Namaku Martin, pada saat kejadian ini terjadi umrku masih 23 tahun hingga cerita sex ini kutuliskan kejadian ini masih terjadi dan kini umurku sudah 26 tahun.
ini bermula pada saat pertama kali aku menginjakkan kaki di kota Bandung, pada saat itu aku dipindah tugaskan dari Surabaya ke Bandung. Di Bandung aku tdk memiliki sanak saudara maupun kenalan. Sebenarnya perusahaan memberikan sebuah rumah dinas utkku namun karena lokasi rumah tersebut tergolong sepi jadi aku tdk menerimanya.
Kini aku mengontrak sebuah rumah sendiri yg tdk jauh dari kantorku. Rumah kontrakanku berada disebelah salon kecantikan, pokoknya pas deh soalnya banyak cewek-ceweknya. Diantara sekian gadis yg bekerja di salon itu ada yg kusuka, namanya Hesti dan kebetulan dia adalah pemilik salon tersebut dan usianya 2 tahun diatasku namun bila begitu Hesti selalu memanggilku dgn sebutan “Mas”. Salon tersebut sekaligus tempat tinggalnya dan dia tinggal hanya seorang diri.
Hesti adalah seorang gadis yg berbody sexy, kulitnya putih bersih, rambutnya panjang terurai, bibirnya tipis imut-imut dan yg tak kalah menarik payudaranya yg begitu bulat yg ku tafsirkan sekitar 36b sehingga serasa mengoda birahiku ditambah lagi dia selalu memakai pakaian ketat nan seksi. Seperti biasanya setiap aku pulang dari kantor sore menjelang malam pasti aku selalu berpapasan dgn Hesti karena setiap harinya aku selalu lewat depan salonnya disamping rumahku.
Dia selalu mengedipkan matanya kepadaku sambil sambil berkata,
“Hai cakep baru pulang ya”, dan seperti biasanya jg aku meberikan kecupan melambai sambil tersenyum.
Sering aku selalu melamun sendiri sambil memikirkan Hesti si gadis cantik nan seksi itu, terlebih lagi saat aku pulang kantor dan mandi sampai k0ntolkupun menegang hingga memuntahkan air kenikmatan. Kini tibalah saat yg tak terlupakan dlm hidupku, malam itu sekitar pukul 21:00 Hesti datang kerumahku.
Ia minta tolong, katanya
“Mas Martin, tolong donk ke rumah Hesti sebentar”.
“Emang kenapa, Hes”.
“Lampu kamar Hesti mati, tolong pasangin donk dgn yg baru soalnya Hesti takut masang sendiri, takut kesetrum”.
“Ah cuma kesetrum aja takut, emang Hesti nggak pernah kesetrum ya..”. Aku sekedar bercanda.
“Tolongin donk Mas Martin, sebentarrr aja”. Hesti mengajakku seperti merengek sambil menarik tanganku dan tanpa sengaja payudaranya yg bulat montok itu menempel di lenganku yg seketika itu pula membuat darah kejantananku seperti mendidih, namun aku masih dapat menahannya.
“Oke deh.. bentar ya, Mas pake celana dulu”. Kebetulan saat itu aku hanya mengenakan kaos dan kain sarung.
“Alaaahhhhh.. deket aja, ngapain sih pake ganti segala, emang mau ke pesta”.
“Hmmmmm.. ayolah”.
Kemudian pada saat baru didepan rumahku, aku melihat sepertinya salonnya sudah tutup padahal setahuku biasanya jam 10 salonnya baru tutup.
“Lhoo, kok jam segini salonya dah tutup?”
“Ya tadi anak-anak permisi tadi katanya ada urusan”.
“Oooooo.. jadi kita cuma berdua donk ntar di rumahmu, wah asyik nih”. Seketika itu jg tiba-tiba terlintas pikiran kotor di benakku.
“Hmm.. awas ya kalo macem-macem”. Dia berkata sambil mencolek pipiku.
Kemudian akupun tersenyum sambil kami melangkah menuju rumahnya, dan setelah sampai di rumahnya Hesti langsung mengajakku kekarmarnya utk memasang lampu kamarnya. Ternyata disitu dia telah menyediakan tangga agar memudahkanku utk naik dan memasang lampu tersebut. Maka akupun naik ke tangga itu sambil Hesti menyenter ke atas utk menerangi pandanganku ke atap tempat lampu yg akan dipasang.
Karena pada saat itu aku cuma memakai sarung, maka pada saat naik memang tdk ada masalah namun pada saat mau turun tiba-tiba sarungnya nygkut dan tanggapun mulai goyang, untung saja Hesti memegang tangga tersebut sehingga tdk masalah, namun kain yg kugunakan terus melorot sampai ke kaki sehingga celana dlm ku kelihatan dan Hesti menyaksikan hal tersebut dan dia tertawa terbahak-bahak.
“Hihihihi.. besar jg punyamu ya”.
Kemudian aku cepat-cepat turun dari tangga dan kubenarkan kembali sarungku.
“Asik ya liat yg besar-besar.. emang kamu naksir ya sama yg besar-besar, pengen rasain nih”. Aku berkata sekedar gombal.
“Mau banget donk”
Kukira awalnya ucapan Hesti hanya main-main saja, namun tiba-tiba setelah menghidupkan lampu yg baru aku pasang tadi lantas ia mendekatiku dan kemudian menari-nari erotis menggoda di depanku.
“Emang kamu aja yg punya besar-besar Hesti jg jg punya nih”
Dia terus menari meliuk-liukkan tubuhnya di depanku sambil meremas-remas dgn lembut buah dadanya sendiri, dan tiba-tiba secara spontan kucoba utk memegangnya, dan spontan jg dia menghindar, lantas aku hanya menggaruk-garuk kepala.
“Aku pulang aja dech, dah malam”.
“Segitu aja udah nyerah mau nggak..?”.
Dlm hati aku berkata, “Wah, nih cewek nantang apa ngetes nih, soalnya mau kupegang tadi kok malah menghindar”. Lantas aku berkata padanya,
“Kamu beneran nggak nih..”
“Siapa takut.. kesini donk sayang, kita habiskan malam ini hanya berdua”.
Langsung saja aku mendekatinya dan kupeluk dia lantas kucium bibirnya dan sarungku pun dgn sendirinya melorot ke bawah namun aku tdk memperdulikannya lagi. Satu persatu pakaian Hesti aku lepas dan saat kubuka bajunya diapun membuka bajuku hingga akhirnya kami berduapun telanjang. Terus kucium bibirnya sambil memainkan lidah. Kemudian aku menikmati pemandangan seluruh tubuhnya sambil mengelus-elus sekujur tubuhnya. Aku sangat mengagumi buah dadanya yg sangat montok dan padat itu.
Tampaknya Hesti tahu aku memandang payudaranya dgn mata tak berkedip. Lalu dgn cekatan ia menarik kepalaku ke arah buah dada itu, aku langsung mengulum… putingnya yg masih berwarna coklat muda itu, Hesti mengerang keras. Aku mencoba segala keahlianku dlm memainkan puting payudaranya. Kukulum dan kumainkan dgn lidah, sambil membenamkan wajahku dan memutar-mutarnya, Hesti kelihatan sangat menyukai permainanku.
Selang beberapa lama, dia menarik wajahku yg masih asyik mempermainkan putingnya, kemudian mendorongku agar keranjangnya. Hesti mulai menciumi leherku, lalu telingaku. Eranganya makin jelas dan makin merangsangku. Kemudian ciumannya mulai turun kearah puting ku, dan turun terus hingga kepusar, lidahnya sempat singgah disana, sehingga makin membuatku bernafsu mengharapkan kulumannya kearah k0ntolku, akhirnya dia mulai menjilati seluruh batang k0ntolku. Dikulum kuat-kuat batang k0ntolku sehingga membuatku menggelinjang, geli dan nikmat. Lalu dia mempermainkan k0ntolku dgn lidahnya.
Aku berusaha bertahan agar tdk menggerakkan k0ntolku. Takut kalau dia tersedak. Akhirnya aku tak tahan hingga mendoronkan k0ntolku agar melesak lebih dlm kekulumannya. Dia agak kaget dan hampir tersedak, kemudian mundur.
“Sory La, aku ngga tahan utk ngga bergerak, habis enak banget”.
“Ngga apa-apa kok Mas. Punya Mas sih, yg kebesaran, Hesti belum terbiasa yg segini besar”.
Mendengar ucapannya dlm hati aku berfikir, “Wah, nih cewek berarti dah sering jg nih”.
Kemudian Hesti melepaskan kulumannya dan kali ini terasa kedua buah dadanya menindih batang k0ntolku, ia menggesek-geseknya sambil memandangiku sambil tersenyum penuh nafsu. Tak tahan dgn permainannya maka perlahan Hesti kudorong hingga duduk di pinggir ranjang lalu kedua pahanya kupegang dan di kangkangkan dan kudorong ke atas sehingga lubang memeknya menganga dan memerah begitu menggiurkan, aku segera merapat diantara kedua kaki Hesti dan kugenggam k0ntolku yg sudah berdiri tegak itu lalu kuarahkan masuk ke lubang memeknya.. achh.. kepala k0ntolku mendesak masuk diantara bibir kemaluannya.. terus kudorong dan.. blass.. batang k0ntolku meluncur masuk kerongga memek Hesti yg begitu hangat dan setengah basah.
Hesti menggeliat sambil menggeser tubuhnya ke ranjang dgn tangan yg merentang sedang akupun terus merapat ke tubuh montok itu terutama bagian bawah tubuhku hingga terasa bulu-bulu jembutku bergesekkan dgn bulu-bulu jembutnya yg sama-sama tumbuh lebat. Batang k0ntolku terasa tertelan penuh dlm ronga memek Hesti, dan akupun mulai memaju mundurkan k0ntolku. Setiap gerakan maju kutekan kuat-kuat hingga Hesti mendesah dan menggelinjangkan tubuhnya yg montok itu.
Selagi terus memainkan k0ntolku dlm liang memek Hesti, kedua tangan Hesti memegangi kedua pahanya dan makin ia rentangkan sedang aku memegang kedua payudaranya yg super size dgn kedua tanganku dari sisi pinggangnya sedang mulutku mengemoti kedua puting susunya yg amat mengeras.
Hesti meronta keenakkan sambil merintih dan mendesah. Kemudian diapun menggerakkan pantatnya makin cepat, ia begitu menikmati kocokan k0ntolku dlm liang memeknya, ia makin menggila menggerakan tubuhnya, memutar pinggul dan pantatnya, nampaknya ia sudah nggak tahan lagi, aku cengkeram paha Hesti kuat-kuat sambil terus menekan batang k0ntolku dlm liang memeknya, gerakanku makin cepat sehingga Hesti tak kuasa menahan puncak birahinya..
“Mas.. Hesti mauu keluarr Mass..”, desahnya terengah-engah sambil mempercepat gerakan pantatnya dan aachkk..
Hesti pun mengerang hebat dan saat yg sama aku angkat tinggi tinggi pinggulnya agar batang k0ntolku amblas dlm lubang memek Hesti dan kulihat Hesti kembali mengejang dan kemudian ia mendesah.. aachkk.. ia telah melepas puncak kenikmatannya dgn nafas yg masih memburu dan matanya yg terpejam penuh nikmat, aku membiarkan Hesti tenang, tubuhnya melemah, aku menahan gerakan k0ntolku, sambil terus membenamkan batang k0ntolku di dlm memeknya yg sudah banjir dgn cairan yg dikeluarkannya saat ia klimaks, kulihat tubuhku dan Hesti basah dgn keringat dan benar-benar basah seperti mandi.
Sesaat kemudian dgn perlahan aku mencabut batang k0ntolku, karena aku belum mencapai klimaks maka aku memasukkan k0ntolku kedalam mulut Hesti.. Ia mendesah sambil memandangiku.
“Naik Mass..” pinta Hesti agar aku menaiki tubuhnya yg bergeser ke tengah ranjang dan akupun segera menaiki tubuh Hesti, setengah duduk di atas leher dan dada Hesti.. sedang batang k0ntolku dgn jemariku kurapatkan ke mulut Hesti yg sudah siap menelannya.
Aku memajukan batang k0ntolku saat kepala k0ntolku telah diemut oleh bibir Hesti, perlahan batang yg sudah begitu keras melesat masuk ke rongga mulut Hesti, terus kutekan hingga bibir Hesti menyentuh buah pelirku dan terasa kepala k0ntolku masuk kekerongkongan Hesti, Hesti langsung memegang batang k0ntolku dgn jemarinya dan mendorongnya mundur sampai seluruh k0ntolku keluar dari mulutnya.. ia mendesah nafasnya tersengal, sesaat kemudian Hesti dgn lidahnya menjilati buah pelirku.. ia begitu rakus menjilat-jilat buah pelirku saat jemari tangannya mengocok batang k0ntolku.
Jemari tanganku memegang jemari tangan Hesti yg tengah mengocok batang k0ntolku, perlahan giliran jemariku yg memegang batang k0ntolku dan mengocoknya, sedang Hesti makin merapat, saat k0ntolku terus kurangsang ia menjilat-jilat kepala k0ntolku, ujung lidahnya terasa menekan lubang k0ntolku rasanya nikmat banget dan kocokanku makin mengila hingga kepala k0ntolku seperti mematuk di bibir, lidah bahkan hidung dan pipi Hesti..sampai aku merasakan desakan air maniku menuju ke ujung k0ntolku.. aachkk.
“Hesti aku mau keluar aachkk..” desahku, dan saat aku menegang maka saat itu pula jemari tangan Hesti menyambar batang k0ntolku, merebut dari genggamanku dan ia segera pula membuka mulutnya dan menelan separo dari batang k0ntolku. Bibirnya mengatup begitu erat seperti meremas dan saat itu pula aku mengelepar hebat.. aachkk..
Saat spermaku muncrat, seluruh batang k0ntolku amblas tertelan di mulut Hesti dan terasa spermaku nyemprot hingga ke kerongkongannya.. dgn mata terpejam penuh nikmat Hesti terus mengenyoti batang k0ntolku yg masih menggelepar memuntahkan sperma hangat. Begitu banyaknya hingga rongga mulut …Hesti tak kuasa menampungnya, sebagian tertelan dan sebagian lagi mengalir di sela bibir dan batang k0ntolku..
Hesti masih terus mengenyot-ngenyot batang k0ntolku, ia seperti tak ingin spermaku masih tersisa.. saat kulihat wajahnya, iapun menatapku dan perlahan ia melepas k0ntolku sambil menahan agar spermaku yg memenuhi rongga mulutnya jangan sampai tumpah. Sedang aku bergeser dari atas tubuh Hesti lalu berbaring lemas di sisinya. Aku terkulai lemas saat k0ntolku melemah.
Hesti bangkit sambil meludah utk membuang sisa spermaku yg tdk tertelan dan sudah bercampur dgn air ludahnya ke arah lantai tempat mandi yg tak jauh dari ranjang, ia tergolek lagi di sisiku memelukku mesra. Tubuh Hesti basah kuyup dgn keringat, begitu pula dgn tubuhku.
Ia mengecup pipiku sambil berbisik,
“Mass.. sperma kamu banyak banget, lama enggak dikeluarinnya yaa..”, aku hanya tersenyum sambil mengecup buah dadanya yg basah dgn keringatnya.
Selang sejam kemudian kamipun mengulanginya lagi, hingga tak terasa dlm semalam kami melakukkannya sampai tiga kali. Karena pertempuran yg melelahkan itu tak terasa semalam aku tidur berdua dgn Hesti hingga pagi.
Kejadian itu terus berulang hingga akhirnya aku mengetahui suatu kenyataan yg hampir tak dapat aku terima dgn akal sehatku sehabis kami melakukan hubungan badan dirumahku kostku.
Saat itu adalah hari minggu dan pada saat itu salon Hesti tutup. Saat itu kami kembali bercinta, waktu itu adalah sore hari dan kami melakukannya di kamar mandi dirumah kostku. Seperti biasanya kami melakukan power play dgn melakukan oral sex, hingga akhirnya sambil merapatkan tubuhnya didinding dibawah guyuran shower sambil tanganku mengangkat sebelah kakinya dan kemudia aku memasukkan k0ntolku ke memeknya lalu kujebloskan hingga masuk seluruhnya.
Maka aku maju mundurkan semakin cepat.. cepat dan sangat cepat. Kemudian kukecup bibirnya dan kami saling memainkan lidah. Sambil memegang buah dadanya yg montok dan memilin-milin puting susunya terus kumainkan pinggulku maju dan mundur. Hingga semakin kupercepat goyangan pinggangku dan akhirnya kamipun secara bersamaan mencapai puncak klimaks dan kali ini spermaku masuk ke dlm memeknya.
Setelah itu kami kembali berciuman lalu kuisap buah dadanya. Ku basuh tubuhnya dan lalu kemudian aku menyabuninya dan kami saling bergantian. Selesai mandi kami bersantai diranjang kamarku aku memeluknya dgn mesra dan saat itu aku ingin mengatakan seluruh isi hatiku padanya.
“Hes, kayaknya hubungan kita udah terlalu jauh nih kamu mau nggak menjadi istri Mas?”
