujuan Jaka mengganggu acara malam kami hanyalah dikarenakan ingin berpamitan. Pesawat yang mereka tumpangi, memiliki jadwal yang agak berbeda dengan jadwal kami, sehingga dia ingin mengucapkan selamat tinggal dan sedikit berbasa-basi.
“Masuk saja Jaka.. Tante Fera ada di kamar mandi…” ujarku sambil mempersilahkan bocah 15 tahun ini masuk.
Dan setelah Jaka masuk ke kamar, aku langsung menuju ke sudur kamar dan menonton TV yang ada di ujung kaki tempat tidur. Aku duduk di kursi sofa yang ada disamping tempat tidur dan Jaka hanya duduk beberapa meter dari tempatku dudul. Di ujung tempat tidur, menghadap tepat ke arah TV. Tidak beberapa lama Fera keluar dari kamar mandi dan ikut duduk di samping Jaka. Sambil menonton TV. kami mulai berbicara tentang apa saja. Pada awalnya pembicaraan kami terasa agak canggung, oleh karena itu aku iseng menawarkan bir untuk memperhangat suasana.
“Ngak Om… ntar Mama Jaka tahu,”
“Sudah… sedikit saja Jaka.. sudah besar gini,” candaku.
“Sedikit saja kali ya…” ucapnya singkat sambil mengambil gelas-gelas bir yang aku sodorkan padanya.
Tiba-tiba ketika sedang melihat Jaka dan istriku bercakap-cakap dari belakang, aku teringat akan kejadian tadi pagi dimana mereka lomba. Kejadian dimana kontol Jaka membesar dan puting istriku mencuat. Aku yakin, jika pasti ada sesuatu yang terjadi antara istriku dan Jaka ini.
“Hhoooaamm… cuaca hari ini bikin ngantuk ya?” ujarku dari belakang Jaka dan istriku duduk.
“Iya nih Om… sedikit bikin ngantuk…” ucap Jaka yang sedikit menengok ke arahku.
“Terus…terus… gimana kelanjutannya Jaka?” tanya istrku lagi.
“Iya Tan… jadi setelah itu… bla…bla… bla…” lanjut Jaka.
“Sialan…” ternyata mereka sudah sama sekali tidak menggubris keberadaanku.
Hingga pada akhirnya, setelah 20-30 menit pembicaraan yang bagiku sangat membosankan, aku putuskan untuk hanya mengawasi gerak-gerik mereka dengan cara berpura-pura ketiduran. filmbokepjepang.sex Walau aku hanya melihat kedua manusia berlawanan jenis ini dari arah punggung mereka, aku tahu jika situasi di kamar ini terasa agak aneh, terlebih aku merasa agak terangsang ketika mengawasi gerak tubuh mereka.
Berulang kali Jaka melirik ke arahku yang berada jauh di belakang tempat duduk. Dan beberapa kali juga dia mengawasiku dari dekat, memastikan jika waktu itu aku sudah benar-benar tertidur pulas di sofa. Alunan muask yang lembut, ditambah sepoi angin yang masuk ke dalam kamar hotel membuat suasana makin mesra. Dan tengah darimana, kami tiba-tiba sadar jika suasana diantara kami bertiga mulai memanas. Tiba-tiba Jaka bertanya kenapa Fera mengenai hal yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan.
“Tante Fera… apa boleh Jaka mencium bibir Tante?” tanya remaja 15 tahun ini dengan malu-malu.
Butuh beberapa waktu bagi Fera untuk merespon pertanyaan Jaka, tapi ada akhirnya dia mengangguk dan hanya berdiam diri. Pada awalnya, Fera tidak menanggapi permintaan aneh keponakannya ini. Istriku memilih untuk berdiam diri ketika menerima ciuman-ciuman keponakannya. Tapi, lama kelamaan, seolah ikut terbawa suasana horny, istriku mulai membalas ciuman dan kecupan Jaka. Selama beberapa menit, mereka terlihat saling balas ciuman mesta. Saling jilat dan kulum, seolah mereka adalah sepasang pengantin baru yang sedang dilanda api asmara.
Menerima balasan yang positif dari istriku, Jaka pun mulai melancarkan rayuan-rayuan mautnya.
“Kamu cantik Tante… tubuh Tante wangi sekali… Pasti Om Izal beruntung banget bisa menikahi Tante…” rayu Jaka.
