Peristiwa ini mula mula terjadi saat aku menjadi guru, yaitu tugas dari kuliah untuk mengajar di sekolahan SMA swasta, dari situ aku mengenal salah satu cewek dia juga muridku, hanya cewek ini yang naksir padaku yang lainnya gak sama sekali, perkenalkan terlebih dahulu namaku Feri aku semester 6 dan sekarang berada di sekolah Bandung.
Hari senin setelah mengurus surat ini itu dari kampus, aku langsung ditugaskan oleh Kepala Sekolah SMA tersebut untuk langsung mengajar matematika untuk murid kelas XI. aku kebagian 4 sesi di kelas pagi dan 2 sesi di kelas siang.
Pertama kali mengajar di kelas, aku berkata dalam hati “Astaga, ini sekolah apaan? Aku ngomong ga ada yang ngedengerin. Mana cewek-ceweknya pake rok pendek semua!”
Keesokan harinya aku kembali ke sekolah dengan perasaan galau dan cemas. Jangan-jangan aku salah pilih karir menjadi guru, aku tak berbakat mengajar. Anak-anak tak ada yang mendengarkan waktu aku sedang bicara.
Tetapi ternyata ada satu hal yang membangkitkan semangat aku. Di sesi kelas siang ada murid perempuan yang bernama Dina. Kulitnya sawo matang, rambut sepunggung, tingginya kira-kira 158 cm. Mukanya tak terlalu cantik, tetapi manis banget kalau lagi senyum.
Dan yang lebih penting, kelihatannya ia satu-satunya murid yang kelihatan antusias kalau aku lagi mengajar. Dalam benak aku sempat terlintas hal yang tidak-tidak, namun pikiran itu aku buang jauh-jauh.
“Aku seorang guru. Aku akan menjaga integritas almamater dan profesiku” kata aku dalam hati.
Tetapi semakin hari kemolekan tubuh Dina malah semakin menggoda saya. Seringkali aku mengintip paha mulusnya dan terkadang terlihat CDnya yang berwarna putih. Apalagi aku tahu ia juga suka pada saya. Karena tiap aku masuk kelas, teman-temannya pasti menggodanya. Sampai suatu hari aku mengadakan ulangan pertama untuk anak-anak kelas XI. Lalu hal yang sangat mengejutkan pun terjadi. Waktu aku memeriksa lembar jawaban Dina, ada tulisan “Pak Feri ini nomer hp saya: 0819********”.
Perasaan aku campur aduk saat itu. “Telfon jangan yah” kata aku dalam hati. Kalau aku telfon, artinya aku sudah menjatuhkan martabat profesi aku sebagai guru. Kalau aku tak telfon, aku akan menyesal karena tugas aku sebagai guru PKL hanya tinggal 2 minggu lagi. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menelfon Dina malam itu juga.
Anehnya, waktu aku telfon, seolah-olah antara aku dan Dina sudah seperti teman lama, tak ada batasan antara guru-murid. Yah, mungkin karena waktu itu juga umur aku masih 22 tahun, sedangkan Dina masih 17 tahun, jadi tak terlalu jauh. Akhirnya kami janjian untuk jalan bareng hari sabtu sesudah ia selesai kelas olah raga.
Hari sabtu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kami sengaja janjian bertemu di mall. Waktu bertemu, ia masih mengenakan kaos olahraga SMA yang longgar dan rok SMA. Sehingga kalau menunduk, terlihat jelas toketnya yang montok. Darah aku langsung mendidih melihat Dina. Langsung aku keluarkan jurus-jurus penakluk,
“Dina, kita ke tempat kak Feri aja yuk, nonton VCD atau apalah. Soalnya kalau dilihat orang ngga enak”.
Awalnya Dina menolak karena awalnya ia mau mengajak makan dan nonton. Tetapi karena aku paksa, lama-lama ia mau juga. aku girang setengah mati. “Yes..berarti ia bisa dipake” batinku.
Sesampainya di tempat kost saya, awalnya kami cuma nonton VCD sambil ngobrol-ngobrol. Lama kelamaan, topik pembicaraan kami mulai mengarah ke masalah pacar, sex dan lain-lain. Karena terbawa suasana, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba kami sudah berciuman.
Bibir aku dan bibir Dina berpagutan saling mengulum penuh nafsu. Wangi mulutnya sangat khas. Lalu ia mulai menjilat-jilat telinga dan leher saya.
“Buset, kayaknya udah ahli ni orang” batinku. Karena nafsu sudah di ubun-ubun, aku mulai menyisipkan tangan aku kedalam kaos olahraga Dina dan aku remas-remas toketnya.
Nafas Dina semakin memburu sewaktu kulepas kaos dan BHnya. Meskipun kulitnya sawo matang, putingnya berwarna coklat terang. Ukurannya tak terlalu besar, mungkin 34B. Tetapi sangat padat.
Dina membalas dan mulai membuka kemeja saya. Tangannya masuk kedalam celana aku dan mulai meremas-remas kontol saya. Lidahnya menjilat-jilat putting aku dan tangannya tak berhenti meremas-remas kontol saya. Tak sampai 5 menit, kami berdua sudah telanjang bulat. Tanpa disuruh, Dina sudah langsung menciumi kontol saya.
Yang sangat membuatku kagum, ia meludahi seluruh kontol aku sampai benar-benar basah, mengocoknya, dan baru mulai menghisap dengan mulutnya dengan gerakan naik-turun.
“Edaaan” kata aku dalam hati. Pasti ia sering main beginian. Saking enaknya, baru 3 menit dihisap aku sudah tak tahan ingin keluar. Tiba-tiba sperma aku muncrat di ujung mulut Dina.
“Yah, Kak Feri, ko udah keluar?” katanya.
“Tenang aja, aku masih bisa kok” kata saya.
Sekarang gantian aku yang menjilati memeknya. Ia menggelinjang keenakan waktu aku menghisap-hisap klitorisnya. Perlahan-lahan, kontol aku naik kembali karena wangi memeknya itu enak banget. Tetapi hal yang mengejutkan kemudian terjadi. Waktu aku mau menusuk memeknya dengan jari tengah saya, ia menolak. Ternyata ia masih perawan! aku masih duduk keheranan.
“Hah, kamu masih perawan?” kata saya.
“Iya kak” timpanya.
Lalu ia bilang “kita petting aja yah.. enak juga kok”.
Ini pengalaman baru untuk saya. Ternyata enak juga. Jadi posisi sayau duduk, kontol dilipat keatas dan ia duduk diatas aku sambil menggesek-gesekan memeknya ke kontol saya. Setengah jam berlalu, ia sudah keluar berkali-kali, tetapi kontol aku malah lecet.
“Dina…kalo gini terus punya kak Feri sakit, kita udahan dulu aja yah”.
Melihat raut muka kecewa saya, Dina terlihat merasa bersalah.
“Duh maaf yah kak Feri. Aku udah janji mau ngasih perawanku ke suamiku nanti. Tetapi kalau ka Feri mau, masukin aja ke belakang”.
Tanpa pikir panjang, karena sudah tanggung aku pun menyetujuinya. aku mulai mengoleskan hand & body lotion dari kepala sampai ujung kontol saya, dan tak lupa anus Dina aku tusuk-tusuk dengan jari tengah saya.
Setelah Dina sudah merasa nyaman, dengan gaya doggy style aku pun mulai memasukkan kontol aku kedalam anusnya dengan sangat perlahan. Untunglah barang aku tak terlalu besar, yah paling 12 cm.
Ternyata sulit juga karena ia terkadang merasa kesakitan sehingga harus mulai dari awal lagi. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya seluruh kontol aku masuk kedalam anus Dina. Ternyata sensasinya luar biasa, anusnya sangat sempit dan rasanya seperti disedot-sedot vacuum cleaner.
Saya pun mulai menggerakan pantat aku maju-mundur. aku menyodomi Dina sambil tangan aku meremas-remas toketnya dan mulut aku menciumi leher belakangnya. Dina pun ternyata mengalami sensasi yang luar biasa, karena lenguhannya terdengar semakin keras.
Kemudian kami berganti posisi. aku duduk disofa dan Dina jongkok membelakangi saya. Ini pemandangan yang luar biasa karena pantatnya yang indah tampak semakin besar.
Anus Dina menggenjot kontol aku dengan gerakan jongkok naik-turun. aku juga mempercepat genjotan aku dan tak lama kemudian pejuh aku muncrat dan berhamburan di dalam anus Dina.
Semenjak hari itu, aku dan Dina beberapa kali melakukan anal sex sampai kemudian tugas aku sebagai guru PKL di sekolahnya berakhir. aku pernah melakukannya di WC guru, juga sehabis kelas olah raga. aku juga pernah melakukannya di WC sebuah mall di Bandung.
Aku kehilangan kontak dengan Dina semenjak aku ditugaskan di sebuah SMA di Jakarta, hingga kemudian aku menikah dengan rekan sesama guru.