“Hmm.. gimana ya emang Mas Martin serius nggak nyesel soalnya kan Hesti lebih tua dari Mas Martin”.
“Cinta tdk mengenal usia sayang kamu nggak usah ragu kalau soal itu Hesti cinta kan sama Mas”.
“Hesti sebenarnya cinta sama Mas Martin namun utk menikah kayaknya nggak mungkin Mas”
“Nggak mungkin gimana, apa kamu masih belum yakin..”.
“Nggak mungkin kita bisa menikah Mas semua itu nggak akan mungkin bisa jadi kenyataan”.
Tiba-tiba Hesti membentak dgn suara yg agak keras, tak biasanya dia melakukan hal demikian terhadapaku, kemudian dia bangkit dari dekapanku diranjang dan dia berdiri membelakangiku dan menangis. Dlm hati aku jadi heran dan bertanya-tanya apa sebenarnya yg telah terjadi.
“Hesti kenapa kamu jadi nangis, kamu nggak usah takut deh segala kekurangan maupun kelebihanmu Mas akan terima dgn lapang dada, percayalah sayang”.
Dia terus menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sepertinya dia tdk mempercayai ucapanku..
“Memang inilah yg Hesti takutkan, semula Hesti hanya ingin bermain-main aja, namun entah kenapa Hesti timbul rasa cinta sama Mas, Hesti nggak bisa hidup tanpa Mas, Hesti bukanlah wanita yg normal Mas!”.
“Hesti kamu kenapa sih apakah kamu mengidap suatu penyakit atau kenapa kamu bisa cerita sama Mas, dan Mas akan terima apa adanya”.
“Hesti nggak yakin Mas akan terima tetapi memang ini sudah nasib Hesti, bila Mas ingin tahu faktanya, mari ikut Hesti ke rumah”.
Singkat cerita sampai di rumahnya, Hesti membuka almarinya kemudian mengambil sebuah map.
“Mas boleh baca seluruh isi map ini, tp tolong bila setelah Mas baca, dan bila Mas akhirnya membenci Hesti, Hesti akan terima tetapi tolong jangan katakan fakta ini pada yg lain, Mas harus janji”.
Lalu akupun mengangguk dan menerima map itu sambil pikiranku diselimuti beribu pertanyaan apa yg sebenarnya terjadi. Kemudian kubuka map tersebut dan didalam mab terdapat foto-foto yg membuat perasaanku menjadi mual beserta surat keterangan dari Dokter di Jerman bahwasanya Hesti pada awalnya dia adalah seorang pria (waria) dan pada bulan mei 1998 dioperasi total menjadi wanita. Saat itu aku kebingungan seperti orang stress dan aku jadi heran kenapa bisa begini. Sulit kuterima dgn akan sehat.Entah apa yg harus kukatakan, namun rasa marah, mual, bingung dan benci terhadapnya hilang seketika saat itu jg karena tatapan matanya yg memancarkan kesedihan, dan air matanya terus berlinang yg pada akhirnya membuat aku iba padanya. Aku menyadari kejadian ini bukanlah keinginannya, namun takdir kehidupan yg harus dijalaninya. Aku merasa bila aku meninggalkannya akan lebih membuat hatinya semakin hancur. Aku hanya berfikir heran kenapa selama ini aku tdk menyadari bahwa aku telah bercinta terhadap sesamaku namun telah operasi total, bahkan aku tdk mempunyai rasa curiga terhadapnya, karena suara maupun raut wajahnya serta potongan tubuhnya sedikitpun tdk ada yg mirip dgn pria.
Hingga kini hubungan kami terus berjalan dan kami masih melakukan hubungan sex walaupun kini aku telah tahu statusnya namun tdk ada rasa risih bagiku. Kini usiaku telah 26 tahun dan Hesti 28 tahun, namun dari wajah tdk kelihatan bahwa Hesti yg lebih tua, kepada orang tuaku kukatakan usianya masih 24 tahun karena parasnya yg cantik dan memang kelihatan muda. Orang tua maupun keluargaku sudah aku pertemukan denganya tetapi mereka tdk mengetahui hal yg …
sebenarnya. Tanpa mengetahui statusku dgn Hesti yg sebenarnya orang tuaku sering menanyakan kapan kami menikah, dan akupun menjawab dgn seribu alasan. Wajar saja mereka menanyakannya sebab hubungan kami yg telah berlangsung selama 3 tahun dan dari usia kami memang sudah pantas.