“Andai saja Tante belum menikah, Jaka bersedia kok menikahi Tante…”
Mendengar puji dan rayuan Jaka, keponakannya, sitriku seperti semakin bernafsu. Karena dari sofa tempatku berpura-pura tidur, aku bisa melihat gerak-gerik tubuhnya ketika sedang horny. Berulang kali jemari lentik istriku membelai rambut, wajah dan lengan Jaka.
“Tante Fera… apa boleh Jaka pegang tetek Tante?”
Mendengar pertanyaan keponakannya, istriku langsung menghentikan ciuman mesranya dan buru-buru menengok tajam ke arahku. Dan setelah beberapa saat, begitu mengetahui jika waktu itu aku masih dalam kondisi tertidur lelap, istriku mengangguk. Dia mengijinkan keponakannya itu untuk memegang payudaranya. Ini “Gila”. Mereka sudah benar-benar gila. Mereka melakukan perbuatan mesum tepat di depan diriku berada.
Tubuhku tiba-tiba bergetar. Aku harusnya marah pada keponakanku yang telah menggoda istri orang. Aku harusnya murka kepada istriku yang telah membiarkan lelaki lain meraba tubuhnya. Namun, entah kenapa melihat perbuatan mesum mereka saat itu, aku hanya diam saja dan menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Seiring dengan perbuatan cabul mereka, timbul perasaan aneh, antara gairah, nafsu, canggung dan cemburu.
“Sepertinya mereka tidak akan berhenti sampai disini…” ucapku dalam hati.
Dan benar saja, tidak lama kemudian Jaka kembali bertanya kepada istriku.
“Tante Fera… boleh ngak kalau Jaka pengen melihat tubuh indah Tante…” tanyanya polis sambil terus mencium bibir dan meraba-raba payudara montok istriku dari luar jubah tidurnya.
Mungkin karena istriku sudah terlalu horny, dia tidak lagi melihat ke arahku. Karena begitu Jaka selesai bertanya, dia langsung berdiri dari posisi duduknya, melepas jubah mandinya dan membiarkan jatuh ke lantai. Melihat perbuatan mereka, aku yang pura-pura tertidur di kursi santai, hanya bisa melenguh sambil menarik nafas panjang.
“Mereka pasti sudah kesetanan,” batinku.
“Biar adil… kamu juga bugil donk Jaka.. Tante pengen lihat gimana bentuk kontolmu..” pinta istriku sambil usapan tangannya ke kepala Jaka.
Mendengar permintaan istriku, Jaka seolah mendapatkan semangat baru. Dengan cepat, dia buru-buru melepas kaos gombrong dan celana pendeknya. Dan setelah Jaka melepas semua pakaiannya, aku baru menyadari jika ada sesuatu yang janggal pada tubuh remaja 15 tahun ini. Jaka memiliki sebuah organ yang bisa membuat iri para pria. Jaka memiliki sebuah kontol yang bisa membuat wanita berteriak. Jaka memiliki sesuatu yang bisa membuatnya melumpuhkan banyak wanita. Ya.. Jaka memiliki ukuran kontol yang benar-benar panjang dan besar.
“Woww…. ” pekik Fera ketika dia tahu barang yang sudah mengacung tegak diantara selangkangan keponakannya.
“Wow kenapa Tante?” tanya Jaka sok heran.
“Kontol kamu besar sekali Jaka..”
“Kontol?”
“Iya… kontol kamu besar banget…”
“Aahh… biasa saja kok Tante… Kontol Om Izal pasti jauh lebih besar lagi,” ucap Jaka malu-malu.
Sekarang mereka berdua telanjang dihadapanku. Istri dan keponakanku telah tenggelam dalam lautan nafsu. Lautan nafsu yang membutakan mata mereka, jika di dalam ruangan itu masih ada aku sebagai suami atau om. Lautan nafsu yang sama sekali tidak akan bisa dibendung lagi untuk mengguyur pantai kenikmatan yang akan segera mereka capai bersama.
“Aku pengen jilat puting Tante..” bisik Jaka pelan.
“Oooouhhhh….” rancau Fera.
Mendengar jawaban Tantenya yang sudah tidak lagi konsen, Jaka memberanikan diri untuk membelai payudara Fera dengan kedua tangan dan dengan perlahan dia mulai mengangkat gumpalan daging yang menjuntai indah serta mengisap payuadara lezat Tantenya secara bergantian.
“Ooouuggghh…. Pelan-pelan Jaka…” desah istriku keenakan.
Sepertinya istriku sudah sangat terangsang. Karena walau dari kejauhan aku bisa melihat puting coklat kemerahannya yang mulai menegak.
“Tetek Tante besar banget…” puji Jaka sambil terus menyedot puting Fera yang semakin mengeras.
“Ooouggghh… Uuugghhh….” desah istriku lagi sambil mulai menggapai-gapai kontol keponakannya yang sudah mengacung tinggi.
Mereka pun sepertinya telah melupakan diriku yang masih berada di dalam kamar ini. Mereka seolah sudah tidak peduli akan nafsu yang sudah meninggi.
“Ooouuugghh…. Jaka…. enak banget….” desah istriku setiap kali Jaka menjilat dan mengulum puting coklat mudanya.
“Tante…. aku pengen jilat memek Tante…” bisik Jaka.
“Aku juga pengen ngejilatin kontolmu Jaka….” balas Fera yang kemudian langsung mendekatkan wajahnya kearah kontol Jaka.
Dengan jemari lentiknya, Fera berusaha menggenggam batang kontol Jaka. Namun sekeras apapun usahanya, ujung-ujung jemarinya tidak mampu saling bersentuhan. Seperti menggenggam botol air minetal, jemari lentik istriku tidak mampu melingkarkan secara sempurna ke batang kontol tebal Jaka itu. Digerakannya jemari tangannya itu naik turun, sambil sesekali istriku menjilati kepala kontolnya. vidio bokep
“Aaaahh… enak banget Tante….” Jaka meracau tidak jelas.
Kontol remaja 15 tahun itu terlihat begitu menyeramkan. Dengan ukuran yang kurang lazim untuk anak-anak seusianya, kontol itu seolah akan tidak muat untuk masuk ke dalam mulut istriku. Karena setiap kali berusaha mengulum seluruh batang kontolnya ke dalam mulutnya, hanya ujung kontolnya sajalah yang bisa masuk.
Aku iri, aku benar-benar iri. Aku iri dengan apa yang bocah ini dapatkan dari kenikmatan mulut istriku. Aku yang sudah menikahi istriku selama 5 tahun saja belum pernah merasakan sekalipun nikmatnya oral seks bersamanya. Sedangkan dia hanyalah seorang bocah, bukan pacar atau teman bermain, sudah bisa merasakan hisapan kuat mulut istriku.
“Aku sudah ngak tahan Jaka… entotin Tante Jaka… entotin Tante sekarang…” pinta istriku yang kemudian beranjak dari posisi jongkoknya dan meminta Jaka untuk merebahkan badannya.
“Aku pengen menaiki kontol panjangmu sayang…”
Segera saja, Jaka merebahkan badannya. Dan disusul istriku yang kemudian merayap naik keatas tubuh keponakannya. Namun, entah sengaja atau tidak, ada sedikit hal janggal yang dilakukan istriku ketika dia merangkak naik dan memposisikan batang kontolnya di lubang memeknya. Ketika batang kontol Jaka itu sudah menyentuh kulit memek istriku dengan kedua mata bulatnya yang sudah sangat bernafsu menatap tajam ke arahku.
“Apakah Fera tahu jika selama ini aku mengawasi gerak-gerik mereka?” tanyaku dalam hati.
Istriku sepertinya sengaja memilih posisi bercintanya dengan arah yang menghadap tepat ke arahku. Sehingga walau dalam kondisi cahaya kamar yang temaram, aku dapat dengan jelas melihat raut muka hornynya secara langsung. Wajahnya berwarna kemerahan dengan puting teteknya yang sudah sangat tinggi mengacung.
Melihat adegan-adegan erotis yang dilakukan istriku, mau tidak mau batang kontolku yang masih dalam balutan jubah mandi ini, ikut mengacung tinggi. Dan seolah sadar akan apa yang dialami oleh suaminya, tiba-tiba istriku menaikkan ujung-ujung bibirnya. Dia tersenyum dan menganggukan kepalanya, seolah meminta ijin kepadaku agar dapat menikmati batang kontol Jaka keponakannya itu.
Dam seperti anak kecil yang terlena ketika melihat film kegemarannya, aku seperti terhipnotis olehnya. Aku anggukan kepalaku dan membiarkan istriku mulai merasakan kenikmatan bercinta dengan orang lain. Kembali setelah melihat respon positif dariku, dia menegakkannya batang kontol panjang keponakannya itu tepat ke arah lubang memeknya dan perlahan-lahan, istriku mulai jongkok dan menurunkan pinggulnya.
“Oooouuggghhh…..” desis istriku ketika kepala kontol Jaka mulai membelah dan memasuki lubang memek istriku.
“Tante Fera… memek Tante sempit banget….”
“Bukan sempit Jaka… kontol kamu yang terlalu besar,” rancau istriku sambil terus menjatuhkan seluruh tubuhnya pada batang kontol Jaka yang mengacung tegak.
Sepertinya istriku sudah terlalu horny, karena aku benar-benar hafal jika dia ingin bercinta dengan posisi woman on top, itu tandanya dia sudah tidak mampu lagi menahan hasratnya untuk segera mendapatkan orgasmenya. Sekilas, dari apa yang dilakukan istriku, aku merasa dia mengalami kesulitan ketika mencoba memaksakan kontol besar Jaka itu untuk bisa masuk ke dalam lubang memek mungilnya. Karena batang kontol Jaka yang berukuran ekstra itu terlihat membengkok setiap kali memek istriku mencoba menekan masuk dan melahapnya. Dan setelah istriku beberapa kali mencoba naik turunkan pinggulnya, gerakan persenggamaan mereka mulai lancar.
“Oooouugggghhhh….. Oouuuuuggghhh…..” desahan demi desahan mulai memenui kamar tidur kami. “Aaakkkkhh…..”
Istriku dan Jaka pasti sudah tenggelam dalam kenikmatan perzinahannya yang menggebu-gebu. Istriku dan Jaka seolah merasa jika malam itu adalah malam terakhir untuk dapat melakukan percintaan mereka. Istriku dan Jaka seolah lupa, jika di dalam kamar itu masih ada aku yang mengawasi semua gerak-gerik mereka. Jaka yang dalam posisi telentang dengan leluasa mengapai payudara besar istriku yang berlompatan kesana kemari setiap kali pinggulnya naik turun. Memek istriku pun terlihat begitu mengkilat akibat lendir birahinya yang banyak membanjir.
“Tante keluar Jaka….. Tante Keluar….. ” teriak istriku yang tiba-tiba membenamkan kuku-kuku panjangnya pada dada Jaka dengan brutal.
“Oooouuggghhh….. aku keluarrr…… Aaaaahhhh….” teriak istriku sambil terus membanting-bantingkan pantat bulatnya ke paha Jaka. Mata istriku merem melek merasakan sensasi gelombang orgasmenya. Tubuh istriku meliuk-liuk dan melengkung bak busur panah yang siap untuk ditembakkan.
“Dia pasti sedang merasakan kenikmatan yang sangat…” batinku dalam hati sambil tidak henti-hentinya mengusap batang kontolku yang sudah amat ngilu dari luar jubah mandiku.
Nafas istriku terlihat begitu terengah-engah dan kemudian ambruk menimpa tubuh kurus keponakannya.
“Sekarang giliranmu keluar Jaka…”ujar istriku.
“Oke… ” tidak perlu mengulang permintaan istriku, Jaka segera membalik tubuh istriku yang masih tergolek lemas diatas tubuhnya ke sampuing. “Sekarang giliran Tante yang harus memuaskan Jaka.”
Dan dengan tidak kalah brutalnya, aku kocok daging kecil yang tumbuh di selangkannganku cepat-cepat. Setelah beberapa lama, mereka berganti posisi bercinta. Sekarang Jaka menurunkan kaki kiri istriku dan tetap membiarkan kaki kanan istriku di pundaknya. Kali ini, dia memompa batang kontolnya jauh lebih keras daripada sebelumnya. Dan saking kerasnya aku merasa jika tempat tidur yang sedang mereka gunakan, akan roboh.
Setiap kali tusukan tajam yang diterima memek istriku dari batang panjang Jaka, dia berteriak. Keponakannya pun ikut berteriak. Mereka berteriak seperti kesetanan, hingga pada akhirnya aku melihat tubuh kurus Jaka mulai begetar.
“Aku keluar Tante…. Aku keluar…. Aaaakkhhhhh…..” teriak Jaka histeris.
“Tante juga mau keluar Jaka….” balas istriku.
Aku pun yang masih dalam naungan kegelapan dari sudut kamarpun seolah tidak mau kalah cepat untuk ikut merasakan kenikmatan dalam pendakian ogasme yang mereka lakukan. Melihat mereka yang ingin mencapai puncak kenikmatan, aku pun tidak mampu menahan gairahku lagi. Aku kocok kontol kecilku sekuat tenaga. Dan dalam hitungan detik.
“Oouuuggghh… Aaaahhh….” aku orgasme dalam kocokan jemari tanganku sendiri. 4 gumpalan lendir berwarna putih keruh muncrat dari mulut kontolku. Meloncat tinggi, dan mendarat di kaki kiri istriku yang menjuntai ke arahku.
“Oooouuuggghh…… Tanteeeeee…….. aku keluaaaaaarrrr…….” teriak Jaka sambil menghujamkan kontol panjangnya dalam0dalam ke memek istriku.
“Ooooohhh….. Jaka……. Tanteeeeee juga……… Aaaaakkkhhhh….” sahut istriku histeris.
Mendadak suasana kamar menjadi begitu hening. Hanya terdengar suara acara TV dan henbusan deru nafas kami bertiga. Kami bertiga mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Tidak beberapa lama. filmbokepjepang.sex Jaka yang masih dalam posisi menindih istriku menggerakan pinggulnya lagi. Dia merasa begitu puas. Puas untuk menikmati kemontokan tubuh istriku. Puas untuk menikmati memek legit istriku. Dan puas untuk memuntahkan seluruh air maninya dalam rahim istriku. Setelah selesai menggagahi istriku, Jaka langsung mencabut kontolnya dan menyodorkan ke mulut istriku.
“Tolong bersihin kontolku ya Tante Feraku… hehehe….” pinta Jaka kurang ajar itu sambil menepuk-nepuk daging berurat itu pada mulut dan pipi istriku.
“Hap…” caplok Fera dengan bersemangat. Dan setelah dibersihkan, kembali Fera menjilat-jilat dan menawarkan ronde kedua pada Jaka.
“Jaka capek Tante… kita sudah ngentot lebih dari sejam..” tolak Jaka yang kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan payudara besar istriku.
“Ayolah Jaka… sekali lagi…” pinta istriku sambil mempercepat jilatan dan kuluman lidahnya pada kontol remaja ini.
“Jaka pengen sih Tante… tapi kontol Jaka masih ngilu…” tolak Jaka. “Lagian Jaka khawatir Om Izal bisa terbangun kalau kita ngentot disini lagi.” tambahnya lagi sambil melirik ke arahku.
Jaka yang seolah masih belum sadar akan keberuntungannya, hanya bisa terdiam dalam posisi berdirinya. Tidak pernah disangka dalam seumur hidupnya, dia bisa meniduri Tante kesayangannya di usia sedini ini. Sambil menatap istriku yang sedang membersihkan diri di toilet kamar, Jaka mulai mengenakan pakaiannya satu persatu.
“Tante… aku balik kamar dulu ya.. khawatir dicariin Mama.” pamit Jaka begitu selesai mengenakan semua pakaiannya.
“Iya sayang…” balas istriku sambil memeluk tubuh keponakannya itu. “Satu kecupan lagi dong,” tambah istriku lagi.
Mendengar permintaan istriku barusan, langsung saja Jaka memonyongkan bibirnya.
“Yee…. siapa coba yang pengen ngecup kamu disitu..” ucap istriku yang masih dalam keadaan telanjang bulat. Dia buru-buru jongkok di depan kontol remaja itu dan memelorotkan celana kolornya sampai sebatas paha, kemudian dia mengulum batang kontol keponakannya dengan gemas.
“Aaaahh….. Dasar Tante binal…. gak ada puas-puasnya,” canda Jaka.
“Binal tapi suka kan?” balas istriku.
“Sudah ah… ntar Jaka ngak balik-balik nih ceritanya…” kata keponakannya sambil mengangkat tubuh istriku yang masih jongkok memeluknya.
“Makash ya Tante Fera… ” kata Jaka sambil mengecup kening istriku.
“Makasih ya Om Izal…” tambahnya lagi sambil menengok dan tersenyum ke arahku.
“Makasih ya Mas, sudah ngebolehin adek datang ke acara pernikahan Agnes dan Mandra di sini…”
“Makasih ya Mas sudah ngebiarin Jaka numpahin rasa cintanya kepadaku..”
“Makasih ya Mas, sudah ngijinin Jaka menikmati tubuh istrimu ini..”
“Dan yang terakhir, makasih ya Mas, sudah ikut menikmati persetubuhan kami barusan…” ucap Fera, istriku sambil mengecupkan bibir tipisnya yang masih berlumuran sperma Jaka ke keningku.
“Kamu memang suami aku yang paling aku sayang…”
— S E L E S A I —