Toni adalah pria awal 30-an berpenghidupan lumayan dgn pekerjaan sebagai seorang pialang di suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yang aneh dgn kehidupannya. Semua berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dlm pekerjaan bahkan membuatnya merasa bergairah untuk menjalaninya.
Ini hidup katanya dlm hati. Kehidupan seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila ia mau, tentunya dgn proses yang wajar, sebab Toni sangat menghindari ‘sex shopping’ atas alasan-alasan tertentu. “Biar cinta berjalan semestinya, ” yakinnya.
Sore itu market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya. Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dlm one day trade. Sebagian masuk ke dlm rekening pribadinya. “Aku memang patut mendapatkan, ” pikirnya, tidak ada yang merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang secara seksual.
Dipandangnya sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya, ia tidak mempedulikan.
Dikemudikan mobilnya keluar dari basement perlahan-lahan. Beberapa anak pelajar SMU tampak bergerombol di halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di kemacetan rutin sore hari. Dirinya sdh mengingatkan supaya menunda. “Instingku semakin bagus saja, ” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dgn pemandangan di depannya.
Toni menarik nafas dalam-dalam. javcici.com Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ton, ini bukan alasan yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu, ” katanya sambil membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca mobilnya. Dgn segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit.
Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil. “Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film porno kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh! Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah, ” sungutnya sambil mematikan. Toni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah kiri.
Tampak di luar gadis-gadis berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya, ” katanya dlm hati. Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang sangat muda. Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dgn tangannya di belakang sesampai dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda.
Rambutnya sebahu dgn leher yang jenjang. Toni mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dgn gadis belia. Itukah yang dimaukannya saat ini? “Tidak, ” sahutnya sendiri, “Itu terlalu gila. ” sambil menatap ke depan ia tak dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn seksama lekukan pantat yang padat itu dgn lutut indah dan kulit yang bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dlm format gerakan erotis.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Toni bersorak dlm hati. Diperhatikannya dgn seksama paha bagian dlmnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dlm bereksplorasi. Ia mulai menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dgn belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue apabila ia orgasme nanti.
Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte sebab beberapa orang berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Toni meraung keras sekali. “Arrgh!” Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dgn mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali. Langit semakin gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin cepat dan lebat.
Di dlm mobil Toni tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya. Toni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.
Dinyalakannya mesin mobilnya sebab kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke kiri. Toni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada di sana dlm keadaan basah kuyup. Toni memutar kepalanya untuk mencari yang lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Toni. Tapi tunggu.. dlm keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas. Rambutnya yang basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sintal, payudaranya menggelembung indah dgn pantat yang bundar, Toni kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya setelah itu ia berlari mendekati gadis itu.
Sengaja ia berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dgn pantat bundar yang berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih. Gadis itu memutar tubuhnya dan berhadapan dgnnya yang sedang menjadi Juri festival foto bugil. Toni tergagap dan secara refleks menyapanya. photomemek.com Gadis itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yang transparan.
Dgn berdalih bosan di mobilnya, Toni mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu bernama Rani, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Toni tak menghiraukan secara detail percakapannya sebab suara Rani terdengar sangat merangsangnya.
“Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih, ” kata Toni.
Rani menatap ragu. Toni menangkap maksud pandangan itu.
“Ok, begini.. Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dlmnya ada semua kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Rani tersenyum riang menerima dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.
Di dlm mobil Rani merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang tidak menjemputnya. Rani menjadi kesal. Rani membuka dompet itu, terdapat beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di saku bajunya.
“Ini cukup, ” ujarnya.
Dgn tersenyum acuh Toni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya.
“Kamu kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menengok ke belakang, ” tanya Toni penuh harap.
Rani menggelengkan kepalanya. Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan derasnya hujan. Bahkan Rani pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata Toni mencuri pandang untuk menatap paha Rani yang tersingkap. Toni menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dgn lancar dan halus sampai Rani tidak tersinggung. Toni menangkap beberapa kali Rani menarik nafas panjang, sepertinya Rani terangsang mendengar cerita Toni. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya.
“Tampaknya ini tak cukup, ” kata Toni.
Lalu ia menawarkan Rani untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Rani berseru gembira. Lalu Toni membuka TVcar-nya dan berkata,
“Kamu tunggu di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu. ” Rani mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.
Toni keluar mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn film yang sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca ke pedagang asongan itu. Rani menatap adegan di mini TV itu. memekrapet.com Lelaki sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Toni dari dlm mobil itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi dmau. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Rani menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dlm film itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Rani merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya begitu.
“Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang, ” sembur Toni.
Rani tersentak dan memalingkan wajahnya. Toni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya.
“Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Ran, ” kata Toni tergagap.
Lalu ia membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya ke luar mobil. Rani sangat terkejut melihat itu lalu berkata,
“Udah deh Ton nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya, ” katanya sambil memegang lengan Toni.
Toni menoleh pelan sambil menatap mata Rani.
“Sorry?” Rani menyahut pelan.
“Nggak pa-pa, ” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.
Dipegangnya lengan Rani. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yang masih basah dgn bra membayang itu Toni kehilangan kontrol. Bibirnya langsung mengecup bibir Rani. Rani tersentak ke belakang kaget. Toni memburunya. Dikulumnya bibir bawah Rani yang masih terengah-engah itu, sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sesampai Rani tampak seperti berbaring. Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga Rani sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut Rani memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Toni untuk berbuat lebih jauh.
Dibukanya kancing seragam sekolah Rani sambil mengulum mulut Rani. Rani menggelengkan kepalanya perlahan. Toni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk membuatmu menjadi ternoda. Aku mau menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu, sebab aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Toni berteriak. Dibukanya bra itu lalu dgn rakus dijilat puting kiri Rani sambil meremas payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Rani mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Toni memindahkan tubuhnya ke atas Rani. Dgn kasar dipegangnya celana dlm Rani. Rani tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.
Kemautahuan dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia merasa takut dgn perbuatan Toni, sedetik setelah itu ia merasa jiwanya melayang, sedetik setelah itu otaknya memerintahkan tubuhnya supaya bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Rani meneriakkan kata jangan sewaktu Toni dgn kasar melepas celana dlmnya, lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Toni berpindah tempat dgn cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Toni mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Toni ke atas.
Rani tak tahu apa yang dilakukan Toni, tapi ia merasa ada sesuatu di dlm dirinya. Perasaan yang aneh, dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Toni sedang mengamatinya dgn matanya yang menyala oleh birahi. Toni mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan Rani dgn rambut kemaluan yang tumbuh tak beraturan. Setelah itu dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris Rani. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.
Sekarang aku bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn caraku, dgn nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan menyatu dgn dirinya sesampai ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Toni semakin liar dan segera menghentikan tindakannya saat Rani mulai mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan Rani. Dgn mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Rani. Lalu dibenamkan semua batang kejantanannya.
Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Toni mendengar suara Rani hanya,
“Ssh.. sh..” terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Rani. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai tubuh Rani melengkung kaku. Kini saatnya.. Toni mengeluarkan spermanya sambil menekan dlm-dlm.
15 menit sesdh itu.. Rani menggigit ujung seragamnya yang lusuh, sementara Toni merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini, gadis belia yang ternoda. Diambil KTP dari saku Rani lalu sambil diselipkan ke dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Rani. “Ini buat kamu. ” Rani menolak sambil terkaget- kaget.
“Aku bukan gadis bayaran Ton..” katanya sambil mulai menangis.
“Aku sayang kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu Toni keluar.
Dlm guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Rani keluar.
“Lalu lintas akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Ran.. thanks ya?!” Rani berteriak histeris sambil lari keluar.
Toni kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan…